Jakarta (ANTARA) - Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkolaborasi dengan dengan Tim Universitas Cambridge serta Institut Teknologi Bandung (ITB) memasang 27 unit Ocean Bottom Seismometer (OBS) deteksi getaran dasar laut di Selat Makasar, Perairan Sulawesi.

Pemasangan ini dilakukan oleh para peneliti dengan menggunakan Kapal Riset Geomarin III terhitung mulai 15 Agustus 2019 sampai akhir Agustus 2019, berdasarkan data yang dihimpun Antara di Jakarta, Minggu.

"Pemasangan OBS ini di lakukan sebagai bentuk upaya untuk meminimalisir gempa bumi dan bencana tsunami di Pulau Sulawesi dan Kalimantan," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Agung Pribadi.

Menurut Agung, pemilihan OBS dikarenakan selain mampu mendeteksi sinyal gempa, juga memiliki kelebihan dalam kapasitas perekaman, analisa yang lebih baik serta sistem peringatan dini yang efektif.

Berdasarkan laporan dari BLU P3GL, kegiatan ini menjadi bagian dari riset pengembangan pemodelan untuk wilayah Sulawesi yang sebelumnya telah dikembangkan oleh ITB Bandung dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

"Hasil pengembangan riset akan jadi rujukan untuk penyusunan kebijakan Pemerintah menetapkan standar bangunan yang tepat dan menyediakan sarana kesiapsiagaan terhadap gempa bumi dan tsunami," ungkap Agung.

Sementara itu, peneliti Geologi Universitas Cambridge Simone Pili menilai pemilihan lokasi di Selat Makasar mengacu pada peristiwa gempa bumi dan tsunami pada September 2018. Apalagi daerah antara Kalimantan dan Sulawesi terletak dalam suatu zona kompleks interaksi antara lempeng Australia, Pasifik, Filipina, dan Sunda serta beberapa microplate.

"Gempa bumi Palu menyebabkan longsoran dasar laut berskala besar yang memindahkan sejumlah besar volume air, sehingga tsunami terjadi," jelas Pili.

Untuk membuktikan hal ini, tambah Pili, diperlukan riset lanjutan agar dapat memberikan gambaran secara menyeluruh struktur geologi dalam seperti Palu-Koro dan zona subduksi di Selat Makasar dan Laut Sulawesi.

Sebagai informasi, OBS merupakan seismometer (alat pendeteksi) yang dirancang untuk merekam gerakan bumi di bawah lautan dan danau dari sumber buatan manusia dan sumber alam. Sensor di dasar laut digunakan untuk mengamati peristiwa akustik dan seismik.

 


Pewarta : Afut Syafril Nursyirwan
Editor : Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024