Bandarlampung (ANTARA) - PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I Regional 7 memanfaatkan pengelolaan aset seluas 820 hektare untuk pengembangan pariwisata Teluk Nipah di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
"Aset berupa pantai dengan latar belakang perbukitan menghadap ke Selat Sunda milik PTPN I Regional 7 di Kalianda, Lampung Selatan saat ini sedang ditawarkan kepada investor," ujar Region Head PTPN I Regional 7 Tuhu Bangun berdasarkan keterangannya, di Bandarlampung, Senin.
Ia mengatakan lahan seluas 820 hektare yang merupakan Afdeling V Kebun Karet Bergen tersebut langsung berbatasan dengan laut yang memiliki garis pantai sepanjang 3 kilometer potensial dikembangkan menjadi destinasi pariwisata.
"Perencanaan sangat penting dan harus mempertimbangkan berbagai aspek, sehingga ini akan direncanakan secara matang untuk menjadi destinasi wisata. Lahan seluas 820 hektare ada kebun karet, ada deposit batu, ada pantai. Jadi sangat mungkin ke depan dibuka investasi untuk pengembangan jenis usaha lain. Nantinya bisa jadi kawasan wisata terpadu dan menjadi destinasi wisata nasional, bahkan dunia. Ini akan menjadi simpul pertumbuhan ekonomi baru di Lampung," katanya.
Dia menjelaskan pengembangan aset seluas 820 hektare tersebut menjadi perwujudan dari memperluas bisnis yang bernilai tambah bagi perusahaan.
"PTPN I sebagai subholding supporting co diberi mandat untuk mengembangkan bisnis non-komoditas, termasuk bidang hospitality dan pariwisata. Sehingga kami sangat antusias dan serius mengundang investasi untuk bekerja sama mengembangkan kawasan Teluk Nipah ini,” ujar dia.
Menurut dia, konsep kerja sama yang akan dilakukan yakni melalui model pengelolaan aset yang harus memiliki nilai tambah ekonomi bagi masyarakat, melalui pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan berbagai kegiatan lainnya.
"Kawasan pantai ini memiliki akses hanya delapan kilometer dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) tentu sangat potensial. Selain keindahan dan eksotisme pemandangan, secara geografis sangat strategis karena tak jauh dari Jakarta, Bandarlampung, dan dalam lintasan wisata masyarakat Sumatera Selatan. Hal ini memiliki peluang ekonomi yang sangat potensial," katanya.
Ia melanjutkan, kerja sama yang dibuka kepada investor akan mencakup berbagai aspek dari perencanaan, pembangunan, pengelolaan, hingga dampak kepada lingkungan.
“Aset ini memang potensi yang besar, tetapi dalam pengelolaannya juga akan penuh tantangan. Jadi, kami harus pastikan calon investor benar-benar memahami landasan dan filosofi kemanfaatan aset ini. Kami akan mempertimbangkan secara komprehensif, sehingga kebijakannya mengadopsi prinsip sustainable dan berwawasan lingkungan,” ujar dia.