Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Warga mengapresiasi salah satu kesenian daerah yakni topeng Lampung dalam parade dengan peserta terbanyak berhasil meraih penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia, pada karnaval seni budaya Festival Krakatau 2016.
"Turut berbangga karena budaya daerah Lampung kian dikenal di nusantara bahkan bisa mendunia," kata Ahlinsyah, warga Kota Bandarlampung yang berasal dari Kabupaten Lampung Barat, di Bandarlampung, Senin.
Ia mengaku sering menyaksikan parade topeng khas Lampung dari Lampung Barat(Sekura) yang memiliki keunikan serta bisa membawa penonton terhanyut seolah terlibat di dalamnya.
Warga lainnya, Ny Hartini keturunan pendatang di daerah ini turut berbangga dengan penghargaan itu dan diharapkan dapat menjadikan kesenian Lampung kian dikenal.
"Kakek saya pendatang dari Pulau Jawa, tapi kedua orang tua saya lahir di Lampung. Begitu pula anak-anak. Jadi, kami sudah menjadi warga Lampung dan sangat menyukai budaya daerah ini. Minggu (28/8) kemarin juga nonton karnaval budaya itu mengajak anak-anak untuk mengenalkan budaya daerah kepada mereka," kata dia lagi.
Karnaval seni budaya tradisional yang melibatkan lebih dari seribu peserta mengenakan topeng khas Lampung itu mendapatkan penghargaan MURI, digelar pada puncak Lampung Festival Krakatau 2016, di Bandarlampung, Minggu (28/8).
Senior Manajer MURI Awan Raharjo menyerahkan piagam MURI dengan nomor 7654 kepada Gubernur Lampung M Ridho Ficardo di Tugu Adipura Bandarlampung.
Awan mengatakan Karnaval Topeng Lampung yang melibatkan seribu peserta lebih tercatat sebagai rekor kategori superlatif yaitu kegiatan yang melibatkan jumlah peserta terbanyak.
Peserta karnaval seni topeng itu berasal dari 13 kabupaten/kota, yakni Bandarlampung, Pesawaran, Lampung Barat, Lampung Utara, Waykanan, Lampung Selatan, Lampung Timur, Tulangbawang, Tulangbawang Barat, Tanggamus, Pringsewu, dam Pesisir Barat.
Kegiatan tersebut merupakan puncak dari rangkaian Lampung Krakatau Festival 2016 yang diadakan Pemprov Lampung sejak 24 hingga 28 Agustus 2016.
"Esensi dari kegiatan ini bukan hanya dari segi jumlah tetapi bagaimana melestarikan dan membudayakan Topeng Lampung, Sekura dan Tupping ke dunia," katanya pula.
Gubernur Lampung M Ridho Ficardo menerima dua penghargaan sekaligus pada acara Jelajah Semarak Budaya sebagai puncak perhelatan Festival Krakatau Tahun 2016 ini.
Penghargaan yang pertama diterima adalah penyematan medali dan penganugerahan Gubernur Lampung sebagai Pembina Utama Seni Budaya dan Pariwisata, diberikan oleh Ketua Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia (LKNI) Totok Sudarwoto.
Penghargaan kedua diberikan oleh perwakilan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) kepada Gubernur Lampung karena dalam pelaksanaan Jelajah Semarak Budaya yang diadakan Minggu sore itu telah berhasil memecahkan rekor "Menggunakan Topeng Oleh Peserta Terbanyak".
Gubernur Ridho Ficardo menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua peserta pawai atas kehadirannya untuk ikut memecahkan Rekor MURI tersebut.
Gubernur mengatakan acara rutin tahunan yang bertujuan mempromosikan seni dan budaya Lampung tersebut harus terus dipelihara, agar menjadi ajang yang dilirik wisatawan dalam maupun luar negeri.
Gubernur mengatakan selain pengembangan di bidang pariwisata, Lampung juga masih akan terus berbenah di sektor pertanian, industri dan infastruktur.
Dia minta, ke depan agar pemerintah kabupaten/kota mengemas seni budaya di daerah ini menjadi objek pariwisata.
"Tahun ini kami usung Tupping dan Sekura, tahun mendatang kami akan tampilkan seni budaya yang lain. Ke depan menjadi tugas masyarakat bersama, tidak hanya pemerintah, untuk memperkenalkan dua tipe budaya topeng tradisional Lampung agar lebih dikenal dan dicintai," katanya pula.
Staf Ahli Bidang Kemaritiman Kementerian Pariwisata Syamsul Musa, mewakili Menpar Arief Yahya mengatakan masyarakat Lampung harus meneladani nilai-nilai dalam kebudayaan Tupping dan Sekura.
Tupping menggambarkan semangat kepahlawanan prajurit dari pasukan tempur dan pengawal rahasia Radin Inten I dan keturunannya ketika melawan penjajah Belanda di daerah Kalianda, Lampung Selatan.
Sedangkan Sekura menggambarkan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen padi setiap awal bulan Syawal.
