Bandarlampung (ANTARA) - Perekonomian Lampung yang masih didominasi sektor pertanian perlu diperkuat dengan menarik masuk investasi baru dan memacu pembangunan sektor industri, sehingga pada 2024/2025 ditargetkan dapat bertumbuh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lampung Elvira Umihanni di Bandarlampung, Rabu, diperlukan sinergi semua pihak dari berbagai sektor untuk mendorong perekonomian Lampung tumbuh lebih baik, baik di lingkungan pemerintahan daerah, kalangan swasta dan dunia usaha, perguruan tinggi, termasuk dukungan media massa.
"Bappeda Lampung mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengupayakan dapat menyusun dan merancangnya dengan berbagai program maupun terobosan, untuk percepatan mencapai target perekonomian dan pembangunan Lampung saat ini dan ke depannya semakin baik," ujar Elvira Umihanni, didampingi Ridwan Saifuddin, Kabid Perencanaan Perekonomian Bappeda Lampung.
Elvira menyebutkan, selain menentukan target capaian indikator ekonomi makro berdasarkan capaian tahun sebelumnya, perlu pula memasukkan indikator sosial dan infrastruktur, sehingga target dimaksud dapat tercapai dengan memperhitungkan sejumlah faktor yang mempengaruhinya.
Selain melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) yang sudah berjalan, perlu pula dimatangkan rumusan capaian target ekonomi makro Lampung itu melalui berbagai forum yang mendukungnya, katanya lagi.
Berkaitan itu, Bappeda Lampung merancang pula rangkaian dialog berseri dengan melibatkan para pihak (multi stakeholders) untuk mengkaji berbagai indikator capaian ekonomi Lampung beserta kendala dan permasalahan yang dihadapi agar mencapai target tersebut.
Pada Selasa (11/6), Bappeda Lampung mengundang Badan Statistik (BPS) Lampung, Bank Indonesia (BI) Perwakilan Lampung, tim dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung (Unila), Kadinda Lampung, dan perwakilan media massa dari ANTARA Lampung untuk membahas capaian indikator ekonomi Lampung 2023, target 2024 dan proyeksi 2025.
Menurut Ridwan Saifuddin, diharapkan forum diskusi dan dialog terkait pembangunan perekonomian Lampung ini terus berlanjut secara reguler. Diskusi ini dibuka Kepala Bappeda Lampung Elvira Umihanni.
Perlu Banyak Investasi
Dalam diskusi awal itu, terungkap sejumlah faktor institusional dan kesiapan sumber daya manusia masih menjadi problem utama dalam menarik investasi baru di daerah ini. Padahal Lampung membutuhkan banyak investasi untuk membangun daerah ini, dengan memperhatikan ketersediaan anggaran dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
Kesiapan birokrasi dalam menarik investor dari luar masih perlu diperbaiki. Beberapa investor yang akan masuk di Lampung masih terhambat, bahkan di antaranya ada yang membatalkan investasinya, karena urusan perizinan serta birokrasinya tidak siap.
Baca juga: Pemprov Lampung integrasikan paket wisata dengan promosi produk UMKM lokal
Baca juga: Transformasi ekonomi tingkatkan daya saing komoditi
Ekonom Senior dari BI Perwakilan Lampung Fiskara Indawan menyampaikan, membangun perekonomian tidak bisa dilakukan secara instan. Dibutuhkan format kebijakan yang tepat dan infrastruktur yang baik untuk terjadinya pertumbuhan ekonomi yang optimal di satu wilayah.
Fiskara mengatakan pula, sektor pertanian masih mendominasi struktur perekonomian Provinsi Lampung. Karena itu, melambatnya pertumbuhan sektor pertanian, dan tren penurunan produktivitas sektor primer ini berimbas pada penurunan kinerja sektor-sektor yang lainnya.
“Sektor pertanian menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi Lampung. Kalau sektor pertanian ini tidak tumbuh, maka berpengaruh negatif ke sektor-sektor lain,” katanya pula.
Dari sisi lapangan usaha, kata Indawan lagi, selain sektor pertanian, sektor industri, perdagangan, dan konstruksi menjadi penggerak utama ekonomi Lampung. Sektor konstruksi memberikan prospek yang tinggi, dengan hadirnya hotel-hotel baru, seiring meningkatnya persaingan bisnis di sektor akomodasi perhotelan.
