Bandarlampung (ANTARA) - Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim (Nunik) pada peringatan Hari Literasi Internasional meminta kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung untuk mendonasikan buku bekas ke berbagai perpustakaan desa.
"Saya mengimbau agar pegawai Pemprov Lampung mendonasikan buku bekas yang layak untuk dikumpulkan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan untuk disalurkan ke perpustakaan-perpustakaan di desa maupun di wilayah-wilayah terpencil," kata dia di Bandarlampung, Senin.
Ia menyebutkan berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) angka bebas buta aksara di Tanah Air mencapai 97,93 persen sehingga sekitar 2,07 persen atau 3,4 juta warga masih belum mengenal huruf dan mampu membaca.
Jumlah buta aksara di Tanah Air terjadi pada usia 15-59 tahun yang tersebar di 11 provinsi. Jumlah terbanyak di Provinsi Papua.
Menurut dia, Hari Literasi kesempatan saling mengingatkan semua pihak terkait dengan pentingnya setiap orang harus bisa membaca sehingga perlu dilakukan upaya bersama agar jumlah orang yang buta aksara terus berkurang hingga nol persen.
Di Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, Hari Aksara Internasional dirayakan oleh sejumlah pegiat literasi, di antaranya "Mbah Buyut" atau Mufrodi, pegiat Es Krim Pustaka, Muhamad Rohman, pegiat Cendol Lele Pustaka, Cicih Jayanti, pegiat Pendopo Pustaka.
Selain itu, suporter Arema FC, Aremania, BEM UNU Lampung, WCS IP (lembaga swadaya masyarakat bidang lingkungan yang aktif terhadap perlindungan satwa di Taman Nasional Way Kambas), serta siswa TK berikut gurunya.
Peringatan Hari Aksara Internasional di Lampung Timur mengusung tema "Gerakan membaca untuk menghapus buta aksara".
Pegiat Es Krim Pustaka "Mbah Buyut" berharap, Indonesia cepat bebas dari orang yang buta aksara.
Ia menyatakan apa yang dilakukannya selama ini berkeliling berjualan es krim sambil membawakan anak-anak buku bacaan bertujuan memotivasi generasi muda agar giat belajar.
Muhamad Rohman, pegiat Cendol Pustaka, mengatakan Hari Aksara kesempatan yang tepat untuk mengingatkan masyarakat bahwasanya pendidikan hal yang penting dan kebiasaan membaca buku mesti digelorakan.
"Manfaat membaca sangat penting, kita bisa tahu banyak hal, kalau masyarakat tidak bisa membaca akan berpengaruh pada ekonomi mereka, ekonomi mereka akan kesulitan," ujar dia.
Menurut dia, Hari Aksara harus menjadi perhatian pemerintah.
Pemerintah, menurut dia, semestinya melakukan tindakan lebih dari apa yang dilakukan para pegiat literasi dalam menumbuhkan minat baca masyarakat.
"Kami bergerak dengan apa dan kami punya apa, seharusnya pemerintah melakukan lebih dari apa yang kami lakukan karena pemerintah punya anggaran dan punya efek yang lebih besar," katanya.
"Saya mengimbau agar pegawai Pemprov Lampung mendonasikan buku bekas yang layak untuk dikumpulkan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan untuk disalurkan ke perpustakaan-perpustakaan di desa maupun di wilayah-wilayah terpencil," kata dia di Bandarlampung, Senin.
Ia menyebutkan berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) angka bebas buta aksara di Tanah Air mencapai 97,93 persen sehingga sekitar 2,07 persen atau 3,4 juta warga masih belum mengenal huruf dan mampu membaca.
Jumlah buta aksara di Tanah Air terjadi pada usia 15-59 tahun yang tersebar di 11 provinsi. Jumlah terbanyak di Provinsi Papua.
Menurut dia, Hari Literasi kesempatan saling mengingatkan semua pihak terkait dengan pentingnya setiap orang harus bisa membaca sehingga perlu dilakukan upaya bersama agar jumlah orang yang buta aksara terus berkurang hingga nol persen.
Di Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, Hari Aksara Internasional dirayakan oleh sejumlah pegiat literasi, di antaranya "Mbah Buyut" atau Mufrodi, pegiat Es Krim Pustaka, Muhamad Rohman, pegiat Cendol Lele Pustaka, Cicih Jayanti, pegiat Pendopo Pustaka.
Selain itu, suporter Arema FC, Aremania, BEM UNU Lampung, WCS IP (lembaga swadaya masyarakat bidang lingkungan yang aktif terhadap perlindungan satwa di Taman Nasional Way Kambas), serta siswa TK berikut gurunya.
Peringatan Hari Aksara Internasional di Lampung Timur mengusung tema "Gerakan membaca untuk menghapus buta aksara".
Pegiat Es Krim Pustaka "Mbah Buyut" berharap, Indonesia cepat bebas dari orang yang buta aksara.
Ia menyatakan apa yang dilakukannya selama ini berkeliling berjualan es krim sambil membawakan anak-anak buku bacaan bertujuan memotivasi generasi muda agar giat belajar.
Muhamad Rohman, pegiat Cendol Pustaka, mengatakan Hari Aksara kesempatan yang tepat untuk mengingatkan masyarakat bahwasanya pendidikan hal yang penting dan kebiasaan membaca buku mesti digelorakan.
"Manfaat membaca sangat penting, kita bisa tahu banyak hal, kalau masyarakat tidak bisa membaca akan berpengaruh pada ekonomi mereka, ekonomi mereka akan kesulitan," ujar dia.
Menurut dia, Hari Aksara harus menjadi perhatian pemerintah.
Pemerintah, menurut dia, semestinya melakukan tindakan lebih dari apa yang dilakukan para pegiat literasi dalam menumbuhkan minat baca masyarakat.
"Kami bergerak dengan apa dan kami punya apa, seharusnya pemerintah melakukan lebih dari apa yang kami lakukan karena pemerintah punya anggaran dan punya efek yang lebih besar," katanya.