Jakarta (ANTARA) -
Gubernur Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, mendorong upaya pengentasan kemiskinan, budaya dan pemberdayaan masyarakat, dan harus menjadi fondasi utama yang menggerakkan setiap lapisan bangsa ini.
"Membawa kita dari sekadar membangun angka, melainkan menjadi gerakan untuk mencipta sebuah peradaban yang adil dan sejahtera," kata dia.
"Membawa kita dari sekadar membangun angka, melainkan menjadi gerakan untuk mencipta sebuah peradaban yang adil dan sejahtera," kata dia.
Forum Grup Diskusi (FGD) Ke-4, mengenai pemberdayaan masyarakat dan budaya di Jakarta, Rabu (13/11), Sri Sultan dalam pidato kuncinya yang disampaikan oleh Ketua Paguyuban Budaya Suluk Nusantara, Bambang Wiwoho, menjelaskan pentingnya perubahan paradigma.
"Bahwa dalam upaya pengentasan kemiskinan, budaya dan pemberdayaan masyarakat, harus menjadi fondasi utama yang menggerakkan setiap lapisan bangsa ini. Membawa kita dari sekadar membangun angka, melainkan menjadi gerakan untuk mencipta sebuah peradaban yang adil dan sejahtera," ujar Bambang.
Sri Sultan menekankan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui sektor budaya akan membawa perubahan signifikan.
“Untuk mencapainya, pendidikan karakter menjadi kunci. Dari sekadar “mindset” menuju “culture-set”, pendidikan karakter adalah upaya mendasar dalam membentuk masyarakat yang literat, mandiri, dan penuh empati. Kita tidak sekadar mengajarkan nilai, tetapi menanamkan karakter yang mengakar dan tumbuh, menjadi budaya hidup yang menyatu dalam diri setiap individu,” tambah Bambang.
Pendidikan karakter menanamkan sikap tanggung jawab, kemandirian, dan kepedulian sosial yang tidak hanya membekali anak bangsa secara akademis, tetapi juga secara moral dan spiritual membentuk mereka sebagai agen-agen perubahan yang akan membawa gelombang kebaikan dan pembaharuan di tengah masyarakat.
Lebih lanjut Sri Sultan menjelaskan sampai saat ini, kita masih berjuang untuk menggapai cita-cita, mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Meskipun pada tahun 2023 Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05 persen , penurunan angka kemiskinan belum menunjukkan dampak yang signifikan.
Di bulan Maret 2024, persentase penduduk miskin tercatat pada angka 9,03 persen atau sekitar 25,22 juta jiwa . Angka ini, meskipun menurun, masih menunjukkan laju yang lambat dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi serupa.
Di bulan Maret 2024, persentase penduduk miskin tercatat pada angka 9,03 persen atau sekitar 25,22 juta jiwa . Angka ini, meskipun menurun, masih menunjukkan laju yang lambat dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi serupa.
Selama ini, berbagai kebijakan telah digulirkan semuanya bertujuan untuk mengangkat kesejahteraan penduduk, terutama di pedesaan. Namun, perlu kita akui bersama bahwa hasilnya belum sebanding dengan harapan. Gini ratio kita pada Maret 2024, tercatat sebesar 0,381, masih menunjukkan ketimpangan yang cukup mencolok. Sementara negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand mampu menurunkan kesenjangan pendapatan, kita masih berada dalam bayang-bayang ketidakmerataan.
Sri Sultan mendorong agar pertumbuhan laju ekonomi yang tinggi dapat berkontribusi pada penurunan angka kemiskinan dan kesenjangan sosial. Sri Sultan juga berharap melalui pemberdayaan berbasis budaya, Indonesia dapat mencapai kesejahteraan yang merata.