"Setelah dicintai dan diresapi, perlu ada pengemasan yang lebih baik agar karya seni tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga dunia," kata Syamsul Musa pula.(Ant)
"Turut berbangga karena budaya daerah Lampung kian dikenal di nusantara bahkan bisa mendunia," kata Ahlinsyah, warga Kota Bandarlampung yang berasal dari Kabupaten Lampung Barat, di Bandarlampung, Senin.
Ia mengaku sering menyaksikan parade topeng khas Lampung dari Lampung Barat(Sekura) yang memiliki keunikan serta bisa membawa penonton terhanyut seolah terlibat di dalamnya.
Warga lainnya, Ny Hartini keturunan pendatang di daerah ini turut berbangga dengan penghargaan itu dan diharapkan dapat menjadikan kesenian Lampung kian dikenal.
"Kakek saya pendatang dari Pulau Jawa, tapi kedua orang tua saya lahir di Lampung. Begitu pula anak-anak. Jadi, kami sudah menjadi warga Lampung dan sangat menyukai budaya daerah ini. Minggu (28/8) kemarin juga nonton karnaval budaya itu mengajak anak-anak untuk mengenalkan budaya daerah kepada mereka," kata dia lagi.
Karnaval seni budaya tradisional yang melibatkan lebih dari seribu peserta mengenakan topeng khas Lampung itu mendapatkan penghargaan MURI, digelar pada puncak Lampung Festival Krakatau 2016, di Bandarlampung, Minggu (28/8).
Senior Manajer MURI Awan Raharjo menyerahkan piagam MURI dengan nomor 7654 kepada Gubernur Lampung M Ridho Ficardo di Tugu Adipura Bandarlampung.
Awan mengatakan Karnaval Topeng Lampung yang melibatkan seribu peserta lebih tercatat sebagai rekor kategori superlatif yaitu kegiatan yang melibatkan jumlah peserta terbanyak.
Peserta karnaval seni topeng itu berasal dari 13 kabupaten/kota, yakni Bandarlampung, Pesawaran, Lampung Barat, Lampung Utara, Waykanan, Lampung Selatan, Lampung Timur, Tulangbawang, Tulangbawang Barat, Tanggamus, Pringsewu, dam Pesisir Barat.
Kegiatan tersebut merupakan puncak dari rangkaian Lampung Krakatau Festival 2016 yang diadakan Pemprov Lampung sejak 24 hingga 28 Agustus 2016.
"Esensi dari kegiatan ini bukan hanya dari segi jumlah tetapi bagaimana melestarikan dan membudayakan Topeng Lampung, Sekura dan Tupping ke dunia," katanya pula.
Gubernur Lampung M Ridho Ficardo menerima dua penghargaan sekaligus pada acara Jelajah Semarak Budaya sebagai puncak perhelatan Festival Krakatau Tahun 2016 ini.
Penghargaan yang pertama diterima adalah penyematan medali dan penganugerahan Gubernur Lampung sebagai Pembina Utama Seni Budaya dan Pariwisata, diberikan oleh Ketua Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia (LKNI) Totok Sudarwoto.
Penghargaan kedua diberikan oleh perwakilan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) kepada Gubernur Lampung karena dalam pelaksanaan Jelajah Semarak Budaya yang diadakan Minggu sore itu telah berhasil memecahkan rekor "Menggunakan Topeng Oleh Peserta Terbanyak".
Gubernur Ridho Ficardo menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua peserta pawai atas kehadirannya untuk ikut memecahkan Rekor MURI tersebut.
Gubernur mengatakan acara rutin tahunan yang bertujuan mempromosikan seni dan budaya Lampung tersebut harus terus dipelihara, agar menjadi ajang yang dilirik wisatawan dalam maupun luar negeri.
Gubernur mengatakan selain pengembangan di bidang pariwisata, Lampung juga masih akan terus berbenah di sektor pertanian, industri dan infastruktur.
Dia minta, ke depan agar pemerintah kabupaten/kota mengemas seni budaya di daerah ini menjadi objek pariwisata.
"Tahun ini kami usung Tupping dan Sekura, tahun mendatang kami akan tampilkan seni budaya yang lain. Ke depan menjadi tugas masyarakat bersama, tidak hanya pemerintah, untuk memperkenalkan dua tipe budaya topeng tradisional Lampung agar lebih dikenal dan dicintai," katanya pula.
Staf Ahli Bidang Kemaritiman Kementerian Pariwisata Syamsul Musa, mewakili Menpar Arief Yahya mengatakan masyarakat Lampung harus meneladani nilai-nilai dalam kebudayaan Tupping dan Sekura.
Tupping menggambarkan semangat kepahlawanan prajurit dari pasukan tempur dan pengawal rahasia Radin Inten I dan keturunannya ketika melawan penjajah Belanda di daerah Kalianda, Lampung Selatan.
Sedangkan Sekura menggambarkan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen padi setiap awal bulan Syawal.
"Setelah dicintai dan diresapi, perlu ada pengemasan yang lebih baik agar karya seni tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga dunia," kata Syamsul Musa pula.(Ant)