Jakarta (ANTARA LAMPUNG) - Kepala  Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementrian Pertanian, M. Syakir mengungkapkan pihaknya berhasil menemukan benih padi varietas baru dengan nama "Tarabas" untuk menggantikan beras Japonika impor dari Jepang.

M. Syakir di Sukamandi, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Senin mengatakan, benih padi hasil penemuan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Padi (BB Padi) tersebut diberikan nama Tarabas yang dalam bahasa Sunda berarti "terabas".

"Beras ini sudah diteliti lama oleh BB Padi untuk menghentikan impor beras Japonika. Ini merupakan beras premium dan nasinya pulen seperti beras Jepang," katanya dalam Gelar Inovasi Teknologi dan Temu Informasi Teknologi di BB Padi Sukamandi.

Selain varietas padi Tarabas, lanjutnya, pada tahun ini BB Padi juga berhasil mengembangkan varietas unggul baru untuk lahan kering beriklim kering, lahan rawa, areal di bawah tegakan serta lahan di dataran tinggi.

Varietas unggul baru untuk lahan kering beriklim kering yakni Inpago 12 Agritani  yang memiliki produktivitas hingga lebih dari 10 ton/ha, lebih tinggi dari produktivitas rata-rata 4 ton/ha dan adaptif di lahan kering.

Sedangkan untuk lahan rawa yakni Inpara 8 dan Inpara 9 yang memiliki produktivitas tinggi serta tahan terhadap kandungan ferum (fe) dan alumunium yang tinggi pada tanah rawa.

Untuk lahan di bawah tegakan, menurut Syakir,  varietas yang berhasil dikembangkan yakni Rindang 1 dan Rindang 2, sesuai ditanam pada areal perkebunan terutama ketika sedang dilakukan peremajaan tanaman perkebunan dan belum berproduktif.

"Dengan demikian ketika petani perkebunan menunggu tanaman perkebunan berproduksi maka dapat memperoleh hasil dari padi yang dikembangkan di sela-selanya," katanya.

Sementara itu,  Luhur 1 dan Luhur 2 merupakan varietas unggul baru padi yang dikembangkan untuk areal pertanian di dataran tinggi dengan ketinggian di atas 750 meter di atas permukaan laut (dpl), yang banyak terdapat di Papua, Sumatera, maupun Jawa Barat.

"Apa yang sudah dihasilkan ini merupakan teknologi solutif yang diharapkan memberikan dampak, tak hanya peningkatan produksi pangan namun juga kesejahteraan petani," katanya.

Dalam kegiatan yang diikuti sekitar 550 petani, penangkar benih maupun penyuluh pertanian tersebut juga diperkenalkan mesin pertanian hasil inovasi Balai Besar Mekanisasi Pertanian yakni "riding rice transplanter" atau mesin tanam apdi 6 baris jajar legowo yang dinilai lebih efisien dari mesin sebelumnya.

Mesin pertanian lainnya yakni mesin pengolahan tanah dengan menggunakan bulldozer tipe D21PL-8 yang mampu melakukan pembanjakan pada kondisi lahan sawah kering setelah panen sehingga mempercepat waktu olah tanah dari semila 14 hari  dengan menggunakan traktor tangan menjadi tiga hari lahan siap tanam.
(ANTARA)

Pewarta : Subagyo
Editor : Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2024