Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Mohammad Syahril menyampaikan demam menjadi gejala yang paling banyak dilaporkan dalam kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya atau acute hepatitis unknown etiology di Indonesia
"Dari 18 kasus yang bergejala hepatitis akut, gejala demam tetapi tidak tinggi, sebanyak 72,2 persen," ujar Mohammad Syahril dalam konferensi pers Update Perkembangan Kasus Hepatitis Akut di Indonesia secara daring diikuti di Jakarta, Jumat.
Kemudian, lanjut dia, diikuti gejala mual, muntah, hilang nafsu makan, diare akut, lemas lesu, nyeri bagian perut, perut kembung, nyeri otot dan sendi, kuning di mata, urine seperti warna teh, serta perubahan pada warna feses.
"Sesak nafas tidak ditemui dalam kasus yang bergejala hepatitis akut," tuturnya.
Ia menambahkan dari 18 kasus yang bergejala hepatitis akut di Indonesia, terdapat satu kasus yang masuk dalam klasifikasi kemungkinan (probable) hepatitis akut.
Sementara 17 kasus lainnya, lanjut dia, masih dalam pemeriksaan laboratorium (pending), dibuang (discarded), dan dalam verifikasi.
Ia mengemukakan kasus masuk dalam klasifikasi discarded itu karena setelah dilakukan tes darah hasilnya positif terinfeksi hepatitis A, hepatitis B, tifoid dan demam berdarah.
Ia juga menyampaikan dari 18 kasus itu terdapat tujuh kasus meninggal, namun belum probable karena belum ada diagnosisnya sebagai hepatitis akut.
"Kita tidak bisa mengatakan tujuh pasien meninggal karena hepatitis akut," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Syahril meminta masyarakat untuk waspada dan segera membawa anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala hepatitis akut.
"Dengan mengenali kasus lebih awal kita bisa lebih 'care' ke anak, jangan sampai lebih berat. Bisa konsul ke dokter. Diduga penyebaran melalui saluran pernafasan maka pakai masker dan jaga jarak," katanya.
Di samping itu, lanjut dia, masyarakat juga diminta untuk rajin cuci tangan, memastikan makanan dan minuman dimasak hingga matang dan higienis.