Bandarlampung, (ANTARA Lampung) - Ketua Renlitbang Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung Muchtar Lutfie mengatakan ekspor kopi asal daerah ini masih terus berlangsung kendati panen raya kopi diperkirakan pada Mei sampai dengan Juni 2015.

"Kendati stok kopi menipis karena panen belum berlangsung, pengekspor daerah ini masih mengirim kopinya untuk memenuhi kontrak hingga 2-3 bulan ke depan serta berdasarkan kesepakatan harga ke pembeli di luar negeri," kata Muchtar di Kantor AEKI Lampung, Bandarlampung, Selasa.

Ia mengatakan sebagian eksportir masih menyimpan stok kopinya di gudang untuk memenuhi kontrak tersebut. Eksportir yang telah menandatangani kontrak juga terpaksa membeli kopi ke gudang eksportir lainnya untuk menutupi kontraknya.

"Jika stok kurang mengingat petani belum panen, eksportir terpaksa membeli ke pedagang atau eksportir lain kendati harganya lebih mahal," kata dia.

Harga kopi saat ini di tingkat pedagang untuk kualitas ekspor sekitar Rp25.000-Rp27.000 per kilogram. "Harga itu untuk kualitas biji kopi cukup bagus," katanya.

Pengiriman biji kopi dari kebun ke gudang eksportir masih berlangsung tapi tidak sebanyak saat panen. "Saat ini tidak kurang 30-40 truk pengiriman kopi dari kebun ke eksportir dengan kapasitas angkut 8 ton/truk," jelasnya.

"Delivery dari kebun petani ke gudang eksportir masih sama seperti bulan sebelumnya," kata dia.

Ia mengatakan stok kopi di petani juga sedikit mengingat panen belum berlangsung yang diperkirakan pada Mei hingga Juni. "Pedagang pengumpul di kebun mengirim kopi juga karena telah ada kesepakatan dari eksportir," jelasnya.

Muchtar menambahkan, panen raya kopi tahun ini diperkirakan lebih bagus dibandingkan tahun lalu mengingat buah biji kopi lebih besar karena cuaca tidak terlalu ekstrem.

"Intensitas hujan tinggi beberapa waktu lalu tidak membuat biji kopi rontok mengingat buah sudah membesar," katanya.

Terkait kualitas kopi tergantung cara petani mengolah tananam kopinya hingga panen serta pascapanen.

Sunyoto (60) petani kopi di Kecamatan Waytenong, Lampung Barat, mengatakan perkiraan panen raya kopi sekitar bulan Juni. Hasil panen tahun ini diperkirakan cukup bagus dibandingkan tahun lalu mengingat kondisi cuaca yang bagus karena curah hujan yang tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu panas.

Tahun ini rata-rata panen kopi antara 800 kg sampai dengan 1 ton per hektare. Diperkirakan panen tahun depan mencapai 1,5-2 ton per hektare bila melihat kondisi cuaca.

Harga kopi di tingkat petani saat ini sekitar Rp21.500/kg dengan kadar air 17 persen. Harga itu turun bila dibandingkan sebulan lalu yang mencapai Rp23.000/kg. Turunnya harga kopi itu karena kualitasnya juga kurang bagus.

Saat ini petani di Waytenong tidak memiliki stok karena panen akan berlangsung sekitar tiga bulan lagi. "Kalaupun ada petani hanya menyimpan kopi sekitar 1-2 kwintal, paling banyak satu ton," jelasnya.

Pengiriman biji kopi dari kebun ke gudang eksportir juga sedikit antara satu hingga dua truk per hari dan kualitasnya juga kurang bagus.

Ekspor kopi robusta asal Provinsi Lampung selama Februari 2015 mencapai 13.989 ton senilai 28,2 juta dolar Amerika Serikat atau naik bila dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya sebesar 18,4 juta dolar AS dengan berat 9.101 ton.

Lampung merupakan pemasok kopi robusta terbesar di Tanah Air dengan produksi rata-rata 100.000-120.000 ton per tahun dengan luas areal kopi mencapai 163.837 hektare.
 

Pewarta : Agus Wira Sukarta
Editor : Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024