Medan (ANTARA) - Sebuah bunga bangkai yang cukup langka tumbuh subur di kampus hijau Universitas Negeri Medan (Unimed), Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di halaman rumah kaca laboratorium biologi di perguruan tinggi negeri itu.
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unimed Dr Martina Restuati,MSi, di Medan, Senin, menyebutkan awalnya bunga bangkai, tanaman dari marga Amorphophallus itu, ditanam pada tahun 2011 yang bibitnya berasal dari daerah Kabupaten Langkat, Sumut.
Tinggi bunga tersebut bisa mencapai 2,5 meter, dengan lebar 1,5 meter saat mekar.
"Amorpophallus yang biasa disebut bunga bangkai itu berasal dari suku talas-talasan," ujar Martina.
Ia menjelaskan, bunga bangkai ini sangat berbeda dengan bunga Rafflesia, meskipun sama-sama mengeluarkan bau bangkai.
Bunga Rafflesia merupakan tumbuhan parasit yang hanya bisa hidup bergantung dari pohon induknya. Sementara itu, bunga bangkai ini memiliki umbi, batang, hingga akar sendiri, sehingga bisa mencari makan sendiri.
"Bunga bangkai dapat tumbuh melalui biji bunga dan juga umbi," ucap dia.
Martina menambahkan, namun jika dari biji, tanaman tersebut perlu puluhan tahun untuk tumbuh dan berbunga. Tapi jika dari umbi, tanaman tersebut akan tumbuh lebih cepat, tergantung dari usia umbi yang ditemukan di hutan.
"Sedangkan bunga bangkai di Unimed sudah 8 tahun ditanam, dan baru tahun ini mengeluarkan bunganya," katanya.
Ia mengatakan, mekarnya bunga tersebut, menyedot perhatian mahasiswa. Banyak mahasiswa yang penasaran dan berswafoto dengan tanaman langka itu.
"Mahasiswa Biologi Unimed berinisiatif memberi batas aman para pengunjung dan dilengkapi dengan spanduk berisikan keterangan singkat tanaman tersebut," jelasnya.
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unimed Dr Martina Restuati,MSi, di Medan, Senin, menyebutkan awalnya bunga bangkai, tanaman dari marga Amorphophallus itu, ditanam pada tahun 2011 yang bibitnya berasal dari daerah Kabupaten Langkat, Sumut.
Tinggi bunga tersebut bisa mencapai 2,5 meter, dengan lebar 1,5 meter saat mekar.
"Amorpophallus yang biasa disebut bunga bangkai itu berasal dari suku talas-talasan," ujar Martina.
Ia menjelaskan, bunga bangkai ini sangat berbeda dengan bunga Rafflesia, meskipun sama-sama mengeluarkan bau bangkai.
Bunga Rafflesia merupakan tumbuhan parasit yang hanya bisa hidup bergantung dari pohon induknya. Sementara itu, bunga bangkai ini memiliki umbi, batang, hingga akar sendiri, sehingga bisa mencari makan sendiri.
"Bunga bangkai dapat tumbuh melalui biji bunga dan juga umbi," ucap dia.
Martina menambahkan, namun jika dari biji, tanaman tersebut perlu puluhan tahun untuk tumbuh dan berbunga. Tapi jika dari umbi, tanaman tersebut akan tumbuh lebih cepat, tergantung dari usia umbi yang ditemukan di hutan.
"Sedangkan bunga bangkai di Unimed sudah 8 tahun ditanam, dan baru tahun ini mengeluarkan bunganya," katanya.
Ia mengatakan, mekarnya bunga tersebut, menyedot perhatian mahasiswa. Banyak mahasiswa yang penasaran dan berswafoto dengan tanaman langka itu.
"Mahasiswa Biologi Unimed berinisiatif memberi batas aman para pengunjung dan dilengkapi dengan spanduk berisikan keterangan singkat tanaman tersebut," jelasnya.