Bagi pemburu keripik pisang, Jalan Pagar Alam yang lebih terkenal dengan sebutan Gang PU, masih tetap menjadi lokasi favorit membeli keripik pisang. Bukan hanya warga Bandarlampung yang mencari keripik pisang di Gang PU Kecamatan Kedaton itu, tetapi juga orang luar daerah saat berkunjung ke Bandarlampung banyak yang membelinya sebagai oleh-oleh ke keluarga atau temannya.
Di kawasan yang dijadikan sebagai Kampung UKM Digital Sentra Keripik Bandarlampung itu, terdapat lebih dari 40 toko yang berjajar di pinggir jalan. Toko-toko itu ramai dikunjungi para pembeli, terlebih saat liburan tiba.
"Setiap hari setidaknya ada 10 sampai 15 pembeli. Kalau liburan, sudah gak kehitung jumlahnya. Biasanya kita sampai enggak dapat istirahat karena pembeli terus datang," ujar Eliya (37), salah satu pemilik toko keripik pisang setempat.
Walaupun saat ini toko oleh-oleh khas Lampung telah menjamur di berbagai tempat, para penjual keripik pisang di Gang PU mengaku tidak pernah mengalami penurunan jumlah pelanggan dan omzet penjualan.
"Toko yang jual oleh-oleh ada banyak, tapi pelanggan tetap datang ke sini. Mungkin karena sudah lama tau Gang PU, jadi sudah percaya gitu," katanya.
Pedagang keripik lainnya, Mita (22), mengatakan bahwa tokonya tidak mengalami penurunan jumlah pelanggan, karena selain harganya murah, kualitas baik keripik pisang juga terus dipertahankan.
"Orang-orang biasanya datang karena harga keripik pisang di sini lebih murah dibanding toko-toko besar atau pasar swalayan. Walaupun murah, kualitasnya tetap terjaga. Dari tahun ke tahun kita tetap jual keripik yang terbaik, tidak hancur dan tidak keras," ujarnya.
Toko-toko di Gang PU umumnya menjual keripik pisang dengan harga yang sama, yakni Rp50.000 per kg dan Rp12.500 untuk kemasan seperampat kilogram.
Bahan baku keripik, yakni buah pisang, sebenarnya tersedia banyak di Lampung. Meski demikian, para pedagang di Gang PU mendatangkan pisang dari Tanjung Bintang dan Kalianda, Lampung Selatan, dengan keadaan sudah dipotong tipis dan digoreng. Para penjual di Gang PU mencampurkan perisa bubuk sebagai penambah rasa keripik pisang. Contohnya, keripik rasa cokelat, keju, susu, stroberi, melon, balado, jagung manis, jagung bakar, kopi, dan moka.
Mita menambahkan, volume pasokan pisang beberapa kali mengalami penurunan, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi para pengusaha toko keripik pisang. Misalnya, dipesan 80 kg, tetapi dipasok 40 kg karena stok buah pisang yang jadi bahan baku juga sering terkait dengan kondisi cuaca. Lampung adalah sentra penghasil pisang terbesar di Sumatera dan total ekspor buah pisangnya pada 2016 mencapai 14,9 juta ton dan ditargetkan dua kali lipat pada 2020.
Ada juga keripik diolah sejak dari bahan mentah, yakni pisang dan singkong diiris tipis-tipis, kemudian digoreng, setelah matang dibumbui dengan berbagai aroma dan rasa.
Walaupun demikian, para penjual tidak terlalu khawatir karena di tokonya terdapat pilihan lain yang bisa dijadikan oleh-oleh khas Lampung, seperti kopi, dodol, emping, kemplang, dan stik ubi.
"Di sini untungnya jual makanan lain selain keripik pisang. Toko-toko lain juga begitu. Ya, supaya penuh dan pengunjung bisa lihat pilihan lain," kata ia pula.
Keunikan dari toko-toko di Gang PU ini adalah menjajakan keripik pisang di etalase atau wadah besar sehingga pengunjung dapat mencicipi dengan mudah.
Sentra keripik
Di kawasan Gang PU berdiri beberapa toko besar yang tidak hanya menjajakan oleh-oleh khas Lampung, tetapi juga menyediakan tempat bersantai untuk para pengunjung. Pengunjung dapat beristirahat sejenak sambil menikmati camilan khas Lampung yang dijajakan di toko.
Para penjual berharap Gang PU tetap dikenal masyarakat sebagai sentra keripik Bandarlampung. Dukungan dari masyarakat dibutuhkan untuk mempromosikan keripik pisang dan makanan lainnya yang dijual di kawasan ini.
"Kami berharap masyarakat gak lupa sama Gang PU karena gang PU ini pusat penjualan keripik pisang, yang ibaratnya paling legendaris di Bandarlampung," ujar Dara (25), karyawan di salah satu toko keripik pisang.
