Solo (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) menyatakan digitalisasi bisa menjadi sumber ekonomi baru dan mampu mendorong pertumbuhan perekonomian di dalam negeri.
"Pertumbuhan ekonomi kita memang masih 5 persen dalam lima tahun terakhir. Ke depan harapannya bisa tumbuh di atas 5 persen, syukur-syukur bisa sampai 8 persen," kata Anggota Dewan Gubernur BI Sugeng pada kegiatan Festival Edukasi Bank Indonesia di Kampus UNS Surakarta, Rabu.
Ia berharap ke depan Indonesia bisa masuk ke dalam negara dengan pendapatan tertinggi di dunia. Oleh karena itu, dikatakannya, perlu adanya pertumbuhan ekonomi yang positif.
"Paling tidak pada tahun 2033 ekonomi kita bisa tumbuh sekitar 8 persen. Salah satunya adalah mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru, melalui ekonomi digital," katanya.
Ia mengatakan untuk mengembangkan ekonomi digital ini bisa melalui kerja sama perbankan dengan finansial teknologi.
"Sejauh ini sektor tersebut tumbuh bagus dan menghasilkan unicorn-unicorn, seperti Gojek yang sampai saat ini ekspansinya sudah sampai ke Thailand," katanya.
Selain itu, dikatakannya, ekonomi digital juga harus didorong dengan sistem elektronifikasi. Terkait hal itu, pemerintah sudah menerapkannya di banyak sektor, yaitu bantuan sosial.
Baca: Modal masuk Indonesia Rp192 triliun sehingga rupiah stabil
"Kalau dulu bantuan sosial diserahkan secara tunai, tetapi kan kurang efektif. Dikirim ke tingkat kabupaten dulu sampai kelurahan, nanti sampai ke penerima tidak sampai 100 persen," katanya.
Selain itu, di tingkat pemerintah daerah, dikatakannya, banyak sektor yang bisa digali melalui penerapan ekonomi digital, salah satunya pajak usaha.
"Penerimaan banyak yang harus digali, misalnya selama ini kalau dari restoran bisa saja tidak disetor ke pemda pajaknya. Selain itu, kami juga mendorong digitalisasi UMKM, bukan hanya dalam negeri tetapi sampai ekspor. Ini juga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.
Sementara itu, pada kesempatan tersebut BI sekaligus menyosialisasikan QRIS, yaitu standar QR Code untuk pembayaran di Indonesia yang dikembangkan oleh BI.
"Pertumbuhan ekonomi kita memang masih 5 persen dalam lima tahun terakhir. Ke depan harapannya bisa tumbuh di atas 5 persen, syukur-syukur bisa sampai 8 persen," kata Anggota Dewan Gubernur BI Sugeng pada kegiatan Festival Edukasi Bank Indonesia di Kampus UNS Surakarta, Rabu.
Ia berharap ke depan Indonesia bisa masuk ke dalam negara dengan pendapatan tertinggi di dunia. Oleh karena itu, dikatakannya, perlu adanya pertumbuhan ekonomi yang positif.
"Paling tidak pada tahun 2033 ekonomi kita bisa tumbuh sekitar 8 persen. Salah satunya adalah mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru, melalui ekonomi digital," katanya.
Ia mengatakan untuk mengembangkan ekonomi digital ini bisa melalui kerja sama perbankan dengan finansial teknologi.
"Sejauh ini sektor tersebut tumbuh bagus dan menghasilkan unicorn-unicorn, seperti Gojek yang sampai saat ini ekspansinya sudah sampai ke Thailand," katanya.
Selain itu, dikatakannya, ekonomi digital juga harus didorong dengan sistem elektronifikasi. Terkait hal itu, pemerintah sudah menerapkannya di banyak sektor, yaitu bantuan sosial.
Baca: Modal masuk Indonesia Rp192 triliun sehingga rupiah stabil
"Kalau dulu bantuan sosial diserahkan secara tunai, tetapi kan kurang efektif. Dikirim ke tingkat kabupaten dulu sampai kelurahan, nanti sampai ke penerima tidak sampai 100 persen," katanya.
Selain itu, di tingkat pemerintah daerah, dikatakannya, banyak sektor yang bisa digali melalui penerapan ekonomi digital, salah satunya pajak usaha.
"Penerimaan banyak yang harus digali, misalnya selama ini kalau dari restoran bisa saja tidak disetor ke pemda pajaknya. Selain itu, kami juga mendorong digitalisasi UMKM, bukan hanya dalam negeri tetapi sampai ekspor. Ini juga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.
Sementara itu, pada kesempatan tersebut BI sekaligus menyosialisasikan QRIS, yaitu standar QR Code untuk pembayaran di Indonesia yang dikembangkan oleh BI.