Sleman (Antara Lampung) - Komandan Pangkalan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Marsekal Pertama Yadi I Sutanadika menilai Kapten Pilot Irianto, pilot pesawat AirAsia QZ 8501 yang hilang dari pantauan radar dalam penerbangan Surabaya-Singapura pada Minggu (28/12) merupakan sosok pilot yang cerdas.
"Kapten Irianto merupakan pilot yang cerdas, beliau adalah mantan pilot pesawat tempur TNI AU," kata Yadi I Sutanadika.
Menurut dia, sebelum memilih profesi sebagai pilot pesawat komersil, Kapten Irianto merupakan penerbang pesawat tempur F-5 Tiger milik TNI AU.
"Kapten Irianto telah beberapa kali ikut berbagai macam operasi di Indonesia," katanya.
Ia mengatakan bagi para pejabat militer di lingkungan TNI AU, sosok Kapten Pilot Irianto bukan merupakan sosok yang asing.
"Pada 1983 Irianto merupakan Siswa Sekolah Penerbangan (Sekbang) TNI AU angkatan 30 melalui Ikatan Dinas Pendek (IDP) di Wing Pendidikan Terbang Lanud Adisutjipto Yogyakarta," katanya.
Bahkan, kata dia, Kapten Irianto tercatat sebagai satu-satunya lulusan IDP yang lolos tugas di satuan tempur TNI AU.
"Pilot Irianto dikenal sebagai salah satu 'Flight Leader' pesawat tempur jenis F-5 Tiger yang menjadi andalan tempur udara pada era 1980-an," katanya.
Yadi mengatakan dirinya yang merupakan adik kelas Kapten Irianto banyak mendapat pengarahan dan pengajaran untuk menerbangkan pesawat tempur dari Kapten Irianto.
"Kami pernah bertugas bersama di 'Home Base' Pesawat F-5 Skuadron Udara 14 Lanud Iswahyudi Madiun pada 1988-1989," katanya.
Ia mengatakan, dengan memiliki 2.500 jam terbang di militer serta 1.000 jam terbang bersama F-5 Tiger, kemampuan terbang Kapten Irianto sudah tidak diragukan lagi, terlebih Irianto pernah melaksanakan tugas berbagai macam operasi di Indonesia.
"Namun Kapten Irianto memutuskan untuk tidak melanjutkan karier di militer, setelah masa IDP berakhir pada 1994 dengan pangkat terakhir Lettu Penerbang. Irianto memilih menjadi penerbang pesawat komersil," katanya.
"Kapten Irianto merupakan pilot yang cerdas, beliau adalah mantan pilot pesawat tempur TNI AU," kata Yadi I Sutanadika.
Menurut dia, sebelum memilih profesi sebagai pilot pesawat komersil, Kapten Irianto merupakan penerbang pesawat tempur F-5 Tiger milik TNI AU.
"Kapten Irianto telah beberapa kali ikut berbagai macam operasi di Indonesia," katanya.
Ia mengatakan bagi para pejabat militer di lingkungan TNI AU, sosok Kapten Pilot Irianto bukan merupakan sosok yang asing.
"Pada 1983 Irianto merupakan Siswa Sekolah Penerbangan (Sekbang) TNI AU angkatan 30 melalui Ikatan Dinas Pendek (IDP) di Wing Pendidikan Terbang Lanud Adisutjipto Yogyakarta," katanya.
Bahkan, kata dia, Kapten Irianto tercatat sebagai satu-satunya lulusan IDP yang lolos tugas di satuan tempur TNI AU.
"Pilot Irianto dikenal sebagai salah satu 'Flight Leader' pesawat tempur jenis F-5 Tiger yang menjadi andalan tempur udara pada era 1980-an," katanya.
Yadi mengatakan dirinya yang merupakan adik kelas Kapten Irianto banyak mendapat pengarahan dan pengajaran untuk menerbangkan pesawat tempur dari Kapten Irianto.
"Kami pernah bertugas bersama di 'Home Base' Pesawat F-5 Skuadron Udara 14 Lanud Iswahyudi Madiun pada 1988-1989," katanya.
Ia mengatakan, dengan memiliki 2.500 jam terbang di militer serta 1.000 jam terbang bersama F-5 Tiger, kemampuan terbang Kapten Irianto sudah tidak diragukan lagi, terlebih Irianto pernah melaksanakan tugas berbagai macam operasi di Indonesia.
"Namun Kapten Irianto memutuskan untuk tidak melanjutkan karier di militer, setelah masa IDP berakhir pada 1994 dengan pangkat terakhir Lettu Penerbang. Irianto memilih menjadi penerbang pesawat komersil," katanya.