Bandarlampung (ANTARA) - Sebanyak 225 atlet Lampung yang akan berlaga di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut telah menjalani tes psikologi sebagai upaya meningkatkan performa para atlet.
"Sebanyak 70 persen atlet yang telah mengikuti tes psikologi dari 365 atlet Lampung yang akan berlaga di PON," kata Kabid Binpres KONI Lampung, Candra Kurniawan, dalam keterangannya di Bandarlampung, Jumat.
Ia menjelaskan tes psikologi ini sebagai upaya memastikan bahwa para atlet mampu tampil dengan performa maksimal dalam kompetisi yang semakin dekat ini.
Menurutnya, tes psikologi untuk atlet bertujuan menilai kesehatan mental, mengidentifikasi tingkat stres, kecemasan, dan masalah lain yang bisa mempengaruhi performa.
Candra menyebutkan dengan hasil tes psikologi para atlet, pelatih dan manajer dapat menyusun strategi yang tepat, meningkatkan kinerja atlet melalui motivasi dan teknik relaksasi, serta mencegah kelelahan mental.
"Sekarang sudah masuk tahap pra pertandingan, artinya segala bentuk strategi untuk mengatur atlet agar tampil dengan performa maksimal. Agar dalam performa maksimal tentu atlet akan mengalami tingkat stres atau kecemasan yang lebih tinggi dibanding latihan-latihan sebelumnya," katanya.
Ia melanjutkan dengan mengetahui tingkat kondisi psikologis atlet, pelatih dapat memberikan stimulus berupa motivasi atau metode relaksasi yang tepat, sehingga mendukung performa atlet di lapangan.
Menurutnya sejauh tes psikologi tidak ada catatan khusus untuk para atlet yang sudah mengikuti tes.
"Hasil psikologis ini merupakan hasil non klinis, tapi akan memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi mental para atlet sebelum pertandingan. Yang penting tidak ada yang cedera," kata Candra.
Dalam tes psikologi ini pihaknya menggandeng seorang guru besar olahraga Universitas Negeri Jakarta (UNJ) bernama Prof. Nofi.
"Kita tesnya menggunakan Need for Achievement (N-Ach) atau metode kebutuhan akan prestasi," katanya.
"Sebanyak 70 persen atlet yang telah mengikuti tes psikologi dari 365 atlet Lampung yang akan berlaga di PON," kata Kabid Binpres KONI Lampung, Candra Kurniawan, dalam keterangannya di Bandarlampung, Jumat.
Ia menjelaskan tes psikologi ini sebagai upaya memastikan bahwa para atlet mampu tampil dengan performa maksimal dalam kompetisi yang semakin dekat ini.
Menurutnya, tes psikologi untuk atlet bertujuan menilai kesehatan mental, mengidentifikasi tingkat stres, kecemasan, dan masalah lain yang bisa mempengaruhi performa.
Candra menyebutkan dengan hasil tes psikologi para atlet, pelatih dan manajer dapat menyusun strategi yang tepat, meningkatkan kinerja atlet melalui motivasi dan teknik relaksasi, serta mencegah kelelahan mental.
"Sekarang sudah masuk tahap pra pertandingan, artinya segala bentuk strategi untuk mengatur atlet agar tampil dengan performa maksimal. Agar dalam performa maksimal tentu atlet akan mengalami tingkat stres atau kecemasan yang lebih tinggi dibanding latihan-latihan sebelumnya," katanya.
Ia melanjutkan dengan mengetahui tingkat kondisi psikologis atlet, pelatih dapat memberikan stimulus berupa motivasi atau metode relaksasi yang tepat, sehingga mendukung performa atlet di lapangan.
Menurutnya sejauh tes psikologi tidak ada catatan khusus untuk para atlet yang sudah mengikuti tes.
"Hasil psikologis ini merupakan hasil non klinis, tapi akan memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi mental para atlet sebelum pertandingan. Yang penting tidak ada yang cedera," kata Candra.
Dalam tes psikologi ini pihaknya menggandeng seorang guru besar olahraga Universitas Negeri Jakarta (UNJ) bernama Prof. Nofi.
"Kita tesnya menggunakan Need for Achievement (N-Ach) atau metode kebutuhan akan prestasi," katanya.