Banjarmasin (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mengatakan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk membangkitkan ekonomi syariah mengingat ekonomi tersebut bisa menjadi sumber pertumbuhan baru di tengah perekonomian dunia yang tidak stabil.
"Sekarang waktunya kita bangkitkan ekonomi syariah," kata Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi ketika membuka Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Kawasan Timur Indonesia 2019 di Banjarmasin, Kamis malam.
Rosmaya dalam kegiatan yang didahului dengan pembacaan doa kepada Presiden ke-3 RI BJ Habibie yang meninggal pada 11 September 2019, mengatakan saat ini perekonomian dunia dipenuhi ketidakpastian. Salah satunya karena perang dagang yang terjadi antara AS dan China.
Tren di dunia itu kini yang menjadikan ekonomi dan keuangan syariah dapat menjadi sumber pertumbuhan baru, katanya.
Ia mengatakan, ekonomi syariah kini tidak hanya didominasi oleh negara-negara berpenduduk muslim.
Rosmaya mengungkapkan dalam laporan State of Global Islamic Economy Report 2018, memperlihatkan bahwa Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia masih merupakan pasar (konsumen) dari produk-produk halal dunia.
"Ke depan Indonesia harus juga menjadi produsen maupun penyedia jasa (pariwisata) halal yang dapat berkontribusi pada peningkatan ekspor dan devisa serta mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.
BI, katanya, melihat besarnya peluang ekonomi syariah di Indonesia. Kebijakan ekonomi syariah menjadi salah satu bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi nasional.
Kebijakan ekonomi syariah BI diwujudkan dalam tiga program utama. Pertama, pengembangan ekonomi syariah dengan mengembangkan rantai nilai pada industri halal nasional untuk mendorong produk-produk halal, baik seperti makanan halal, busana muslim, maupun pariwisata halal.
Kedua, melakukan pendalaman pasar keuangan syariah. BI telah mengeluarkan instrumen Sukuk Bank Indonesia (SUKBI) yang ditujukan untuk mendukung dan memperkuat pengelolaan likuiditas perbankan syariah.
Ketiga, BI melakukan kampanye untuk mendorong gaya hidup halal, yang mendukung rantai nilai halal, di antaranya dengan menyelenggarakan kegiatan FESyar seperti ini dan Festival Ekonomi Syariah internasional (ISEF) yang akan diselenggarakan November 2019.
"Sekarang waktunya kita bangkitkan ekonomi syariah," kata Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi ketika membuka Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Kawasan Timur Indonesia 2019 di Banjarmasin, Kamis malam.
Rosmaya dalam kegiatan yang didahului dengan pembacaan doa kepada Presiden ke-3 RI BJ Habibie yang meninggal pada 11 September 2019, mengatakan saat ini perekonomian dunia dipenuhi ketidakpastian. Salah satunya karena perang dagang yang terjadi antara AS dan China.
Tren di dunia itu kini yang menjadikan ekonomi dan keuangan syariah dapat menjadi sumber pertumbuhan baru, katanya.
Ia mengatakan, ekonomi syariah kini tidak hanya didominasi oleh negara-negara berpenduduk muslim.
Rosmaya mengungkapkan dalam laporan State of Global Islamic Economy Report 2018, memperlihatkan bahwa Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia masih merupakan pasar (konsumen) dari produk-produk halal dunia.
"Ke depan Indonesia harus juga menjadi produsen maupun penyedia jasa (pariwisata) halal yang dapat berkontribusi pada peningkatan ekspor dan devisa serta mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.
BI, katanya, melihat besarnya peluang ekonomi syariah di Indonesia. Kebijakan ekonomi syariah menjadi salah satu bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi nasional.
Kebijakan ekonomi syariah BI diwujudkan dalam tiga program utama. Pertama, pengembangan ekonomi syariah dengan mengembangkan rantai nilai pada industri halal nasional untuk mendorong produk-produk halal, baik seperti makanan halal, busana muslim, maupun pariwisata halal.
Kedua, melakukan pendalaman pasar keuangan syariah. BI telah mengeluarkan instrumen Sukuk Bank Indonesia (SUKBI) yang ditujukan untuk mendukung dan memperkuat pengelolaan likuiditas perbankan syariah.
Ketiga, BI melakukan kampanye untuk mendorong gaya hidup halal, yang mendukung rantai nilai halal, di antaranya dengan menyelenggarakan kegiatan FESyar seperti ini dan Festival Ekonomi Syariah internasional (ISEF) yang akan diselenggarakan November 2019.