Bandarlampung (ANTARA) - Produktivitas panen padi di Provinsi Lampung pada musim tahun ini turun cukup signifikan akibat beberapa faktor salah satunya anomali cuaca.

"Panen musim panen tahun ini rata rata sekitar 5 hingga 6 ton per hektare, jauh berbeda dibandingkan panen tahun lalu yang bisa mencapai 8 ton per ha," kata Ibnu petani asal Sragi Lampung Selatan, Jumat.

Ia menyebutkan selain anomali cuaca produktivitas tanaman padi menurun disebabkan adanya penggerek batang padi.

Cuaca saat ini menurutnya panas cukup ekstrem sehingga tanah sawah menjadi pecah pecah.

"Sehingga areal sawah yang tak dialiri irigasi membutuhkan suplai air yang tak sedikit," katanya.

Petani lanjutnya, mengandalkan sumur bor yang ada di areal sawah itupun tak maksimal mengingat cuaca panas pada tahun ini cukup ekstrem.

Selain itu, penyebab produksi padi petani menurun karena hama baik penggerek batang maupun tikus.

Penggerek batang padi ini lanjutnya, banyak menyerang padi berbunga atau biasa disebut sundep.

"Hama ini juga tak hanya menyerang saat padi berbunga tapi juga pada bulir padi," jelasnya.

Wahyudi petani padi di Desa Purwo Kencono, Lampung Timur mengatakan produktivitas tanaman padi pada.musim tahun ini hanya 5 ton hingga 6 ton per hektare.

"Produktivitas padi kami saat ini hanya 5 hingga 6 ton per hektare. Padahal seharusnya lebih besar bisa mencapai 7 dan 8 ton per ha," jelasnya.

Ia mengakui produktivitas padinya rendah bukan karena faktor anomali cuaca dan serangan hama, tetapi juga tak ada pendamping seperti.penyuluh pertanian lapangan.

Wahyudi mengharapkan ada penyuluh pertanian lapangan agar permasalahan petani terkait produktivitas dan lainnya dapat teratasi.

Sementara harga gabah kering panen (GKP) di Provinsi Lampung pada tingkat petani naik,  karena musim panen akan berakhir.

Harga jual gabah saat ini di tingkat petani sekitar Rp5.800 per kilogram atau naik dari musim panen sebelumnya yang hanya Rp5.300-Rp5.500/kg.

 


Pewarta : Agus Wira Sukarta
Editor : Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024