Jakarta (ANTARA) - Mantan petenis nomor satu dunia Victoria Azarenka dari Belarus mengaku hancur melihat penderitaan orang-orang di tengah kekerasan di Ukraina setelah serangan Rusia pekan lalu.

Menurut layanan darurat Ukraina, invasi tersebut telah menewaskan lebih dari 2.000 warga sipil Ukraina dan menghancurkan ratusan bangunan termasuk rumah, rumah sakit, taman kanak-kanak dan fasilitas transportasi.

"Saya hacur karena tindakan yang telah terjadi selama beberapa hari terakhir terhadap dan di Ukraina," kata Azarenka dalam unggahan Twitter, Kamis.

"Sungguh memilukan melihat banyak orang yang tidak bersalah telah terpengaruh dan terus terpengaruh oleh kekerasan seperti itu."

Belarus adalah sekutu dekat Rusia dan telah menjadi tempat utama bagi pasukan Rusia untuk melakukan invasi, yang disebut Rusia sebagai "operasi khusus".

"Sejak masa kanak-kanak saya, saya bertemu orang Ukraina dan Belarus, serta kedua negara, ramah dan mendukung satu sama lain," kata petenis berusia 32 tahun itu.

"Sulit untuk menyaksikan perpisahan dengan kekerasan yang saat ini terjadi alih-alih mendukung dan menemukan belas kasih satu sama lain."

Sejak awal invasi, dikutip dari Reuters, tim dan atlet Rusia dan Belarus dilarang untuk mengikuti kompetisi internasional di seluruh olahraga.

Otoritas tenis pekan ini melarang mereka bertanding atas nama dan bendera negara mereka.

Juara Grand Slam dua kali Azarenka menginginkan perdamaian.

"Hati saya bersama semua orang yang secara langsung dan tidak langsung terkena dampak perang ini yang menyebabkan rasa sakit dan penderitaan bagi banyak orang," kata Azarenka.

"Saya ingin dan berharap untuk perdamaian dan mengakhiri perang."

Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa lebih dari 870.000 orang telah melarikan diri dari Ukraina sejak invasi diluncurkan sepekan yang lalu dalam apa yang tampaknya akan menjadi krisis pengungsi terbesar di Eropa abad ini yang membuat jutaan orang mengungsi.

Pewarta : Arindra Meodia
Editor : Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2024