Lampung Timur (ANTARA) - Pusat pengembangbiakan badak sumatera atau Suaka Rhino Sumatera (SRS) II yang baru diresmikan, Rabu (30/10), seluas 120 hektare dalam kawasan hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur bakal menjadi habitat badak liar sumatera hasil tangkapan dari dalam hutan Way Kambas.
Operasi penangkapan badak itu akan mulai dilakukan pada Januari 2020 oleh tim gabungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Balai TNWK, dan Yayasan Badak Indonesia (YABI).
"Bulan Januari 2020 akan dilakukan penangkapan badak liar yang ada di hutan Way Kambas, sekarang tim sedang survei projektori sampai bulan Desember," kata Kepala Balai TNWK Subakir, di Lampung Timur, Senin sore.
Baca juga: Kandang baru bagi badak di Suaka Rhino Sumatera
Subakir mengatakan, di hutan Way Kambas terdapat sedikitnya 33 ekor badak bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis) liar. Tiga di antaranya bakal ditangkap dengan cara dijebak masuk ke kandang perangkap.
Subakir menyebutkan badak liar yang akan ditangkap sebanyak tiga ekor, dua betina dan satu jantan.
Ketiga badak tangkapan itu selanjutnya akan ditempatkan di Suaka Rhino Sumatera II.
Dia menjelaskan, tujuan dilakukan penangkapan badak liar itu, untuk menambah populasinya. "Tujuannya menambah populasi dan menghindari badak kawin sedarah," ujarnya pula.
Menurutnya, beberapa ekor badak sumatera yang berada di kandang alami yang lama atau SRS I memiliki hubungan pertalian sedarah.
"Andalas, Andatu, Harapan itu sekandung, masih sedarah, sehingga perlu dicarikan jantan yang lain supaya tidak ada perkawinan sedarah. Kalau perkawinan sedarah, badak akan rentan terkena penyakit," katanya lagi.
Baca juga: Gubernur Arinal komit lindungi badak sumatera
Suaka Rhino Sumatera di Way Kambas merupakan tempat pengembangbiakan badak sumatera semi alami.
Suaka Rhino Sumatera I luasnya 100 hektare. Ada tujuh ekor badak yang menghuninya, yakni badak yang diberi nama Bina. Badak betina ini menghuni SRS sejak 8 Januari 1998 dari Taman Safari Indonesia. Ditangkap di hutan Bengkulu pada tahun 1991.
Lalu, Badak Ratu menghuni SRS sejak September 2005, merupakan badak betina asli TNWK yang keluar dari kawasan hutan dan ditangkap di Desa Labuhan Ratu sekitar 2 km dari batas taman nasional ini.
Kemudian, Rosa merupakan badak betina yang menghuni SRS Sejak 26 November 2005, sebelumnya berhasil ditangkap di Taman Nasional Bukit Barisan (TNBBS) sejak awal tahun 2004.
Baca juga: Kandang badak baru di Suaka Rhino Sumatera diresmikan
Badak lainnya adalah Andalas, badak jantan yang menghuni SRS sejak 10 Februari 2007, berasal dari Los Angeles Zoo, USA. Lahir pada 13 September 2001 di Cincinnati Zoo, Amerika Serikat; Andatu, badak jantan yang lahir 23 Juni 2012 merupakan anak badak hasil perkawinan Andalas dan Ratu; Harapan adalah badak jantan sumatera ketiga yang lahir di Kebun Binatang Cincinnati Zoo, AS pada tahun 2007.
Selanjutnya, Delilah adalah badak betina, lahir pada tanggal 12 Mei 2016 di SRS TNWK merupakan anak badak hasil perkawinan induknya, Ratu dan Andalas.
Operasi penangkapan badak itu akan mulai dilakukan pada Januari 2020 oleh tim gabungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Balai TNWK, dan Yayasan Badak Indonesia (YABI).
"Bulan Januari 2020 akan dilakukan penangkapan badak liar yang ada di hutan Way Kambas, sekarang tim sedang survei projektori sampai bulan Desember," kata Kepala Balai TNWK Subakir, di Lampung Timur, Senin sore.
Baca juga: Kandang baru bagi badak di Suaka Rhino Sumatera
Subakir mengatakan, di hutan Way Kambas terdapat sedikitnya 33 ekor badak bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis) liar. Tiga di antaranya bakal ditangkap dengan cara dijebak masuk ke kandang perangkap.
Subakir menyebutkan badak liar yang akan ditangkap sebanyak tiga ekor, dua betina dan satu jantan.
Ketiga badak tangkapan itu selanjutnya akan ditempatkan di Suaka Rhino Sumatera II.
Dia menjelaskan, tujuan dilakukan penangkapan badak liar itu, untuk menambah populasinya. "Tujuannya menambah populasi dan menghindari badak kawin sedarah," ujarnya pula.
Menurutnya, beberapa ekor badak sumatera yang berada di kandang alami yang lama atau SRS I memiliki hubungan pertalian sedarah.
"Andalas, Andatu, Harapan itu sekandung, masih sedarah, sehingga perlu dicarikan jantan yang lain supaya tidak ada perkawinan sedarah. Kalau perkawinan sedarah, badak akan rentan terkena penyakit," katanya lagi.
Baca juga: Gubernur Arinal komit lindungi badak sumatera
Suaka Rhino Sumatera di Way Kambas merupakan tempat pengembangbiakan badak sumatera semi alami.
Suaka Rhino Sumatera I luasnya 100 hektare. Ada tujuh ekor badak yang menghuninya, yakni badak yang diberi nama Bina. Badak betina ini menghuni SRS sejak 8 Januari 1998 dari Taman Safari Indonesia. Ditangkap di hutan Bengkulu pada tahun 1991.
Lalu, Badak Ratu menghuni SRS sejak September 2005, merupakan badak betina asli TNWK yang keluar dari kawasan hutan dan ditangkap di Desa Labuhan Ratu sekitar 2 km dari batas taman nasional ini.
Kemudian, Rosa merupakan badak betina yang menghuni SRS Sejak 26 November 2005, sebelumnya berhasil ditangkap di Taman Nasional Bukit Barisan (TNBBS) sejak awal tahun 2004.
Baca juga: Kandang badak baru di Suaka Rhino Sumatera diresmikan
Badak lainnya adalah Andalas, badak jantan yang menghuni SRS sejak 10 Februari 2007, berasal dari Los Angeles Zoo, USA. Lahir pada 13 September 2001 di Cincinnati Zoo, Amerika Serikat; Andatu, badak jantan yang lahir 23 Juni 2012 merupakan anak badak hasil perkawinan Andalas dan Ratu; Harapan adalah badak jantan sumatera ketiga yang lahir di Kebun Binatang Cincinnati Zoo, AS pada tahun 2007.
Selanjutnya, Delilah adalah badak betina, lahir pada tanggal 12 Mei 2016 di SRS TNWK merupakan anak badak hasil perkawinan induknya, Ratu dan Andalas.