Bandarlampung (ANTARA) - Youth Generation Lampung Festival 2022 akan menampilkan pertunjukan Sendratari The Legend Of Radin Inten II di GSG Universitas Lampung (Unila) pada Jumat 28 Oktober 2022.
Pembina Festival Sendratari The Legend Of Radin Inten II, Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad mengatakan, festival yang akan dilaksanakan untuk masyarakat khususnya di Lampung tersebut merupakan rangkaian kegiatan Youth Generation Lampung Festival yang sempat tertunda sejak tahun 2017 lalu.
"Sejak lama kita telah rangkaikan kegiatan ini, namun karena pandemi sehingga kami terpaksa menundanya dan kami laksanakan sekarang," katanya di Bandarlampung, Rabu.
Dia melanjutkan selain sebagai pembina dalam kegiatan festival tersebut, dirinya sebagai anggota Polri tentu dituntut bagaimana bisa berpartisipasi, objektif, dan dipercaya terhadap masyarakat khususnya pada kegiatan yang akan berlangsung di GSG Unila tersebut.
Menurut dia, melalui Sendratari The Legend Of Radin Inten II tentunya dapat menepis citra buruk terhadap masyarakat Lampung melalui adat, budaya, sejarah baik tentang pariwisata maupun tentang pahlawannya sendiri.
"Radin Inten II merupakan satu nama bandara tapi kita tidak tahu sejarah dari Radin Intan itu sendiri. Oleh karena itu, kehadiran kami sebagai unsur tiga pilar TNI-Polri maupun pemerintah bagaimana generasi muda bangsa yang besar ini dapat mengenal budaya dan sejarahnya termasuk pahlawan. Melalaui konsep budaya ini, kita dapat menghapuskan stigma negatif masyarakat Lampung yang mengatakan bahwa Lampung adalah kota seram akan tindak kriminalnya," kata dia.
Pandra menambahkan peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut antara usia mulai umur 10 tahun hingga 25 tahun. Ke depan, dengan adanya pertunjukan tari diharapkan dapat menampilkan budaya yang lebih setingkat lokal, nasional, hingga internasional.
"Tampilan budaya yang digelar bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda ini mudah-mudahan mendapat setingkat nasional hingga inrernasional," katanya.
Ketua Pelaksana, Rico Febriyanto mengatakan, pertunjukan festival tersebut akan mengangkat cerita tentang pahlawan Radin Inten II. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat kembali mengingat dan menggali bahwa pentingnya sejarah dan budaya yang telah ditinggalkan nenek moyang.
"Saat ini nama Lampung dalam pemberitaan selalu muncul dengan hal-hal yang negatif. Sedangkan nilai-nilai seni budaya dan sejarah sudah jarang ditonjolkan. Maka itu, dengan adanya pertunjukan tentang Radin Inten II ini dapat melestarikan budaya dan sejarah Lampung," katanya.
Ia menambahkan pertunjukan festival tersebut akan diikuti sejumlah penari dari berbagai usia mulai usia 10 tahun hingga di atas 25 tahun dengan tujuan untuk menggandeng anak-anak muda agar melestarikan budaya Lampung.
"Pertunjukan nanti akan menampilkan beberapa tarian yang dilakukan anak-anak muda. Untuk harga tiket pelajar sebesar Rp25 ribu dan umum Rp35 ribu," katanya.
Anggota Komisi V DPRD Lampung, Deni Ribowo sangat mengapresiasi adanya kegiatan tersebut yang bersifat memberikan edukasi kepada anak-anak muda di tengah budaya yang semakin tergerus oleh media sosial.
"Ini kegiatan positif yang perlu ditindaklanjuti. Maka itu, saya minta kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung agar dapat mengagendakan dan menganggarkan kegiatan seperti ini setiap tahunnya. Tujuannya agar anak-anak muda dapat kembali mengenal budaya dan sejarah Lampung," katanya.
Pembina Festival Sendratari The Legend Of Radin Inten II, Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad mengatakan, festival yang akan dilaksanakan untuk masyarakat khususnya di Lampung tersebut merupakan rangkaian kegiatan Youth Generation Lampung Festival yang sempat tertunda sejak tahun 2017 lalu.
"Sejak lama kita telah rangkaikan kegiatan ini, namun karena pandemi sehingga kami terpaksa menundanya dan kami laksanakan sekarang," katanya di Bandarlampung, Rabu.
Dia melanjutkan selain sebagai pembina dalam kegiatan festival tersebut, dirinya sebagai anggota Polri tentu dituntut bagaimana bisa berpartisipasi, objektif, dan dipercaya terhadap masyarakat khususnya pada kegiatan yang akan berlangsung di GSG Unila tersebut.
Menurut dia, melalui Sendratari The Legend Of Radin Inten II tentunya dapat menepis citra buruk terhadap masyarakat Lampung melalui adat, budaya, sejarah baik tentang pariwisata maupun tentang pahlawannya sendiri.
"Radin Inten II merupakan satu nama bandara tapi kita tidak tahu sejarah dari Radin Intan itu sendiri. Oleh karena itu, kehadiran kami sebagai unsur tiga pilar TNI-Polri maupun pemerintah bagaimana generasi muda bangsa yang besar ini dapat mengenal budaya dan sejarahnya termasuk pahlawan. Melalaui konsep budaya ini, kita dapat menghapuskan stigma negatif masyarakat Lampung yang mengatakan bahwa Lampung adalah kota seram akan tindak kriminalnya," kata dia.
Pandra menambahkan peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut antara usia mulai umur 10 tahun hingga 25 tahun. Ke depan, dengan adanya pertunjukan tari diharapkan dapat menampilkan budaya yang lebih setingkat lokal, nasional, hingga internasional.
"Tampilan budaya yang digelar bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda ini mudah-mudahan mendapat setingkat nasional hingga inrernasional," katanya.
Ketua Pelaksana, Rico Febriyanto mengatakan, pertunjukan festival tersebut akan mengangkat cerita tentang pahlawan Radin Inten II. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat kembali mengingat dan menggali bahwa pentingnya sejarah dan budaya yang telah ditinggalkan nenek moyang.
"Saat ini nama Lampung dalam pemberitaan selalu muncul dengan hal-hal yang negatif. Sedangkan nilai-nilai seni budaya dan sejarah sudah jarang ditonjolkan. Maka itu, dengan adanya pertunjukan tentang Radin Inten II ini dapat melestarikan budaya dan sejarah Lampung," katanya.
Ia menambahkan pertunjukan festival tersebut akan diikuti sejumlah penari dari berbagai usia mulai usia 10 tahun hingga di atas 25 tahun dengan tujuan untuk menggandeng anak-anak muda agar melestarikan budaya Lampung.
"Pertunjukan nanti akan menampilkan beberapa tarian yang dilakukan anak-anak muda. Untuk harga tiket pelajar sebesar Rp25 ribu dan umum Rp35 ribu," katanya.
Anggota Komisi V DPRD Lampung, Deni Ribowo sangat mengapresiasi adanya kegiatan tersebut yang bersifat memberikan edukasi kepada anak-anak muda di tengah budaya yang semakin tergerus oleh media sosial.
"Ini kegiatan positif yang perlu ditindaklanjuti. Maka itu, saya minta kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung agar dapat mengagendakan dan menganggarkan kegiatan seperti ini setiap tahunnya. Tujuannya agar anak-anak muda dapat kembali mengenal budaya dan sejarah Lampung," katanya.