Baturaja (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Sumatera Selatan mendata seluas 165 hektare (ha)lahan pertanian dan perkebunan di wilayah setempat terendam banjir sehingga petani terancam gagal panen.
Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BBPB OKU, Gunalfi di Baturaja, Minggu mengatakan bahwa intensitas curah hujan tinggi yang terjadi pada Jumat (16/2) malam menimbulkan bencana banjir cukup besar yang terjadi pada awal tahun 2024.
Meskipun tidak ada korban jiwa, kata dia, namun banjir akibat luapan Sungai Ogan tersebut merendam sebanyak 536 rumah warga, satu unit jembatan gantung dan sejumlah ruas jalan lintas pun terdapat genangan air setinggi 30 centimeter hingga satu meter.
Selain rumah dan fasilitas umum tersebut, banjir juga diketahui merendam lahan pertanian dan perkebunan milik masyarakat yang tersebar di beberapa desa di wilayah itu dengan ketinggian mencapai satu meter.
Adapun desa terdampak banjir meliputi Desa Rantau Kumpai seluas 30 ha, Desa Bandar 20 ha, Keban Agung 20 ha, Desa Tubohan 20 ha, Karang Endah 5 ha, Karang Agung 30 ha, Batukuning 20 ha dan Desa Pusar 20 ha.
"Totalnya seluas 165 ha lahan yang terendam banjir dengan kerugian mencapai miliaran rupiah," katanya.
Dia menjelaskan, rata-rata lahan yang terendam banjir merupakan perkebunan tanaman karet dan sawit, termasuk area persawahan yang membuat petani terancam gagal panen.
Sebagai upaya penanggulangan, lanjut dia, pihaknya telah mengerahkan personel untuk melakukan penyedotan air menggunakan mesin pompa agar genangan banjir segera surut.
BPBD OKU melakukan kaji cepat untuk disampaikan ke Pemerintah Provinsi Sumsel guna mencari solusi terbaik dalam menanggulangi bencana alam tersebut.
"Untuk situasi terkini banjir di sebagian besar wilayah di Kabupaten OKU sudah surut. Meskipun demikian, kami tetap melakukan pemantauan terhadap cuaca 1x24 jam dari BMKG dan meneruskan peringatan dini kepada masyarakat agar tetap waspada," ujarnya.
Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BBPB OKU, Gunalfi di Baturaja, Minggu mengatakan bahwa intensitas curah hujan tinggi yang terjadi pada Jumat (16/2) malam menimbulkan bencana banjir cukup besar yang terjadi pada awal tahun 2024.
Meskipun tidak ada korban jiwa, kata dia, namun banjir akibat luapan Sungai Ogan tersebut merendam sebanyak 536 rumah warga, satu unit jembatan gantung dan sejumlah ruas jalan lintas pun terdapat genangan air setinggi 30 centimeter hingga satu meter.
Selain rumah dan fasilitas umum tersebut, banjir juga diketahui merendam lahan pertanian dan perkebunan milik masyarakat yang tersebar di beberapa desa di wilayah itu dengan ketinggian mencapai satu meter.
Adapun desa terdampak banjir meliputi Desa Rantau Kumpai seluas 30 ha, Desa Bandar 20 ha, Keban Agung 20 ha, Desa Tubohan 20 ha, Karang Endah 5 ha, Karang Agung 30 ha, Batukuning 20 ha dan Desa Pusar 20 ha.
"Totalnya seluas 165 ha lahan yang terendam banjir dengan kerugian mencapai miliaran rupiah," katanya.
Dia menjelaskan, rata-rata lahan yang terendam banjir merupakan perkebunan tanaman karet dan sawit, termasuk area persawahan yang membuat petani terancam gagal panen.
Sebagai upaya penanggulangan, lanjut dia, pihaknya telah mengerahkan personel untuk melakukan penyedotan air menggunakan mesin pompa agar genangan banjir segera surut.
BPBD OKU melakukan kaji cepat untuk disampaikan ke Pemerintah Provinsi Sumsel guna mencari solusi terbaik dalam menanggulangi bencana alam tersebut.
"Untuk situasi terkini banjir di sebagian besar wilayah di Kabupaten OKU sudah surut. Meskipun demikian, kami tetap melakukan pemantauan terhadap cuaca 1x24 jam dari BMKG dan meneruskan peringatan dini kepada masyarakat agar tetap waspada," ujarnya.