Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Ali Masykur Musa menyatakan keprihatinannya terhadap masyarakat yang lebih memilih ulama karikatural sebagai panutan daripada ulama substansial.
"Banyak ulama tampil di televisi secara karikatural dan dijadikan panutan masyarakat dibandingkan ulama NU yang penyampaiannya lebih substansial," kata Ali Masykur Musa dalam Diskusi Panel Ahli "Agama, Budaya dan Sumber Daya Manusia" di Gedung PBNU, Jakarta.
Dia kemudian menyebutkan nama sejumlah ulama yang sering muncul di televisi yang lebih menonjolkan penampilan yang tampan, lucu bahkan kemampuan mistisnya dibandingkan substansi dakwahnya.
Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) itu mengatakan umat Islam saat ini dilanda sekulerisme yang membeda-bedakan antara ilmu agama dan ilmu umum.
Padahal, banyak ulama dan cendekiawan Muslim di masa lalu yang sekaligus sebagai ahli agama maupun ilmu umum seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rushdi.
"Islam adalah agama yang mendorong umatnya meraih dan mengusahakan kejayaan hidup di dunia dan akhirat. Syaratnya adalah ilmu pengetahuan," katanya.
Sebagai salah satu negara Muslim demokratis terbesar di dunia, Indonesia harus mempersiapkan sumber daya manusianya dengan ilmu pengetahuan.
Namun, ilmu pengetahuan saja tidak akan bermanfaat bila tidak dilandasi dengan nilai budaya dan nilai agama yang kuat dari sumber daya manusianya.
"Karena itu, perlu ada integrasi antara iman dan takwa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi," ujarnya. ANT
"Banyak ulama tampil di televisi secara karikatural dan dijadikan panutan masyarakat dibandingkan ulama NU yang penyampaiannya lebih substansial," kata Ali Masykur Musa dalam Diskusi Panel Ahli "Agama, Budaya dan Sumber Daya Manusia" di Gedung PBNU, Jakarta.
Dia kemudian menyebutkan nama sejumlah ulama yang sering muncul di televisi yang lebih menonjolkan penampilan yang tampan, lucu bahkan kemampuan mistisnya dibandingkan substansi dakwahnya.
Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) itu mengatakan umat Islam saat ini dilanda sekulerisme yang membeda-bedakan antara ilmu agama dan ilmu umum.
Padahal, banyak ulama dan cendekiawan Muslim di masa lalu yang sekaligus sebagai ahli agama maupun ilmu umum seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rushdi.
"Islam adalah agama yang mendorong umatnya meraih dan mengusahakan kejayaan hidup di dunia dan akhirat. Syaratnya adalah ilmu pengetahuan," katanya.
Sebagai salah satu negara Muslim demokratis terbesar di dunia, Indonesia harus mempersiapkan sumber daya manusianya dengan ilmu pengetahuan.
Namun, ilmu pengetahuan saja tidak akan bermanfaat bila tidak dilandasi dengan nilai budaya dan nilai agama yang kuat dari sumber daya manusianya.
"Karena itu, perlu ada integrasi antara iman dan takwa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi," ujarnya. ANT