Bandarlampung (ANTARA) - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mengatakan adanya upaya Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) dapat memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensi untuk kesejahteraan.
"Tujuan utama kita adalah ingin menghidupkan kembali perpustakaan secara nasional dan dunia melalui Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS)," ujar Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando, di Bandarlampung, Senin.
Ia mengatakan saat ini perpustakaan bertransformasi yakni 10 persen untuk mengelola koleksi, 20 persen pengelola pengetahuan, dan 70 persen melakukan transfer pengetahuan.
"Jadi dengan adanya TPBIS ini perpustakaan tidak hanya menjadi tempat menyimpan buku, tetapi masyarakat bisa difasilitasi dalam mengembangkan potensi terutama masyarakat termarginal sebab ini berbasis inklusi sosial," katanya lagi.
Dia menjelaskan saat ini ada 2 juta penerima manfaat transformasi perpustakaan yang telah merasakan adanya transfer pengetahuan dengan implementasi secara langsung dapat membantu memberi kesejahteraan.
"Ini sistemnya dari pusat bergerak bersama dengan pemerintah provinsi, kabupaten, desa, pegiat literasi dan semua pihak bekerja bersama menggali persoalan di desa. Lalu membantu masyarakat memahami isi buku, mengaplikasikannya sehingga ada transformasi di sini," ujarnya lagi.
Menurut dia, transformasi perpustakaan untuk kesejahteraan masyarakat harus dilakukan dengan kolaborasi semua pihak secara berkesinambungan.
"Dengan masyarakat yang mengerti isi buku, mengaplikasikannya secara langsung, sehingga bisa berkreasi meningkatkan keterampilan dan taraf perekonomian naik ini jadi tujuan utama kita. Selain itu dengan makin pahamnya masyarakat dengan pengetahuan mereka bisa menangkal adanya berita atau informasi bohong," kata dia pula.
Sejak 2018 hingga saat ini, program TPBIS telah menjangkau 399 kabupaten serta kota dan 3.985 desa ataupun kelurahan dengan 2.133.918 anggota masyarakat yang mengikuti 85.776 kegiatan di perpustakaan.
Bahkan program ini pun sudah direplikasi mandiri oleh sejumlah daerah, yakni di 18 kabupaten serta kota dan 1.125 desa ataupun kelurahan.
Lalu telah dilakukan pula bimbingan teknis kepada 1.804 staf perpustakaan daerah dan 2.196 pengelola perpustakaan desa serta melatih 79 master trainer dan 415 fasilitator daerah.
Sedangkan pada 2023, jumlah mitra sudah mencapai 450 perpustakaan desa dan kelurahan dengan sebanyak 1.661 kegiatan pelatihan telah dilakukan dengan melibatkan 70.165 peserta pada Januari.
Baca juga: Kemenko PMK sebut transformasi perpustakaan merupakan suatu keharusan
"Tujuan utama kita adalah ingin menghidupkan kembali perpustakaan secara nasional dan dunia melalui Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS)," ujar Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando, di Bandarlampung, Senin.
Ia mengatakan saat ini perpustakaan bertransformasi yakni 10 persen untuk mengelola koleksi, 20 persen pengelola pengetahuan, dan 70 persen melakukan transfer pengetahuan.
"Jadi dengan adanya TPBIS ini perpustakaan tidak hanya menjadi tempat menyimpan buku, tetapi masyarakat bisa difasilitasi dalam mengembangkan potensi terutama masyarakat termarginal sebab ini berbasis inklusi sosial," katanya lagi.
Dia menjelaskan saat ini ada 2 juta penerima manfaat transformasi perpustakaan yang telah merasakan adanya transfer pengetahuan dengan implementasi secara langsung dapat membantu memberi kesejahteraan.
"Ini sistemnya dari pusat bergerak bersama dengan pemerintah provinsi, kabupaten, desa, pegiat literasi dan semua pihak bekerja bersama menggali persoalan di desa. Lalu membantu masyarakat memahami isi buku, mengaplikasikannya sehingga ada transformasi di sini," ujarnya lagi.
Menurut dia, transformasi perpustakaan untuk kesejahteraan masyarakat harus dilakukan dengan kolaborasi semua pihak secara berkesinambungan.
"Dengan masyarakat yang mengerti isi buku, mengaplikasikannya secara langsung, sehingga bisa berkreasi meningkatkan keterampilan dan taraf perekonomian naik ini jadi tujuan utama kita. Selain itu dengan makin pahamnya masyarakat dengan pengetahuan mereka bisa menangkal adanya berita atau informasi bohong," kata dia pula.
Sejak 2018 hingga saat ini, program TPBIS telah menjangkau 399 kabupaten serta kota dan 3.985 desa ataupun kelurahan dengan 2.133.918 anggota masyarakat yang mengikuti 85.776 kegiatan di perpustakaan.
Bahkan program ini pun sudah direplikasi mandiri oleh sejumlah daerah, yakni di 18 kabupaten serta kota dan 1.125 desa ataupun kelurahan.
Lalu telah dilakukan pula bimbingan teknis kepada 1.804 staf perpustakaan daerah dan 2.196 pengelola perpustakaan desa serta melatih 79 master trainer dan 415 fasilitator daerah.
Sedangkan pada 2023, jumlah mitra sudah mencapai 450 perpustakaan desa dan kelurahan dengan sebanyak 1.661 kegiatan pelatihan telah dilakukan dengan melibatkan 70.165 peserta pada Januari.
Baca juga: Kemenko PMK sebut transformasi perpustakaan merupakan suatu keharusan