“Ini sejalan dengan tumbuhnya sektor pariwisata di Provinsi Lampung, yang membutuhkan dukungan akomodasi perhotelan dan lainnya, yang permintaanya menunjukkan peningkatan,” kata Indawan.
Sektor pariwisata ini perlu dioptimalkan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi daerah, ujarnya pula.
Dia juga menegaskan, untuk jangka panjang, struktur ekonomi Lampung perlu diperkuat dari sektor industri, melalui transformasi ekonomi, juga bagaimana mengatasi hambatan investasi yang sekarang masih kuat dirasakan oleh para calon investor. Juga memperkuat daya dukung infrastruktur di daerah.
“Kemarin perekonomian daerah mengalami shock akibat mati lampu satu hari. Kerugian atau hilangnya nilai ekonomi yang diakibatkan mati lampu kemarin cukup besar. Bagaimana itu tidak terulang lagi?” ujar dia pula.
Dosen FEB Unila Arivina Ratih dalam diskusi yang sama menyampaikan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tidak bisa lagi dicapai dengan cara biasa (business as usual).
“Kita perlu menciptakan permintaan baru untuk mengejar pertumbuhan ekonomi tahun ini, di mana peran swasta sangat penting untuk dilibatkan dalam mengejar pertumbuhan ekonomi kita,” kata Ratih.
Ratih juga menyoroti fenomena perkembangan industri e-commerce yang berpengaruh terhadap pelaku perdagangan di pasar-pasar tradisional.
“Pertumbuhan e-commerce ini menjadi tantangan baru bagi pengusaha lokal. Mau tidak mau kita harus siap mengadopsi teknologi digital dalam mengembangkan perekonomian daerah. Pemerintah bisa memfasilitasi industri-industri lokal untuk bisa mengisi pasar di e-commerce ini,” katanya lagi.
Asrian Hendi Caya dari Kadinda Lampung menyampaikan, untuk memperkokoh pertumbuhan ekonomi Lampung, maka basis ekonomi tidak bisa hanya pada sektor pertanian, tetapi harus memperkuat sektor-sektor lainnya, seperti industri pengolahan dengan tetap berbasis pada hasil pertanian dan kelautan. Mengingat, Provinsi Lampung sebagai koridor ekonomi Sumatera diarahkan untuk penguatan industri berbasis sumber daya alam dan sebagai pusat pengembangan ekonomi biru (blue economy).
Statistisi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung Gun Gun Nugraha menyampaikan tantangan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Lampung masih cukup banyak, baik secara domestik maupun tantangan global.
Strategi jangka pendek yang dapat diambil untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menurut Nugraha, antara lain melalui stimulus fiskal yang tepat, kebijakan moneter ekspansif, dukungan pada sektor UMKM, mendorong konsumsi, meningkatkan investasi asing, mengatasi hambatan regulasi, dan sebagainya.
Diskusi perencanaan pembangunan perekonomian yang digelar Bappeda Provinsi Lampung yang melibatkan lintas pemangku kepentingan ini, menjadi wahana untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan untuk ditindaklanjuti dalam bentuk program dan kegiatan pembangunan, khususnya sektor perekonomian daerah, kata Ridwan Saifuddin pula.
Realisasi pertumbuhan ekonomi Lampung pada 2023 mencapai 4,55 persen, dan diproyeksikan pada 2025 naik lagi mencapai antara 4,9-5,3 persen. Tingkat pengangguran terbuka pada 2023 sebesar 4,23 persen, pada 2025 diproyeksikan turun menjadi 4,0-3,86 persen. Sedangkan angka kemiskinan Lampung pada 2023 sebanyak 11,11 persen, dan 2025 diproyeksikan turun menjadi 9,5-10 persen.
Lalu, tingkat inflasi pada 2023 sebesar 3,47 persen, pada 2025 diproyeksikan turun pada kisaran 1,5-3,5 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) Lampung pada 2023 mencapai 109,25, dan pada 2025 diproyeksikan menjadi 109-110.
Capaian sejumlah indikator ekonomi makro di Lampung itu pada 2024 ini sedang dalam pembahasan, antara lain untuk disesuaikan dengan perubahan APBD Lampung 2024, sehingga belum final ditetapkan.
