Indonesia mengundang Meksiko untuk melakukan riset bersama dalam pengembangan energi terbarukan, dalam hal ini biofuel berbasis kelapa sawit.
Hal ini dibahas dalam Pertemuan ke-3 Komite Konsultatif Pertanian/Consultative Committee on Agriculture (CCA) Indonesia-Meksiko di Mexico City pada 21-22 November 2019. Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin oleh Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pertanian didampingi Dubes RI untuk Meksiko, sementara Delegasi Meksiko dipimpin oleh Koordinator Jenderal Kerja Sama Internasional Kementerian Pertanian Meksiko (SADER).
Dalam keterangan tertulis KBRI Mexico City, Selasa, dijelaskan bahwa Indonesia juga menawarkan kerjasama penanggulangan penyakit kelapa sawit dengan Meksiko.
Inisiatif ini disambut baik oleh Meksiko yang ingin belajar dari Indonesia mengenai pengembangan kelapa sawit, termasuk untuk biofuel, mengingat Indonesia telah berhasil menerapkan program B-20 dan kini menuju B-30.
Meksiko juga menyampaikan minat untuk mengeksplorasi kemungkinan kerjasama pengembangan biofuel berbasis produk lain, misalnya minyak jarak dan jathropa, yang dapat ditanam di lahan marginal.
Selain isu sawit, dalam pertemuan tersebut juga dibahas penjajakan kerja sama penguatan industri ternak sapi di Indonesia; kerja sama genetic improvement beberapa komoditas pertanian yaitu kelapa, kelapa sawit, kakao, dan kopi; serta akselerasi fasilitasi akses pasar komoditas pertanian, peternakan, dan perikanan.
Dalam hal industri ternak sapi, disampaikan bahwa kebutuhan konsumsi daging sapi Indonesia mencapai 500 ribu ekor per tahun dan sampai saat ini masih harus dipenuhi melalui impor.
Indonesia mengharapkan penjajakan kerja sama perdagangan sapi bakalan dengan Meksiko yang diharapkan dapat sekaligus meningkatkan populasi sapi betina produktif di Indonesia, sejalan dengan mandat Permentan 41 Tahun 2019, yang mengatur perlunya rasio 1:20 antara indukan dan bakalan dalam importasi bakalan.
Baca juga: Kampanye sawit Indonesia dilaksanakan di Belanda
Terkait dengan akses perdagangan, Indonesia berminat untuk mengekspor buah buahan tropis eksotis seperti salak, manggis dan nanas. Lebih lanjut, delegasi Indonesia juga mengangkat isu larangan ekspor udang dari Indonesia ke Meksiko efektif sejak 2015.
Indonesia telah mengundang Meksiko untuk mengevaluasi ulang kondisi Indonesia, namun namun sampai saat ini belum dilakukan oleh Meksiko. Dalam hal ini pihak Meksiko menyampaikan komitmennya untuk melakukan upaya pencabutan larangan impor udang tersebut.
Di sisi lain, Meksiko menyatakan minatnya untuk memasukkan produk halalnya ke pasar Indonesia. Disampaikan bahwa saat ini sudah ada 60 perusahaan Meksiko yang mendapatkan sertifikasi halal, khususnya dari lembaga Instituto Halal (Spanyol).
Delegasi RI menegaskan bahwa sertifikasi halal untuk ekspor ke Indonesia harus mematuhi regulasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).
Pertemuan Komite Konsultatif Pertanian/Consultative Committee on Agriculture (CCA) Indonesia-Meksiko merupakan forum untuk membicarakan berbagai hal terkait isu pertanian yang menjadi perhatian bersama kedua pihak, termasuk untuk meningkatkan kerja sama Indonesia-Mexico.
Pertemuan kali ini merupakan pertemuan ketiga kalinya, setelah CCA Indonesia-Meksiko pertama pada 2012 dan yang kedua pada 2017. Pertemuan CCA selanjutnya akan dilaksanakan di Indonesia tahun depan.
Baca juga: Cangkang kelapa sawit diekspor ke Jepang
Indonesia ajak Meksiko lakukan riset pengembangan biofuel berbasis sawit
Pertemuan ke-3 Komite Konsultatif Pertanian/Consultative Committee on Agriculture (CCA) Indonesia-Meksiko diselenggarakan di Mexico City pada 21-22 November 2019. (KBRI Mexico City)
Jakarta (ANTARA) -