Mataram (ANTARA) - Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kerujuk Lestari, Desa Kerujuk, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, mengembangkan wisata pasar mingguan yang menjual produk pangan olahan tradisional yang harus dibeli dengan uang keping terbuat dari kayu.
Ketua Pokdarwis Kerujuk Lestari, Lukmanul Hakim, di Lombok Utara, Minggu, mengatakan gagasan mengembangkan pasar mingguan tersebut untuk membangkitkan perekonomian warga pascagempa bumi 2018.
"Pasar mingguan ini sudah dibuka secara resmi pada 25 Agustus 2019. Aktivitas jual beli sebenarnya sudah ada sejak November 2015, tapi hanya dua lapak, belum seperti sekarang ini," kata pria yang akrab disapa Lukman itu, ketika ditemui di sela memantau aktivitas pasar mingguan.
Tujuan lain, kata dia, mempromosikan Desa Wisata Kerujuk yang merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Lombok Utara.
Desa Wisata Kerujuk memiliki keindahan panorama alam pegunungan, persawahan, sentra gula aren dan budi daya perikanan air tawar.
Untuk bisa menikmati alam, kata Lukman, wisatawan bisa bersepeda mengelilingi desa.
Selain merasakan hawa sejuk pegunungan, wisatawan juga bisa berinteraksi dengan warga yang sedang memproduksi gula merah berbahan baku nira.
Pokdarwis Kerujuk Lestari menyediakan penyewaan sepeda dengan biaya Rp15 ribu per jam.
"Kami juga menyediakan wahana permainan flying fox. Lokasi jelajah alam dan kolam pemancingan ikan yang representatif," ujarnya.
Sejak pasar mingguan dibuka, kata dia, kunjungan wisatawan rata-rata mencapai 200 orang per hari, di mana sebagian besar wisatawan domestik, sedangkan turis asing baru lima persen.
Menurut Lukman, para wisatawan antusias menikmati panorama alam sambil menikmati produk pangan olahan tradisional yang dijual oleh kelompok perempuan di Desa Wisata Kerujuk itu.
Hal itu dibuktikan dengan habisnya barang dagangan setiap kali pasar mingguan dibuka. Bahkan, barang yang dijual laku semua sebelum operasional pasar tutup pada sore hari.
"Pasar dibuka sejak pukul 07.00 Wita hingga pukul 16.00 Wita. Tapi pasar belum tutup, barang yang dijual sudah habis pada siang hari," ucap dia.
Ia juga menjelaskan tentang penggunaan uang keping terbuat dari kayu sebagai alat transaksi untuk mengetahui nilai perputaran uang setiap pasar mingguan dibuka.
Selain itu, sebagai bentuk keunikan pasar mingguan yang diharapkan bisa menjadi magnet yang menarik wisatawan untuk datang ke Desa Wisata Kerujuk.
Uang keping dari kayu tersebut, lanjut Lukman, dibeli di pintu masuk pasar mingguan. Ada tiga nominal uang yang bisa dibeli, yakni nominal 2,5 senilai Rp2.500, nominal 5 senilai Rp5.000, dan nominal 10 senilai Rp10.000.
Para pedagang nantinya menukarkan kepingan uang terbuat dari kayu tersebut dengan uang rupiah kepada pengelola pasar mingguan sesuai dengan hasil penjualannya.
"Dari hasil penukaran uang kayu tersebut, kami bisa tahu berapa perputaran uang setiap kali pasar dibuka. Itu belum termasuk jasa parkir kendaraan," katanya.
Ketua Pokdarwis Kerujuk Lestari, Lukmanul Hakim, di Lombok Utara, Minggu, mengatakan gagasan mengembangkan pasar mingguan tersebut untuk membangkitkan perekonomian warga pascagempa bumi 2018.
"Pasar mingguan ini sudah dibuka secara resmi pada 25 Agustus 2019. Aktivitas jual beli sebenarnya sudah ada sejak November 2015, tapi hanya dua lapak, belum seperti sekarang ini," kata pria yang akrab disapa Lukman itu, ketika ditemui di sela memantau aktivitas pasar mingguan.
Tujuan lain, kata dia, mempromosikan Desa Wisata Kerujuk yang merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Lombok Utara.
Desa Wisata Kerujuk memiliki keindahan panorama alam pegunungan, persawahan, sentra gula aren dan budi daya perikanan air tawar.
Untuk bisa menikmati alam, kata Lukman, wisatawan bisa bersepeda mengelilingi desa.
Selain merasakan hawa sejuk pegunungan, wisatawan juga bisa berinteraksi dengan warga yang sedang memproduksi gula merah berbahan baku nira.
Pokdarwis Kerujuk Lestari menyediakan penyewaan sepeda dengan biaya Rp15 ribu per jam.
"Kami juga menyediakan wahana permainan flying fox. Lokasi jelajah alam dan kolam pemancingan ikan yang representatif," ujarnya.
Sejak pasar mingguan dibuka, kata dia, kunjungan wisatawan rata-rata mencapai 200 orang per hari, di mana sebagian besar wisatawan domestik, sedangkan turis asing baru lima persen.
Menurut Lukman, para wisatawan antusias menikmati panorama alam sambil menikmati produk pangan olahan tradisional yang dijual oleh kelompok perempuan di Desa Wisata Kerujuk itu.
Hal itu dibuktikan dengan habisnya barang dagangan setiap kali pasar mingguan dibuka. Bahkan, barang yang dijual laku semua sebelum operasional pasar tutup pada sore hari.
"Pasar dibuka sejak pukul 07.00 Wita hingga pukul 16.00 Wita. Tapi pasar belum tutup, barang yang dijual sudah habis pada siang hari," ucap dia.
Ia juga menjelaskan tentang penggunaan uang keping terbuat dari kayu sebagai alat transaksi untuk mengetahui nilai perputaran uang setiap pasar mingguan dibuka.
Selain itu, sebagai bentuk keunikan pasar mingguan yang diharapkan bisa menjadi magnet yang menarik wisatawan untuk datang ke Desa Wisata Kerujuk.
Uang keping dari kayu tersebut, lanjut Lukman, dibeli di pintu masuk pasar mingguan. Ada tiga nominal uang yang bisa dibeli, yakni nominal 2,5 senilai Rp2.500, nominal 5 senilai Rp5.000, dan nominal 10 senilai Rp10.000.
Para pedagang nantinya menukarkan kepingan uang terbuat dari kayu tersebut dengan uang rupiah kepada pengelola pasar mingguan sesuai dengan hasil penjualannya.
"Dari hasil penukaran uang kayu tersebut, kami bisa tahu berapa perputaran uang setiap kali pasar dibuka. Itu belum termasuk jasa parkir kendaraan," katanya.