Metro (ANTARA) - Produksi padi di Kota Metro, Provinsi Lampung tahun 2019 ini terancam mengalami penurunan karena Kota Metro tidak mendapat jatah air untuk tanam musim gadu (kemarau) ini.
"Karena tidak mendapatkan pasokan air, sekitar 1.500 hektare areal persawahan di Kota Metro ini tidak bisa ditanami padi musim gadu," kata Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan, Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Metro, Wiji, di Metro, Kamis.
Dia menjelaskan, akibat tidak dapat ditanami tersebut, produksi padi Kota Metro mengalami penurunan kurang lebih mencapai 8.400 ton gabah kering panen yang setara dengan 4.500 ton beras.
"Kira-kira segitu, karena per hektare sawah di Kota Metro ini bisa memproduksi padi mencapai rata-rata 5,6 ton," katanya lagi.
Pihaknya saat ini sedang berupaya meminta Pemprov Lampung untuk bisa mengairi persawahan di Metro, mengingat SK gubernur mengisyaratkan agar petani di Metro mendapat pasokan air musim gadu ini.
"SK gubernur tidak akan ada pembatalannya. Sedangkan dalam SK tersebut tertera kita mendapatkan air dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Sekampung Sistem melalui kanal I. Sementara balai tidak memberikan air kepada Kota Metro," ujarnya lagi.
Selain itu, lanjut Wiji, pemkot setempat juga sudah mengusulkan agar mendapatkan pasokan air dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Sekampung namun hingga kini belum ada realisasinya.
"Kami juga akan menghadap gubernur untuk meminta agar pasokan air diberikan dari BPSDA Sekampung," katanya pula.
Menurut dia, salah satu cara untuk mengantisipasi kurang pasokan air adalah dengan membangun embung-embung dan sumur bor.
"Ke depan akan kita coba usulkan untuk pengadaan embung dan sumur bor di beberapa areal pertanian padi untuk mengatisipasi terhenti pasokan air," katanya lagi.
Wiji menambahkan, selama beberapa tahun ini produksi padi Kota Metro mengalami surplus hingga 3.000 ton.
"Makanya dengan tidak ada air, berimbas produksi padi Kota Metro mengalami penurunan hingga 8.400 ton," katanya lagi.
"Karena tidak mendapatkan pasokan air, sekitar 1.500 hektare areal persawahan di Kota Metro ini tidak bisa ditanami padi musim gadu," kata Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan, Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Metro, Wiji, di Metro, Kamis.
Dia menjelaskan, akibat tidak dapat ditanami tersebut, produksi padi Kota Metro mengalami penurunan kurang lebih mencapai 8.400 ton gabah kering panen yang setara dengan 4.500 ton beras.
"Kira-kira segitu, karena per hektare sawah di Kota Metro ini bisa memproduksi padi mencapai rata-rata 5,6 ton," katanya lagi.
Pihaknya saat ini sedang berupaya meminta Pemprov Lampung untuk bisa mengairi persawahan di Metro, mengingat SK gubernur mengisyaratkan agar petani di Metro mendapat pasokan air musim gadu ini.
"SK gubernur tidak akan ada pembatalannya. Sedangkan dalam SK tersebut tertera kita mendapatkan air dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Sekampung Sistem melalui kanal I. Sementara balai tidak memberikan air kepada Kota Metro," ujarnya lagi.
Selain itu, lanjut Wiji, pemkot setempat juga sudah mengusulkan agar mendapatkan pasokan air dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Sekampung namun hingga kini belum ada realisasinya.
"Kami juga akan menghadap gubernur untuk meminta agar pasokan air diberikan dari BPSDA Sekampung," katanya pula.
Menurut dia, salah satu cara untuk mengantisipasi kurang pasokan air adalah dengan membangun embung-embung dan sumur bor.
"Ke depan akan kita coba usulkan untuk pengadaan embung dan sumur bor di beberapa areal pertanian padi untuk mengatisipasi terhenti pasokan air," katanya lagi.
Wiji menambahkan, selama beberapa tahun ini produksi padi Kota Metro mengalami surplus hingga 3.000 ton.
"Makanya dengan tidak ada air, berimbas produksi padi Kota Metro mengalami penurunan hingga 8.400 ton," katanya lagi.