Baca juga: NTP Lampung naik 2,08 persen di Mei 2024
Baca juga: Neraca perdagangan Lampung tercatat surplus 93,55 juta dolar AS per April
Menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lampung Elvira Umihanni di Bandarlampung, Rabu, diperlukan sinergi semua pihak dari berbagai sektor untuk mendorong perekonomian Lampung tumbuh lebih baik, baik di lingkungan pemerintahan daerah, kalangan swasta dan dunia usaha, perguruan tinggi, termasuk dukungan media massa.
"Bappeda Lampung mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengupayakan dapat menyusun dan merancangnya dengan berbagai program maupun terobosan, untuk percepatan mencapai target perekonomian dan pembangunan Lampung saat ini dan ke depannya semakin baik," ujar Elvira Umihanni, didampingi Ridwan Saifuddin, Kabid Perencanaan Perekonomian Bappeda Lampung.
Elvira menyebutkan, selain menentukan target capaian indikator ekonomi makro berdasarkan capaian tahun sebelumnya, perlu pula memasukkan indikator sosial dan infrastruktur, sehingga target dimaksud dapat tercapai dengan memperhitungkan sejumlah faktor yang mempengaruhinya.
Selain melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) yang sudah berjalan, perlu pula dimatangkan rumusan capaian target ekonomi makro Lampung itu melalui berbagai forum yang mendukungnya, katanya lagi.
Berkaitan itu, Bappeda Lampung merancang pula rangkaian dialog berseri dengan melibatkan para pihak (multi stakeholders) untuk mengkaji berbagai indikator capaian ekonomi Lampung beserta kendala dan permasalahan yang dihadapi agar mencapai target tersebut.
Pada Selasa (11/6), Bappeda Lampung mengundang Badan Statistik (BPS) Lampung, Bank Indonesia (BI) Perwakilan Lampung, tim dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung (Unila), Kadinda Lampung, dan perwakilan media massa dari ANTARA Lampung untuk membahas capaian indikator ekonomi Lampung 2023, target 2024 dan proyeksi 2025.
Menurut Ridwan Saifuddin, diharapkan forum diskusi dan dialog terkait pembangunan perekonomian Lampung ini terus berlanjut secara reguler. Diskusi ini dibuka Kepala Bappeda Lampung Elvira Umihanni.
Perlu Banyak Investasi
Dalam diskusi awal itu, terungkap sejumlah faktor institusional dan kesiapan sumber daya manusia masih menjadi problem utama dalam menarik investasi baru di daerah ini. Padahal Lampung membutuhkan banyak investasi untuk membangun daerah ini, dengan memperhatikan ketersediaan anggaran dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
Kesiapan birokrasi dalam menarik investor dari luar masih perlu diperbaiki. Beberapa investor yang akan masuk di Lampung masih terhambat, bahkan di antaranya ada yang membatalkan investasinya, karena urusan perizinan serta birokrasinya tidak siap.
Baca juga: Pemprov Lampung integrasikan paket wisata dengan promosi produk UMKM lokal
Baca juga: Transformasi ekonomi tingkatkan daya saing komoditi
Ekonom Senior dari BI Perwakilan Lampung Fiskara Indawan menyampaikan, membangun perekonomian tidak bisa dilakukan secara instan. Dibutuhkan format kebijakan yang tepat dan infrastruktur yang baik untuk terjadinya pertumbuhan ekonomi yang optimal di satu wilayah.
Fiskara mengatakan pula, sektor pertanian masih mendominasi struktur perekonomian Provinsi Lampung. Karena itu, melambatnya pertumbuhan sektor pertanian, dan tren penurunan produktivitas sektor primer ini berimbas pada penurunan kinerja sektor-sektor yang lainnya.
“Sektor pertanian menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi Lampung. Kalau sektor pertanian ini tidak tumbuh, maka berpengaruh negatif ke sektor-sektor lain,” katanya pula.
Dari sisi lapangan usaha, kata Indawan lagi, selain sektor pertanian, sektor industri, perdagangan, dan konstruksi menjadi penggerak utama ekonomi Lampung. Sektor konstruksi memberikan prospek yang tinggi, dengan hadirnya hotel-hotel baru, seiring meningkatnya persaingan bisnis di sektor akomodasi perhotelan.