"Harapan saya, masyarakat Bandarlampung mau bantu promosikan keripik pisang di Gang PU ini. Kualitas oke, harga oke, pokoknya tidak mengecewakan," ujar Mita, pedagang keripik.
Gang PU masih populer bukan hanya sebagai sentra penjualan keripik pisang, juga keripik singkong dan mantang. Puluhan kios yang berdiri di sepanjang jalan tersebut tetap menjual keripik pisang, singkong, maupun ubi jalar dengan berbagai cita rasa seperti asin, manis, keju, coklat, moka, kopi, dan lain-lain sehingga menggugah selera konsumen.
Di kawasan tersebut, tidak hanya penjual menjajakan makanan ringan tersebut, tetapi juga ada warga sekitar yang menjadi pengolah keripik dengan sistem pengelolaan industri rumah tangga.
Perajin dan penjual keripik di lokasi ini rata-rata pelaku usaha mikro dan kecil atau industri rumah tangga. Sebagian warga menggeluti usaha industri rumahan dan penjualan keripik muli tahun 2003 dan semakin berkembang, sehingga pada 2008 oleh Pemerintah Kota Bandarlampung dijadikan sebagai pusat oleh-oleh atau buah tangan khusus keripik pisang, singkong, dan ubi jalar.
Tantangan besar yang dihadapi Gang PU sebagai pusat oleh-oleh adalah menjamurnya tempat penjualan keripik yang dikelola pengusaha menengah dan besar, seperti di Telukbetung Bandarlampung. Keripik selain dijual di pasar modern, juga di toko atau warung di beberapa titik Jalan Lintas Sumatera.
Pada kanan dan kiri Jalan Lintas Sumatera di kawasan Panjang dan Tarahan, perbatasan antara Kota Bandarlampung dan Kabupaten Lampung Selatan, banyak berdiri tempat penjualan makanan ringan sehingga pengendara bisa lebih mudah mendapatkan oleh-oleh khas Lampung.
Keripik kini makin mudah didapatkan oleh wisatawan yang datang ke Lampung, karena lokasinya penjualannya pun makin banyak muncul dan tersebar di banyak tempat.
Sehubungan bahan baku banyak, dan bisa menyerap banyak tenaga kerja, dukungan dari pemerintah daerah untuk pengembangan usaha keripik juga terus mengalir.
Terkaititu, Wali Kota Bandarlampung Herman HN menyatakan bahwa panganan keripik pisang merupakan produk unggulan daerah yang harus dikembangkan pemasarannya sehingga semakin dikenal masyarakat luas.
Di kawasan yang dijadikan sebagai Kampung UKM Digital Sentra Keripik Bandarlampung itu, terdapat lebih dari 40 toko yang berjajar di pinggir jalan. Toko-toko itu ramai dikunjungi para pembeli, terlebih saat liburan tiba.
"Setiap hari setidaknya ada 10 sampai 15 pembeli. Kalau liburan, sudah gak kehitung jumlahnya. Biasanya kita sampai enggak dapat istirahat karena pembeli terus datang," ujar Eliya (37), salah satu pemilik toko keripik pisang setempat.
Walaupun saat ini toko oleh-oleh khas Lampung telah menjamur di berbagai tempat, para penjual keripik pisang di Gang PU mengaku tidak pernah mengalami penurunan jumlah pelanggan dan omzet penjualan.
"Toko yang jual oleh-oleh ada banyak, tapi pelanggan tetap datang ke sini. Mungkin karena sudah lama tau Gang PU, jadi sudah percaya gitu," katanya.
Pedagang keripik lainnya, Mita (22), mengatakan bahwa tokonya tidak mengalami penurunan jumlah pelanggan, karena selain harganya murah, kualitas baik keripik pisang juga terus dipertahankan.
"Orang-orang biasanya datang karena harga keripik pisang di sini lebih murah dibanding toko-toko besar atau pasar swalayan. Walaupun murah, kualitasnya tetap terjaga. Dari tahun ke tahun kita tetap jual keripik yang terbaik, tidak hancur dan tidak keras," ujarnya.
Toko-toko di Gang PU umumnya menjual keripik pisang dengan harga yang sama, yakni Rp50.000 per kg dan Rp12.500 untuk kemasan seperampat kilogram.
Bahan baku keripik, yakni buah pisang, sebenarnya tersedia banyak di Lampung. Meski demikian, para pedagang di Gang PU mendatangkan pisang dari Tanjung Bintang dan Kalianda, Lampung Selatan, dengan keadaan sudah dipotong tipis dan digoreng. Para penjual di Gang PU mencampurkan perisa bubuk sebagai penambah rasa keripik pisang. Contohnya, keripik rasa cokelat, keju, susu, stroberi, melon, balado, jagung manis, jagung bakar, kopi, dan moka.
