Bandarlampung (ANTARA) - Ekonom Ferry Latuhihin menilai pemerintahan baru harus mencari figur pengganti Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang lebih mumpuni dalam mengatasi persoalan beras di Indonesia.
"Sosok yang mumpuni. Penggantinya juga harus sosok profesional," kata Ferry dalam pernyataan diterima di Bandarlampung, Jumat.
Menurut dia, Bapanas belum berhasil mengatasi persoalan harga beras dan membantu kesejahteraan petani, karena harga beras tinggi tidak disertai dengan tingkat kesejahteraan petani yang membaik.
"Terkait masalah institusi, tentu masalah manpower. The right man on the right place," kata Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 ini pula.
Ia juga mengatakan Bapanas selama ini belum bisa menyelesaikan masalah importir serta rantai pasok beras yang masih berperan dalam menentukan harga beras di pasaran.
"Importir yang menentukan harganya. Makanya jadi mahal. Kedua, suplai beras dalam negeri juga dikuasai pemain dan tengkulak besar. Ini masalah institusional yang harus dibenahi oleh pemerintah baru nanti,” ujarnya lagi.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih menginginkan adanya evaluasi kinerja Kepala Bapanas yang dinilai tidak memiliki keberpihakan kepada petani.
Menurut dia, harga gabah yang dijual petani saat ini terlalu rendah dan tidak menguntungkan, padahal harga beras di Indonesia termasuk salah satu yang termahal di Asia Tenggara.
Sebelumnya, Country Director for Indonesia and Timor-Leste Bank Dunia Carolyn Turk memaparkan hasil survei yang menyebut harga beras di Indonesia tertinggi di Kawasan ASEAN, tetapi kesejahteraan petani Indonesia paling rendah.
"Konsumen Indonesia telah membayar harga tinggi untuk beras. Harga eceran beras di Indonesia secara konsisten lebih tinggi daripada di negara-negara ASEAN," ujar Turk dalam Indonesia International Rice Conference (IIRC).
Baca juga: Bulog jamin ketersediaan stok untuk bantuan pangan beras untuk PKM
Baca juga: Serikat Petani inginkan adanya evaluasi kinerja Kepala Bapanas
"Sosok yang mumpuni. Penggantinya juga harus sosok profesional," kata Ferry dalam pernyataan diterima di Bandarlampung, Jumat.
Menurut dia, Bapanas belum berhasil mengatasi persoalan harga beras dan membantu kesejahteraan petani, karena harga beras tinggi tidak disertai dengan tingkat kesejahteraan petani yang membaik.
"Terkait masalah institusi, tentu masalah manpower. The right man on the right place," kata Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 ini pula.
Ia juga mengatakan Bapanas selama ini belum bisa menyelesaikan masalah importir serta rantai pasok beras yang masih berperan dalam menentukan harga beras di pasaran.
"Importir yang menentukan harganya. Makanya jadi mahal. Kedua, suplai beras dalam negeri juga dikuasai pemain dan tengkulak besar. Ini masalah institusional yang harus dibenahi oleh pemerintah baru nanti,” ujarnya lagi.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih menginginkan adanya evaluasi kinerja Kepala Bapanas yang dinilai tidak memiliki keberpihakan kepada petani.
Menurut dia, harga gabah yang dijual petani saat ini terlalu rendah dan tidak menguntungkan, padahal harga beras di Indonesia termasuk salah satu yang termahal di Asia Tenggara.
Sebelumnya, Country Director for Indonesia and Timor-Leste Bank Dunia Carolyn Turk memaparkan hasil survei yang menyebut harga beras di Indonesia tertinggi di Kawasan ASEAN, tetapi kesejahteraan petani Indonesia paling rendah.
"Konsumen Indonesia telah membayar harga tinggi untuk beras. Harga eceran beras di Indonesia secara konsisten lebih tinggi daripada di negara-negara ASEAN," ujar Turk dalam Indonesia International Rice Conference (IIRC).
Baca juga: Bulog jamin ketersediaan stok untuk bantuan pangan beras untuk PKM
Baca juga: Serikat Petani inginkan adanya evaluasi kinerja Kepala Bapanas