Jakarta (ANTARA) - Kepala pelatih timnas gulat, Maurice Lumumba Sihombing, mengatakan enam pegulat yang dikirim untuk SEA Games Hanoi, Vietnam memiliki peluang untuk meraih medali.
Pemilihan nomor yang diikuti Indonesia, kata Maurice, telah melalui berbagai pertimbangan, termasuk menganalisis peta persaingan dalam pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), cabang olahraga gulat mendapat enam slot atlet dari 18 nomor yang dipertandingkan.
Keputusan itu membuat Pengurus Pusat Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PP PGSI) harus memilah nomor-nomor yang berpeluang untuk mendapatkan medali.
"Tim teknis dari Kemenpora dan kami berembuk untuk menentukan nomor mana yang berpeluang mendapatkan medali. Sampai akhirnya ada satu hingga tiga kelas yang juara di Asia Tenggara tidak turun karena cedera, faktor usia, dan lainnya. Di situ kami manfaatkan," ujar Maurice di Jakarta, Selasa.
Pria yang memiliki lisensi wasit gulat internasional itu juga mengungkapkan ada beberapa atlet yang memiliki kemampuan mumpuni, namun terpaksa tidak diberangkatkan. Pertimbangannya karena pada nomor tersebut persaingannya sangat ketat.
"Misalnya ada atlet Jawa Timur yang hebat. Tetapi di kelas tersebut banyak juara Asia. Kami terpaksa tidak turunkan, apalagi kuota yang diberikan hanya enam," kata Maurice menambahkan.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, enam atlet yang diturunkan terdiri empat atlet putra dan dua putri. Pada sektor putra ada nama M. Aliansyah (67kg Greco Roman), Andika Sulaeman (77kg Greco Roman), Rendy Aditya (74kg Gaya Bebas), Reyna Fadli (97kg Gaya Bebas). Sementara untuk putri yakni Kharisma Tantri (62kg Gaya Bebas), dan Desi Sinta (68kg Gaya Bebas).
Maurice juga tak menampik bahwa persiapan timnas gulat terbilang singkat yakni kurang dari dua bulan. Atlet melakoni pemusatan latihan nasional (pelatnas) pada 23 Maret atau setelah Kemenpora memastikan gulat menjadi satu di antara cabang olahraga yang ikut SEA Games Hanoi.
Kendati demikian, kondisi tersebut bukan jadi halangan. Tim pelatih terus memberikan program-program latihan agar atlet berada di puncak performa saat tampil pada SEA Games Hanoi nanti.
"Ketika kami melakukan tes awal, 'physical fitness' dan 'power' atlet berada di angka 70 persen. Mereka tidak latihan karena ada kabar gulat tidak dikirim ke SEA Games Hanoi," kata Maurice.
"Kemudian kami mengundang para ahli dari UNJ untuk menaikkan 'physical fitness' dan 'power' mereka. Hingga pekan kedua pelatnas, ada kemajuan. Diharapkan pada akhir bulan ini performa mereka naik 80 hingga 85 persen. Sehingga memungkinkan tampil maksimal pada pelaksanaan SEA Games Hanoi nanti," ujar Maurice menuturkan.
Dengan serangkaian persiapan yang dilakukan, Maurice optimistis tim gulat Indonesia dapat mencapai target yang dicanangkan yakni satu emas, dua perak, dan satu perunggu.
Untuk diketahui, selama satu dekade terakhir timnas gulat Indonesia tidak tampil pada SEA Games. Kali terakhir skuad Merah Putih turun ketika SEA Games Nay Pyi Taw, Myanmar pada 2013.
Pada SEA Games Singapura 2015 dan SEA Games Kuala Lumpur, Malaysia pada 2017, cabang olahraga gulat tidak dipertandingkan. Kemudian gulat masuk di SEA Games Filipina pada 2019, hanya saja Indonesia tidak mengirimkan perwakilan.
Pemilihan nomor yang diikuti Indonesia, kata Maurice, telah melalui berbagai pertimbangan, termasuk menganalisis peta persaingan dalam pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), cabang olahraga gulat mendapat enam slot atlet dari 18 nomor yang dipertandingkan.
Keputusan itu membuat Pengurus Pusat Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PP PGSI) harus memilah nomor-nomor yang berpeluang untuk mendapatkan medali.
"Tim teknis dari Kemenpora dan kami berembuk untuk menentukan nomor mana yang berpeluang mendapatkan medali. Sampai akhirnya ada satu hingga tiga kelas yang juara di Asia Tenggara tidak turun karena cedera, faktor usia, dan lainnya. Di situ kami manfaatkan," ujar Maurice di Jakarta, Selasa.
Pria yang memiliki lisensi wasit gulat internasional itu juga mengungkapkan ada beberapa atlet yang memiliki kemampuan mumpuni, namun terpaksa tidak diberangkatkan. Pertimbangannya karena pada nomor tersebut persaingannya sangat ketat.
"Misalnya ada atlet Jawa Timur yang hebat. Tetapi di kelas tersebut banyak juara Asia. Kami terpaksa tidak turunkan, apalagi kuota yang diberikan hanya enam," kata Maurice menambahkan.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, enam atlet yang diturunkan terdiri empat atlet putra dan dua putri. Pada sektor putra ada nama M. Aliansyah (67kg Greco Roman), Andika Sulaeman (77kg Greco Roman), Rendy Aditya (74kg Gaya Bebas), Reyna Fadli (97kg Gaya Bebas). Sementara untuk putri yakni Kharisma Tantri (62kg Gaya Bebas), dan Desi Sinta (68kg Gaya Bebas).
Maurice juga tak menampik bahwa persiapan timnas gulat terbilang singkat yakni kurang dari dua bulan. Atlet melakoni pemusatan latihan nasional (pelatnas) pada 23 Maret atau setelah Kemenpora memastikan gulat menjadi satu di antara cabang olahraga yang ikut SEA Games Hanoi.
Kendati demikian, kondisi tersebut bukan jadi halangan. Tim pelatih terus memberikan program-program latihan agar atlet berada di puncak performa saat tampil pada SEA Games Hanoi nanti.
"Ketika kami melakukan tes awal, 'physical fitness' dan 'power' atlet berada di angka 70 persen. Mereka tidak latihan karena ada kabar gulat tidak dikirim ke SEA Games Hanoi," kata Maurice.
"Kemudian kami mengundang para ahli dari UNJ untuk menaikkan 'physical fitness' dan 'power' mereka. Hingga pekan kedua pelatnas, ada kemajuan. Diharapkan pada akhir bulan ini performa mereka naik 80 hingga 85 persen. Sehingga memungkinkan tampil maksimal pada pelaksanaan SEA Games Hanoi nanti," ujar Maurice menuturkan.
Dengan serangkaian persiapan yang dilakukan, Maurice optimistis tim gulat Indonesia dapat mencapai target yang dicanangkan yakni satu emas, dua perak, dan satu perunggu.
Untuk diketahui, selama satu dekade terakhir timnas gulat Indonesia tidak tampil pada SEA Games. Kali terakhir skuad Merah Putih turun ketika SEA Games Nay Pyi Taw, Myanmar pada 2013.
Pada SEA Games Singapura 2015 dan SEA Games Kuala Lumpur, Malaysia pada 2017, cabang olahraga gulat tidak dipertandingkan. Kemudian gulat masuk di SEA Games Filipina pada 2019, hanya saja Indonesia tidak mengirimkan perwakilan.