Bandarlampung (ANTARA) - Regional Head (RH) PTPN I Regional 7 Tuhu Bangun berkunjung ke pabrik gula dan kebun tebu Bunga Mayang, Lampung Utara, guna mendukung swasembada gula..

Ia menyambangi kompleks industri gula yang semula dikelola oleh PTPN VII (sekarang PTPN I Regional 7) itu untuk menguatkan sinergi dan mendukung proses bisnis yang saat ini sudah memasuki musim giling 2024.

Kedatangan Tuhu Bangun disambut Irma Kurniawati, Direktur PT BCN beserta jajaran dan Raji Rahmadi, General Manager PG Bunga Mayang. Setelah meninjau kebun dan menyaksikan proses panen di lapangan, Tuhu yang semula menjadi Direktur PTPN X itu melihat proses giling tebu dari cane yard hingga ruang pengemasan gula.

“Saat ini PTPN Group sedang bekerja keras untuk mendukung mewujudkan target Pemerintah dalam program swasembada gula konsumsi pada 2028. Itulah mengapa semua elemen harus bahu-membahu dan saling menguatkan. Peralihan manajemen dari semua PTPN VII ke PT SGN (pabrik) dan BCN (kebun) saat ini dalam masa transisi dan positioning yang membutuhkan dukungan agar mencapai kinerja terbaik,” ujar dia, dalam keterangan yang diterima di Bandarlampung, Jumat. 

Tuhu Bangun menyebut, manajemen PTPN Holding dan PTPN I Regional 7 memberi perhatian khusus di semua lini agar target-target yang dipasang bisa tercapai.

Ia juga menyebut pabrik gula dan kebun tebu milik PTPN Group yang ada di Lampung dan Sumsel, yakni Unit Bunga Mayang dan Cinta Manis harus menjadi salah satu penopang utama terwujudnya swasembada gula.

“Pemerintah sudah mencanangkan swasembada gula putih pada 2028. Kita (Bunga Mayang dan Cinta Manis) punya tanggung jawab sangat besar sebagai penopang pencapaian itu. Oleh karena itu, selagi saat ini sedang musim giling,kita harus pastikan produktivitas tebu ton per hektare sesuai RKAP. Demikian juga perolehan gula pasir yang dari rendemen yang telah ditargetkan,” kata dia.

Aktivis Serikat Pekerja yang sempat dua periode menjabat Ketua FSP BUN Nasional itu memiliki pengalaman cukup ketika memimpin PTPN X yang mengelola komoditas gula pasir. Ia mengatakan, industri pemanis alami berbahan nira tebu ini memiliki karakter khusus yang berbeda dengan penanganan komoditas lain di PTPN Group. Oleh kompetensi teknis saja tidak cukup untuk mengelola industri gula yang besar ini.

“Industri tebu ini sangat ketat. Pertama, siklusnya sangat cepat karena tanaman semusim dan musim gilingnya pendek. Kedua, padat modal karena biaya operasionalnya sangat tinggi. Ketiga, padat karya. Karakter padat karya ini yang membutuhkan treatmen khusus dengan soft skill yang pas supaya chemistry-nya pas. Sebab, kunci sinergi itu ada pada harmoni on farm dengan off farm,” ungkapnya. 

Tuhu Bangun tak menampik ada banyak potensi friksi yang dipicu oleh sikap egosentris di on farm dan off farm. Namun demikian, ia sangat yakin para pihak bisa memupus sikap ego sektoral itu dengan mengacu kepada tujuan akhir dari seluruh proses ini.

“Semua pihak punya obsesi. On farm ingin tebunya bisa diterima dengan rendemen tinggi, off farm ingin tebu yang dikirim ke pabrik sesuai kriteria MBS (masak, bersih, segar) dan kontinu. Ayo, semua kita penuhi. Pak Raji (GM PG Bunga Mayang) proses tebunya sebaik mungkin untuk menciptakan rendemen tertinggi, Bu Irma (Direktur PT BCN) kirim tebu yang MBS. Kita bangkit bersama. Saya yakin kita bisa,” terangnya.

Tuhu Bangun menyempatkan melihat proses giling hingga pengemasan gula yang siap dikonsumsi. Di ruang pengemasan gula bermerek Nusakita itu, melalui tayangan video Tuhu Bangun mengajak seluruh elemen untuk berdoa untuk kesuksesan industri gula PTPN Group, khususnya PG Bunga Mayang.

Diketahui, saat ini dua plant industri gula eks. PTPN VII, yakni PG Bunga Mayang (Lampung) dan PG Cinta Manis (Sumsel) itu dikelola dua anak perusahaan PTPN III Holding. Keduanya adalah PT Sinergi Gula Nusantara (SGN, Subholding Sugar.Co) yang khusus mengelola pabrik dan PT Buma Cima Nusantara (BCN) khusus mengelola kebun tebu.

 

Pewarta : Ardiansyah
Editor : Agus Wira Sukarta
Copyright © ANTARA 2024