Jakarta (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan jalur penyeberangan di Selat Sunda relatif aman meski ada peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau.
Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam keterangan di Jakarta, Senin, mengatakan potensi bahaya saat ini adalah lontaran material pijar dalam radius dua kilometer dari pusat erupsi, sehingga masyarakat yang bermukim atau beraktivitas di luar jarak radius lima kilometer dari pusat kawah relatif aman.
"Masyarakat yang ada di luar lima kilometer itu tetap tenang, termasuk masyarakat yang melakukan mudik menggunakan transportasi kapal laut yang jaraknya puluhan kilometer (dari Gunung Anak Krakatau). Jadi relatif aman, tetapi untuk kehati-hatian diminta untuk tetap mengikuti update informasi yang dikeluarkan Badan Geologi," kata Hendra.
Pemerintah menaikkan status Gunung Anak Krakatau dari waspada (Level II) menjadi siaga (Level III) terhitung sejak tanggal 24 April 2022, pukul 18.00 WIB. Status itu meningkat setelah melihat hasil pemantauan visual dan instrumental yang menunjukkan adanya kenaikan aktivitas vulkanik secara signifikan.
Sejak 15 April 2022, Gunung Anak Krakatau terus menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik berupa hembusan asap maupun tinggi erupsi kolom dengan variasi setinggi 1.000 sampai 2.000 meter dari muka air laut, dan tiga hari terakhir sudah mencapai 3.000 meter.
Berdasarkan pantauan satelit Sentinel-5 (Tropomi) menunjukkan emisi belerang dioksida mulai teramati pada tanggal 14 April dengan belerang dioksida sebesar 28,4 ton per hari, meningkat menjadi 68,4 ton per hari pada 15 April dan meningkat drastis pada tanggal 23 April sebesar 9.219 ton per hari.
Hendra menjelaskan pantauan dari magma itu berkorelasi dengan peningkatan aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau saat ini.
Menurutnya, peningkatan belerang dioksida yang signifikan mengindikasikan adanya suplai magma baru dan adanya material magmatik yang keluar ke permukaan berupa lontaran material pijar yang diikuti oleh aliran lava.
Jumlah belerang dioksida pada periode di atas mencapai 9,2 kiloton. Bila dibandingkan saat periode erupsi 2018, yaitu Juni-Agustus 2018 sebanyak 12,4 kiloton dan September-Oktober 2018 sebanyak 19,4 kiloton.
Baca juga: Warga diminta tak dekati Gunung Anak Krakatau radius lima kilometer
Baca juga: Status Gunung Anak Krakatau naik menjadi Level III
Baca juga: Warga diminta tak dekati Gunung Anak Krakatau radius lima kilometer
Baca juga: Status Gunung Anak Krakatau naik menjadi Level III