Mita menambahkan, volume pasokan pisang beberapa kali mengalami penurunan, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi para pengusaha toko keripik pisang. Misalnya, dipesan 80 kg, tetapi dipasok 40 kg karena stok buah pisang yang jadi bahan baku juga sering terkait dengan kondisi cuaca. Lampung adalah sentra penghasil pisang terbesar di Sumatera dan total ekspor buah pisangnya pada 2016 mencapai 14,9 juta ton dan ditargetkan dua kali lipat pada 2020.
Ada juga keripik diolah sejak dari bahan mentah, yakni pisang dan singkong diiris tipis-tipis, kemudian digoreng, setelah matang dibumbui dengan berbagai aroma dan rasa.
Walaupun demikian, para penjual tidak terlalu khawatir karena di tokonya terdapat pilihan lain yang bisa dijadikan oleh-oleh khas Lampung, seperti kopi, dodol, emping, kemplang, dan stik ubi.
"Di sini untungnya jual makanan lain selain keripik pisang. Toko-toko lain juga begitu. Ya, supaya penuh dan pengunjung bisa lihat pilihan lain," kata ia pula.
Keunikan dari toko-toko di Gang PU ini adalah menjajakan keripik pisang di etalase atau wadah besar sehingga pengunjung dapat mencicipi dengan mudah.
Sentra keripik
Di kawasan Gang PU berdiri beberapa toko besar yang tidak hanya menjajakan oleh-oleh khas Lampung, tetapi juga menyediakan tempat bersantai untuk para pengunjung. Pengunjung dapat beristirahat sejenak sambil menikmati camilan khas Lampung yang dijajakan di toko.
Para penjual berharap Gang PU tetap dikenal masyarakat sebagai sentra keripik Bandarlampung. Dukungan dari masyarakat dibutuhkan untuk mempromosikan keripik pisang dan makanan lainnya yang dijual di kawasan ini.
"Kami berharap masyarakat gak lupa sama Gang PU karena gang PU ini pusat penjualan keripik pisang, yang ibaratnya paling legendaris di Bandarlampung," ujar Dara (25), karyawan di salah satu toko keripik pisang.
"Harapan saya, masyarakat Bandarlampung mau bantu promosikan keripik pisang di Gang PU ini. Kualitas oke, harga oke, pokoknya tidak mengecewakan," ujar Mita, pedagang keripik.
Gang PU masih populer bukan hanya sebagai sentra penjualan keripik pisang, juga keripik singkong dan mantang. Puluhan kios yang berdiri di sepanjang jalan tersebut tetap menjual keripik pisang, singkong, maupun ubi jalar dengan berbagai cita rasa seperti asin, manis, keju, coklat, moka, kopi, dan lain-lain sehingga menggugah selera konsumen.
Di kawasan tersebut, tidak hanya penjual menjajakan makanan ringan tersebut, tetapi juga ada warga sekitar yang menjadi pengolah keripik dengan sistem pengelolaan industri rumah tangga.
Perajin dan penjual keripik di lokasi ini rata-rata pelaku usaha mikro dan kecil atau industri rumah tangga. Sebagian warga menggeluti usaha industri rumahan dan penjualan keripik muli tahun 2003 dan semakin berkembang, sehingga pada 2008 oleh Pemerintah Kota Bandarlampung dijadikan sebagai pusat oleh-oleh atau buah tangan khusus keripik pisang, singkong, dan ubi jalar.
Tantangan besar yang dihadapi Gang PU sebagai pusat oleh-oleh adalah menjamurnya tempat penjualan keripik yang dikelola pengusaha menengah dan besar, seperti di Telukbetung Bandarlampung. Keripik selain dijual di pasar modern, juga di toko atau warung di beberapa titik Jalan Lintas Sumatera.
Pada kanan dan kiri Jalan Lintas Sumatera di kawasan Panjang dan Tarahan, perbatasan antara Kota Bandarlampung dan Kabupaten Lampung Selatan, banyak berdiri tempat penjualan makanan ringan sehingga pengendara bisa lebih mudah mendapatkan oleh-oleh khas Lampung.
Keripik kini makin mudah didapatkan oleh wisatawan yang datang ke Lampung, karena lokasinya penjualannya pun makin banyak muncul dan tersebar di banyak tempat.
Sehubungan bahan baku banyak, dan bisa menyerap banyak tenaga kerja, dukungan dari pemerintah daerah untuk pengembangan usaha keripik juga terus mengalir.
Terkaititu, Wali Kota Bandarlampung Herman HN menyatakan bahwa panganan keripik pisang merupakan produk unggulan daerah yang harus dikembangkan pemasarannya sehingga semakin dikenal masyarakat luas.