Bandarlampung (ANTARA) - Sebanyak 33 orang mandor sadap PTPN VII Unit Bergen mengikuti pelatihan dasar mental dan kepemimpinan yang dipandu instruktur dari Brigif 3 Marinir. Mereka digembleng untuk menjadi pimpinan yang tangguh dan berkarakter selama dua hari mulai Sabtu (16/11/19).
Manajer PTPN VII Unit Bergen Akhmad Nur Wibowo dalam siaran pers diterima di Bandarlampung, Sabtu malam mengatakan, seorang pemimpin harus memiliki kecakapan fisik, mental, pengetahuan, dan kompetensi. Lebih dari itu, seorang leader juga harus bertanggungjawab atas tim yang dipimpin, juga mempertanggungjawabkan kepada atasannya.
“Latihan dasar mental kepemimpinan ini sangat penting karena menjadi modal utama dari seorang leader. Oleh karena itu, kami minta bantuan teman-teman dari Marinir untuk menanamkan rasa tanggung jawab, merasa senasib dalam satu tim, dan punya kesadaran yang tinggi terhadap tugas,” kata manajer bergelar magister manajemen ini.
Aisten SDM dan Umum PTPN VII Unit Bergen Ferdinandus menambahkan, peserta pelatihan ini adalah para mandor dan mandor besar yang bertugas di lapangan. Ia mengatakan, setiap mandor minimal memimpin satu tim terdiri dari penyadap yang jumlahnya antara 15—30 orang.
Selama ini, kata Ferdi, mereka terseleksi menjadi mandor hanya karena kemampuan dalam pekerjaannya dan dilihat dari model komunikasi yang dilakukan selama bekerja. Sementara, dasar-dasar kepemimpinan yang standar untuk menjadi seorang pengendali tim di lapangan belum didapat.
“Untuk diketahui, mereka menjadi mandor ini kan karena kecakapan di lapangan. Bahkan secara pendidikan, mereka ada yang lulus SMP. Jadi, mereka butuh standarisasi sikap mental bagi seorang pemimpin. Makanya hari ini, selama dua hari kami ingin tanamkan itu supsya tidak ada egosentris dan sifat-sifat yang merugikan dalam satu tim,” kata dia.
Ferdi, sapaan akrabnya, tidak menampik pelatihan dasar ini dinilai terlambat. Selain usia para mandor yang sudah tidak muda lagi, kata dia, idealnya pembekalan mental seperti ini dilakukan di awal mereka dipercaya memegang jabatan.
.
“Kalau dibilang telat, ya betul juga. Tetapi, saya yakin ini akan memperbaiki keadaan. Mereka memang ada sebagian yang usianya sudah hampir pensiun, tetapi memang harus kita satukan sikap mental dan model tanggung jawabnya. Terlebih, sebentar lagi, mulai awal Desember 2019, memasuki puncak produksi getah. Jadi, memang harus disiapkan secara matang,” kata dia.
Sementara itu, S. Sinaga, instruktur dalam pelatihan itu mengatakan akan menanamkan sikap mental yang berkarakter kuat kepada setiap mandor. Untuk itu, timnya akan mengkondisikan agar misi membangun kebersamaan, tanggung jawab, dan teguh pendirian dalam beberapa sesi latihan fisik dan ideologis.
“Untuk menanamkan sikap itu, semua anggota tim harus berada dalam satu kondisi yang sama secara fisik dan secara mental juga satu frekuensi. Cara untuk menyamakan itu, tak ada pilihan kecuali menggembleng fisik. Makanya, ada sedikit latihan ala militer pada pelatihan ini,” kata prajurit Marinir berpangkat Sersan Kepala ini.
Sinaga mengaku sudah menyiapkan mini kurikulum bersama tim dari manajemen PTPN VII Unit Bergen dalam pelatihan ini. Materi yang disusun, kata dia, disesuaikan dengan tugas dan kewenangan yang akan dikuatkan pada para mandor.
“Pada umumnya, para mandor ini kurang disiplin dan kurang peduli dengan keadaan di dalam lingkungan perusahaan. Masih ada rasa egois bahwa pekerjaan kita hanya yang tertulis sesuai tugas yang diberikan perusahaan. Mereka kurang peduli jika ada tim lain mengalami kesulitan atau masalah. Nah, sikap ini yang harus kita kikis habis,” kata dia.
Dalam pelatihan ini, kata Sinaga, semua anggota tim akan mendapat perlakuan dan tugas yang sama, tetapi terukur. Tidak ada pengecualian ini, kata dia, agar semua anggota merasakan senasib sehingga akan muncul rasa saling membutuhkan dan bertanggung jawab.
“Contoh kecilnya, jika satu melanggar, maka semua dapat hukuman. Ini adalah sikap agar kita masing-masing individu mempunyai tanggung jawab pribadi kepada semua tim,” kata dia.