“Ini sejalan dengan tumbuhnya sektor pariwisata di Provinsi Lampung, yang membutuhkan dukungan akomodasi perhotelan dan lainnya, yang permintaanya menunjukkan peningkatan,” kata Indawan.
Sektor pariwisata ini perlu dioptimalkan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi daerah, ujarnya pula.
Dia juga menegaskan, untuk jangka panjang, struktur ekonomi Lampung perlu diperkuat dari sektor industri, melalui transformasi ekonomi, juga bagaimana mengatasi hambatan investasi yang sekarang masih kuat dirasakan oleh para calon investor. Juga memperkuat daya dukung infrastruktur di daerah.
“Kemarin perekonomian daerah mengalami shock akibat mati lampu satu hari. Kerugian atau hilangnya nilai ekonomi yang diakibatkan mati lampu kemarin cukup besar. Bagaimana itu tidak terulang lagi?” ujar dia pula.
Dosen FEB Unila Arivina Ratih dalam diskusi yang sama menyampaikan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tidak bisa lagi dicapai dengan cara biasa (business as usual).
“Kita perlu menciptakan permintaan baru untuk mengejar pertumbuhan ekonomi tahun ini, di mana peran swasta sangat penting untuk dilibatkan dalam mengejar pertumbuhan ekonomi kita,” kata Ratih.
Ratih juga menyoroti fenomena perkembangan industri e-commerce yang berpengaruh terhadap pelaku perdagangan di pasar-pasar tradisional.
“Pertumbuhan e-commerce ini menjadi tantangan baru bagi pengusaha lokal. Mau tidak mau kita harus siap mengadopsi teknologi digital dalam mengembangkan perekonomian daerah. Pemerintah bisa memfasilitasi industri-industri lokal untuk bisa mengisi pasar di e-commerce ini,” katanya lagi.
Asrian Hendi Caya dari Kadinda Lampung menyampaikan, untuk memperkokoh pertumbuhan ekonomi Lampung, maka basis ekonomi tidak bisa hanya pada sektor pertanian, tetapi harus memperkuat sektor-sektor lainnya, seperti industri pengolahan dengan tetap berbasis pada hasil pertanian dan kelautan. Mengingat, Provinsi Lampung sebagai koridor ekonomi Sumatera diarahkan untuk penguatan industri berbasis sumber daya alam dan sebagai pusat pengembangan ekonomi biru (blue economy).
Statistisi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung Gun Gun Nugraha menyampaikan tantangan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Lampung masih cukup banyak, baik secara domestik maupun tantangan global.
Strategi jangka pendek yang dapat diambil untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menurut Nugraha, antara lain melalui stimulus fiskal yang tepat, kebijakan moneter ekspansif, dukungan pada sektor UMKM, mendorong konsumsi, meningkatkan investasi asing, mengatasi hambatan regulasi, dan sebagainya.
Diskusi perencanaan pembangunan perekonomian yang digelar Bappeda Provinsi Lampung yang melibatkan lintas pemangku kepentingan ini, menjadi wahana untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan untuk ditindaklanjuti dalam bentuk program dan kegiatan pembangunan, khususnya sektor perekonomian daerah, kata Ridwan Saifuddin pula.
Realisasi pertumbuhan ekonomi Lampung pada 2023 mencapai 4,55 persen, dan diproyeksikan pada 2025 naik lagi mencapai antara 4,9-5,3 persen. Tingkat pengangguran terbuka pada 2023 sebesar 4,23 persen, pada 2025 diproyeksikan turun menjadi 4,0-3,86 persen. Sedangkan angka kemiskinan Lampung pada 2023 sebanyak 11,11 persen, dan 2025 diproyeksikan turun menjadi 9,5-10 persen.
Lalu, tingkat inflasi pada 2023 sebesar 3,47 persen, pada 2025 diproyeksikan turun pada kisaran 1,5-3,5 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) Lampung pada 2023 mencapai 109,25, dan pada 2025 diproyeksikan menjadi 109-110.
Capaian sejumlah indikator ekonomi makro di Lampung itu pada 2024 ini sedang dalam pembahasan, antara lain untuk disesuaikan dengan perubahan APBD Lampung 2024, sehingga belum final ditetapkan.
Baca juga: NTP Lampung naik 2,08 persen di Mei 2024
Baca juga: Neraca perdagangan Lampung tercatat surplus 93,55 juta dolar AS per April