Jakarta (ANTARA Lampung) - Ahli nutrisi dr Tan Shot Yen menyarankan agar masyarakat tidak mengonsumsi daging secara berlebih dan cukup hanya selebar telapak tangan untuk menghindari kandungan lemak jenuh yang berlebih.
"Semua yang berlebih tentu tidak baik. Tidak makan daging pun stok lemak tubuh sudah banyak. Protein secukupnya, selebar telapak tangan, jika berlebih, ginjal kerja keras. Kasihan," kata dokter Tan seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Kesehatan di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan dalam daging kambing dan sapi terkandung lemak jenuh yang tidak baik jika dikonsumsi secara berlebih.
Tan juga mengungkapkan lemak dari gajih hewan merupakan kalori paling tinggi yang sangat lambat dicerna dan menyebabkan gemuk.
Untuk mencegah hal tersebut, masyarakat diharapkan dapat mengontrol porsi makan daging kurban dengan memperhatikan porsinya.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan tahun 2013, kebutuhan protein dewasa rata-rata 65 gram perorang dalam sehari. Daging dapat dikonsumsi dua sampai tiga kali dalam seminggu.
Selain itu perhatikan pula cara memasak daging yang sebaiknya dimasak secara matang sempurna.
Daging yang digoreng akan menambah kadar lemak dari minyak goreng, sedangkan jika dibakar akan berisiko menambah zat karsinogenik penyebab kanker.
Tan menganjurkan sebaiknya memasak daging dengan cara direbus dan dikonsumsi bersama dengan sayur dan buah agar memenuhi gizi seimbang.
Tan menambahkan agar masyarakat biasakan memilih area daging yang kurang berlemak seperti area perut, apalagi jeroan.
"Tipsnya, bagi daging ke dalam beberapa kantung plastik setelah dicuci bersih, kemudian masukkan ke 'freezer'. Tidak harus semua dimasak sekaligus," kata dokter Tan.
Dia juga mengingatkan agar daging yang dimasak menggunakan santan sebaiknya dimakan sekali habis. "Jangan dihangatkan apalagi dimasak kembali. Santannya sudah tidak sehat," kata Tan.
Dokter Tan kembali mengingatkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dengan makan disertai sayur, lalapan dan buah.
Akan jauh lebih sehat jika mengonsumsi nasi merah atau beras coklat tumbuk. Serta memilih karbohidrat tinggi serat yang berwarna-warni seperti umbi-umbian.
"Perlu protein nabati, tempe tahu misalnya. Tidak terkena suhu tinggi langsung, lupakan memasak dengan cara dibakar dan digoreng. Jangan lupa pula makan ikan. Apa yang ada di ikan, tidak ada dalam daging merah," jelas dia.
(ANTARA)
"Semua yang berlebih tentu tidak baik. Tidak makan daging pun stok lemak tubuh sudah banyak. Protein secukupnya, selebar telapak tangan, jika berlebih, ginjal kerja keras. Kasihan," kata dokter Tan seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Kesehatan di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan dalam daging kambing dan sapi terkandung lemak jenuh yang tidak baik jika dikonsumsi secara berlebih.
Tan juga mengungkapkan lemak dari gajih hewan merupakan kalori paling tinggi yang sangat lambat dicerna dan menyebabkan gemuk.
Untuk mencegah hal tersebut, masyarakat diharapkan dapat mengontrol porsi makan daging kurban dengan memperhatikan porsinya.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan tahun 2013, kebutuhan protein dewasa rata-rata 65 gram perorang dalam sehari. Daging dapat dikonsumsi dua sampai tiga kali dalam seminggu.
Selain itu perhatikan pula cara memasak daging yang sebaiknya dimasak secara matang sempurna.
Daging yang digoreng akan menambah kadar lemak dari minyak goreng, sedangkan jika dibakar akan berisiko menambah zat karsinogenik penyebab kanker.
Tan menganjurkan sebaiknya memasak daging dengan cara direbus dan dikonsumsi bersama dengan sayur dan buah agar memenuhi gizi seimbang.
Tan menambahkan agar masyarakat biasakan memilih area daging yang kurang berlemak seperti area perut, apalagi jeroan.
"Tipsnya, bagi daging ke dalam beberapa kantung plastik setelah dicuci bersih, kemudian masukkan ke 'freezer'. Tidak harus semua dimasak sekaligus," kata dokter Tan.
Dia juga mengingatkan agar daging yang dimasak menggunakan santan sebaiknya dimakan sekali habis. "Jangan dihangatkan apalagi dimasak kembali. Santannya sudah tidak sehat," kata Tan.
Dokter Tan kembali mengingatkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dengan makan disertai sayur, lalapan dan buah.
Akan jauh lebih sehat jika mengonsumsi nasi merah atau beras coklat tumbuk. Serta memilih karbohidrat tinggi serat yang berwarna-warni seperti umbi-umbian.
"Perlu protein nabati, tempe tahu misalnya. Tidak terkena suhu tinggi langsung, lupakan memasak dengan cara dibakar dan digoreng. Jangan lupa pula makan ikan. Apa yang ada di ikan, tidak ada dalam daging merah," jelas dia.
(ANTARA)