Jakarta (ANTARA) - Ahli gizi masyarakat Tan Shot Yen mengatakan anak perlu diberikan buah tanpa campuran makanan lain agar anak dapat menikmati buah apa adanya.
Hal tersebut diungkapkan oleh Tan sebagai respons dari pertanyaan tentang penyajian buah yang dicampur bahan lain, seperti es krim atau yogurt bagi anak.
"Tujuan kita memberikan makan anak itu kan tidak semata-mata hanya karena anak itu bisa makan, punya nutrisi, tetapi juga anak ini mempunyai cetak biru. Artinya, dia akan menentukan referensi dan preferensi makannya," ujar Tan dalam siaran berjudul “Yang Manis Anaknya, Bukan Makanan dan Minumannya” yang ditayangkan di akun instagram resmi Kementerian Kesehatan, di Jakarta, Rabu.
Dia menilai kebiasaan makan buah atau sayur yang dicampur bahan-bahan lain adalah kebiasaan makan yang diadopsi dari luar negeri, sebagai efek dari globalisasi.
"Banyak orang kekinian itu kan makan sayur versi bule. Ya, pakai mayones lah, pakai Thousand Island lah," katanya.
Dia menjelaskan, apabila anak tersebut biasa diberikan buah yang sudah dicampur dengan bahan-bahan tambahan lainnya, anak tersebut akan merasa harus memakan buah dengan cara tertentu. Misalnya, buah harus dimakan dengan yogurt atau harus disajikan sebagai salad.
"Jadi, anak tidak mengenal momen ketika dia itu makan buah apa adanya. Padahal, kebiasaan ini dibawa sampai dewasa," katanya.
Namun, dia mengingatkan bahwa, konsumsi buah tersebut juga tetap harus secukupnya, dan tidak berlebihan.
"Misalnya, semua orang boleh makan durian, tetapi kalau duriannya mukbang atau makan banyak ala Korea. Satu buah, bukan satu butir. Ya, klenger (lemas) dia," katanya.
Selain itu, kata dia, konsumsi buah perlu dikonsultasikan kepada dokter, agar tidak mengganggu kesehatan apabila ada masalah, seperti hipertensi dan diabetes.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ahli gizi sarankan orang tua sajikan buah tanpa campuran pada anak
Hal tersebut diungkapkan oleh Tan sebagai respons dari pertanyaan tentang penyajian buah yang dicampur bahan lain, seperti es krim atau yogurt bagi anak.
"Tujuan kita memberikan makan anak itu kan tidak semata-mata hanya karena anak itu bisa makan, punya nutrisi, tetapi juga anak ini mempunyai cetak biru. Artinya, dia akan menentukan referensi dan preferensi makannya," ujar Tan dalam siaran berjudul “Yang Manis Anaknya, Bukan Makanan dan Minumannya” yang ditayangkan di akun instagram resmi Kementerian Kesehatan, di Jakarta, Rabu.
Dia menilai kebiasaan makan buah atau sayur yang dicampur bahan-bahan lain adalah kebiasaan makan yang diadopsi dari luar negeri, sebagai efek dari globalisasi.
"Banyak orang kekinian itu kan makan sayur versi bule. Ya, pakai mayones lah, pakai Thousand Island lah," katanya.
Dia menjelaskan, apabila anak tersebut biasa diberikan buah yang sudah dicampur dengan bahan-bahan tambahan lainnya, anak tersebut akan merasa harus memakan buah dengan cara tertentu. Misalnya, buah harus dimakan dengan yogurt atau harus disajikan sebagai salad.
"Jadi, anak tidak mengenal momen ketika dia itu makan buah apa adanya. Padahal, kebiasaan ini dibawa sampai dewasa," katanya.
Namun, dia mengingatkan bahwa, konsumsi buah tersebut juga tetap harus secukupnya, dan tidak berlebihan.
"Misalnya, semua orang boleh makan durian, tetapi kalau duriannya mukbang atau makan banyak ala Korea. Satu buah, bukan satu butir. Ya, klenger (lemas) dia," katanya.
Selain itu, kata dia, konsumsi buah perlu dikonsultasikan kepada dokter, agar tidak mengganggu kesehatan apabila ada masalah, seperti hipertensi dan diabetes.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ahli gizi sarankan orang tua sajikan buah tanpa campuran pada anak