Seoul (Antaranews Lampung) - Amerika Serikat telah mengungkapkan kekhawatiran bahwa kesepakatan itu bisa melemahkan kesiapan pertahanan di tengah kemajuan yang lambat dalam proses pemusnahan senjata nuklir Korea Utara.

 "(Korea) Selatan dan (Korea) Utara telah secara penuh menghapuskan bahaya dari bentrokan militer melalui perjanjian militer," kata Presiden Korsel Moon Jae-in di depan para anggota parlemen pada Kamis.

 "Kedua Korea dan Amerika Serikat akan mewujudkan pemusnahan senjata nuklir secara lengkap di Semenanjung Korea dan perdamaian abadi berdasarkan rasa saling percaya yang kuat."
    
Korea Utara juga telah mengambil langkah-langkah menuju kesepakatan itu, seperti menutup persenjataan yang dikerahkannya di sepanjang pantai barat yang rawan akan pertempuran, kata kementerian pertahanan Seoul.
         
Zona larangan terbang mencakup wilayah sejauh 40 kilometer ke utara dan selatan dari Garis Batas Pemisah (MDL) di timur dan 20 kilometer di barat untuk pesawat.
         
Perjanjian tersebut juga mencakup larangan melakukan latihan perang dengan menggunakan pesawat dan rudal udara-ke-darat di zona bebas pesawat. Korea Selatan dan Amerika Serikat telah menjalankan latihan bersama seperti itu secara berkala sampai akhirnya program tersebut dihentikan pada Juni.

 Larangan secara berbeda diterapkan untuk helikopter, pesawat tanpa awak dan balon. Pengecualan diberikan pada penerbangan untuk tujuan perdagangan dan nonmiliter, seperti untuk kepentingan medis, penanganan bencana alam dan kebutuhan pertanian.

"Kita akan melakukan penilaian secara menyeluruh soal penerapan perjanjian di pihak Korea Utara, termasuk pergerakannya menyangkut latihan militer di sekitar MDL dan apakah (Korut) mematuhi zona larangan terbang," kata kementerian pertahanan Korsel dalam pernyataan.

Zona larangan terbang merupakan masalah kunci bagi Washington karena pemberlakuan itu akan secara efektif melarang latihan dukungan udara secara dekat, yang memungkinkan pesawat udara menyediakan daya tembak bagi pasukan yang kemungkinan beroperasi di dekat pasukan musuh.

    

Pewarta : Antara/Reuters
Editor : Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024