Bandarlampung (Antara Lampung) - Saraf kejepit sudah umum kita dengar. Namun, apa maksud saraf kejepit, serta bagaimana mencegah atau menanganinya ?
Dalam salah satu diskusi mengenai saraf kejepit di kawasan Telukbetung, Bandarlampung, Jumat, dokter ahli saraf dari RS Imanuel Wayhalim, dr Ruth Mariva SpS, menyebutkan ada sejumlah penyebab yang berpotensi terjadinya saraf kejepit .
Menurut dia, sebelum memahami saraf kejepit, perlu diketahui dulu tentang fungsi saraf itu sendiri.
Saraf adalah "kawat-kawat elektrik" yang mengangkut informasi dari otak ke seluruh tubuh dan sebaliknya. Mereka juga tersebar ke seluruh tubuh.
"Ketika saraf terjepit, maka informasi terputus di bagian yang terjepit dan sekitarnya, sehingga informasi tidak tersampaikan," katanya.
Dengan demikian, apa penyebab saraf kejepit ?
Saraf kejepit terjadi karena ada saraf yang rusak atau terluka akibat tekanan langsung sehingga tidak mampu melakukan sinyal dengan baik.
"Ada banyak penyebab yang berpotensi terjadinya saraf kejepit, tergantung pada lokasi dari saraf itu sendiri," kata dr Ruth.
Penyebab umumnya adalah penekanan (akibat HNP, tumor, medula, spinalis, dll), proses inflamasi/peradangan (GBS, herpes zoster), proses degeneratif dan trauma seperti akibat terjatuh.
Lokasi yang sering terkena saraf kejepit adalah leher, siku, punggung bawah dan pergelangan tangan.
Menurut dr Ruth, gejala saraf kejepit umumnya adalah nyeri, kesemutan, mati rasa dan kelemahan otot sepanjang alur saraf.
Jika saraf kejepit terjadi pada leher maka gejalanya dapat berupa nyeri atau kekakuan leher. Jika di punggung, berupa nyeri dan kekakuan punggung dengan gejala menuruni tungkai. Jika saraf kejepit di pergelangan tangan maka akan mempengaruhi ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah; juga dapat menyebabkan kelemahan pada kekuatan menggenggam.
Ia menyebutkan pemeriksaan penunjang yang dianjurkan untuk penderita saraf kejepit adalah pemeriksaan menggunakan MRI. Sedang penanganan saraf kejepit bisa dilakukan dengan pengobatan secara simtomatik, terafi fisik dan operasi .
Ia menyebutkan operasi direkomendasikan bila terjadi kelemahan otot yang parah, kehilangan kontrol usus besar, kandung kemih dan otot pernapasan.
Dalam salah satu diskusi mengenai saraf kejepit di kawasan Telukbetung, Bandarlampung, Jumat, dokter ahli saraf dari RS Imanuel Wayhalim, dr Ruth Mariva SpS, menyebutkan ada sejumlah penyebab yang berpotensi terjadinya saraf kejepit .
Menurut dia, sebelum memahami saraf kejepit, perlu diketahui dulu tentang fungsi saraf itu sendiri.
Saraf adalah "kawat-kawat elektrik" yang mengangkut informasi dari otak ke seluruh tubuh dan sebaliknya. Mereka juga tersebar ke seluruh tubuh.
"Ketika saraf terjepit, maka informasi terputus di bagian yang terjepit dan sekitarnya, sehingga informasi tidak tersampaikan," katanya.
Dengan demikian, apa penyebab saraf kejepit ?
Saraf kejepit terjadi karena ada saraf yang rusak atau terluka akibat tekanan langsung sehingga tidak mampu melakukan sinyal dengan baik.
"Ada banyak penyebab yang berpotensi terjadinya saraf kejepit, tergantung pada lokasi dari saraf itu sendiri," kata dr Ruth.
Penyebab umumnya adalah penekanan (akibat HNP, tumor, medula, spinalis, dll), proses inflamasi/peradangan (GBS, herpes zoster), proses degeneratif dan trauma seperti akibat terjatuh.
Lokasi yang sering terkena saraf kejepit adalah leher, siku, punggung bawah dan pergelangan tangan.
Menurut dr Ruth, gejala saraf kejepit umumnya adalah nyeri, kesemutan, mati rasa dan kelemahan otot sepanjang alur saraf.
Jika saraf kejepit terjadi pada leher maka gejalanya dapat berupa nyeri atau kekakuan leher. Jika di punggung, berupa nyeri dan kekakuan punggung dengan gejala menuruni tungkai. Jika saraf kejepit di pergelangan tangan maka akan mempengaruhi ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah; juga dapat menyebabkan kelemahan pada kekuatan menggenggam.
Ia menyebutkan pemeriksaan penunjang yang dianjurkan untuk penderita saraf kejepit adalah pemeriksaan menggunakan MRI. Sedang penanganan saraf kejepit bisa dilakukan dengan pengobatan secara simtomatik, terafi fisik dan operasi .
Ia menyebutkan operasi direkomendasikan bila terjadi kelemahan otot yang parah, kehilangan kontrol usus besar, kandung kemih dan otot pernapasan.