Selama dua hari, mereka akan menginap di lokasi dengan agenda padat. Acara akan diakhiri dengan evaluasi kegiatan dan renungan bersama untuk membangkitkan rasa peduli kepada masa depan perusahaan.
Manajer PTPN VII Unit Bergen Akhmad Nur Wibowo dalam siaran pers diterima di Bandarlampung, Sabtu malam mengatakan, seorang pemimpin harus memiliki kecakapan fisik, mental, pengetahuan, dan kompetensi. Lebih dari itu, seorang leader juga harus bertanggungjawab atas tim yang dipimpin, juga mempertanggungjawabkan kepada atasannya.
“Latihan dasar mental kepemimpinan ini sangat penting karena menjadi modal utama dari seorang leader. Oleh karena itu, kami minta bantuan teman-teman dari Marinir untuk menanamkan rasa tanggung jawab, merasa senasib dalam satu tim, dan punya kesadaran yang tinggi terhadap tugas,” kata manajer bergelar magister manajemen ini.
Aisten SDM dan Umum PTPN VII Unit Bergen Ferdinandus menambahkan, peserta pelatihan ini adalah para mandor dan mandor besar yang bertugas di lapangan. Ia mengatakan, setiap mandor minimal memimpin satu tim terdiri dari penyadap yang jumlahnya antara 15—30 orang.
Selama ini, kata Ferdi, mereka terseleksi menjadi mandor hanya karena kemampuan dalam pekerjaannya dan dilihat dari model komunikasi yang dilakukan selama bekerja. Sementara, dasar-dasar kepemimpinan yang standar untuk menjadi seorang pengendali tim di lapangan belum didapat.
“Untuk diketahui, mereka menjadi mandor ini kan karena kecakapan di lapangan. Bahkan secara pendidikan, mereka ada yang lulus SMP. Jadi, mereka butuh standarisasi sikap mental bagi seorang pemimpin. Makanya hari ini, selama dua hari kami ingin tanamkan itu supsya tidak ada egosentris dan sifat-sifat yang merugikan dalam satu tim,” kata dia.
Ferdi, sapaan akrabnya, tidak menampik pelatihan dasar ini dinilai terlambat. Selain usia para mandor yang sudah tidak muda lagi, kata dia, idealnya pembekalan mental seperti ini dilakukan di awal mereka dipercaya memegang jabatan.
.
“Kalau dibilang telat, ya betul juga. Tetapi, saya yakin ini akan memperbaiki keadaan. Mereka memang ada sebagian yang usianya sudah hampir pensiun, tetapi memang harus kita satukan sikap mental dan model tanggung jawabnya. Terlebih, sebentar lagi, mulai awal Desember 2019, memasuki puncak produksi getah. Jadi, memang harus disiapkan secara matang,” kata dia.
Sementara itu, S. Sinaga, instruktur dalam pelatihan itu mengatakan akan menanamkan sikap mental yang berkarakter kuat kepada setiap mandor. Untuk itu, timnya akan mengkondisikan agar misi membangun kebersamaan, tanggung jawab, dan teguh pendirian dalam beberapa sesi latihan fisik dan ideologis.
“Untuk menanamkan sikap itu, semua anggota tim harus berada dalam satu kondisi yang sama secara fisik dan secara mental juga satu frekuensi. Cara untuk menyamakan itu, tak ada pilihan kecuali menggembleng fisik. Makanya, ada sedikit latihan ala militer pada pelatihan ini,” kata prajurit Marinir berpangkat Sersan Kepala ini.
Sinaga mengaku sudah menyiapkan mini kurikulum bersama tim dari manajemen PTPN VII Unit Bergen dalam pelatihan ini. Materi yang disusun, kata dia, disesuaikan dengan tugas dan kewenangan yang akan dikuatkan pada para mandor.
“Pada umumnya, para mandor ini kurang disiplin dan kurang peduli dengan keadaan di dalam lingkungan perusahaan. Masih ada rasa egois bahwa pekerjaan kita hanya yang tertulis sesuai tugas yang diberikan perusahaan. Mereka kurang peduli jika ada tim lain mengalami kesulitan atau masalah. Nah, sikap ini yang harus kita kikis habis,” kata dia.
Dalam pelatihan ini, kata Sinaga, semua anggota tim akan mendapat perlakuan dan tugas yang sama, tetapi terukur. Tidak ada pengecualian ini, kata dia, agar semua anggota merasakan senasib sehingga akan muncul rasa saling membutuhkan dan bertanggung jawab.
“Contoh kecilnya, jika satu melanggar, maka semua dapat hukuman. Ini adalah sikap agar kita masing-masing individu mempunyai tanggung jawab pribadi kepada semua tim,” kata dia.
Selama dua hari, mereka akan menginap di lokasi dengan agenda padat. Acara akan diakhiri dengan evaluasi kegiatan dan renungan bersama untuk membangkitkan rasa peduli kepada masa depan perusahaan.