Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan sebanyak 1.600 wisatawan mancanegara (wisman) datang ke Bali sejak Pulau Dewata dibuka untuk penerbangan internasional 4 Februari lalu.
"Sejak pembukaan Bali bagi wisman, sudah lebih dari 1.600 wisman yang datang ke Bali sampai hari kemarin (Sabtu, 26/2)," katanya dalam keterangan pers daring hasil ratas PPKM di Jakarta, Minggu.
Sekitar separuh dari ribuan wisman tersebut memilih untuk melakukan karantina bubble, di mana sebagian besar wisman memilih hotel bubble dengan rata-rata tarif kamar per malam mencapai Rp3 juta.
Konsep bubble sendiri merupakan sistem koridor perjalanan yang membagi orang yang terlibat ke dalam kelompok berbeda dan memisahkan orang berisiko terpapar Covid-19 dengan masyarakat umum, disertai dengan pembatasan interaksi dan penerapan prinsip karantina.
"Rusia, Australia, Prancis, Amerika serta Belanda mendominasi wisatawan yang datang ke Bali," imbuh Luhut.
Koordinator PPKM Jawa Bali itu menjelaskan pemerintah akan menambah jumlah hotel untuk mendukung konsep bubble di Bali menjadi 17 hotel. Ada pun fasilitas karantina umum di hotel juga akan ditambah 41 hotel.
"Untuk pembukaan tahap berikutnya hotel bubble akan ditambah menjadi 17 hotel dan hotel karantina umum di kamar ditambah 41 hotel," katanya.
Pemerintah juga akan melakukan perbaikan lain untuk mendukung pariwisata di Bali, termasuk memperluas cakupan pemesanan melalui online travel agent, meningkatkan ketersediaan isolasi, melakukan mekanisme penjemputan di bandara dan kemudahan e-visa.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menawarkan dua pilihan sistem karantina di hotel bagi wisatawan mancanegara atau pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) yang berkunjung ke Pulau Dewata.
"PPLN dapat melakukan karantina di hotel karantina dengan sistem bubble dan non-bubble," kata Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati.
Menurut Wagub yang biasa disapa Cok Ace itu, hotel karantina dengan sistem bubble mengizinkan wisatawan mancanegara (wisman) untuk beraktivitas di luar kamar, tetapi masih dalam kawasan hotel karantina.
Industri pariwisata Bali, lanjut dia, juga menawarkan hotel sistem non-bubble yaitu wisatawan mancanegara menghabiskan waktu karantina hanya di kamar saja.
"Saat ini Bali memiliki 65 hotel karantina dan 27 di antaranya adalah hotel karantina dengan sistem bubble. Hal ini memberikan opsi atau pilihan kepada PPLN atau wisman," ujar Cok Ace.
"Sejak pembukaan Bali bagi wisman, sudah lebih dari 1.600 wisman yang datang ke Bali sampai hari kemarin (Sabtu, 26/2)," katanya dalam keterangan pers daring hasil ratas PPKM di Jakarta, Minggu.
Sekitar separuh dari ribuan wisman tersebut memilih untuk melakukan karantina bubble, di mana sebagian besar wisman memilih hotel bubble dengan rata-rata tarif kamar per malam mencapai Rp3 juta.
Konsep bubble sendiri merupakan sistem koridor perjalanan yang membagi orang yang terlibat ke dalam kelompok berbeda dan memisahkan orang berisiko terpapar Covid-19 dengan masyarakat umum, disertai dengan pembatasan interaksi dan penerapan prinsip karantina.
"Rusia, Australia, Prancis, Amerika serta Belanda mendominasi wisatawan yang datang ke Bali," imbuh Luhut.
Koordinator PPKM Jawa Bali itu menjelaskan pemerintah akan menambah jumlah hotel untuk mendukung konsep bubble di Bali menjadi 17 hotel. Ada pun fasilitas karantina umum di hotel juga akan ditambah 41 hotel.
"Untuk pembukaan tahap berikutnya hotel bubble akan ditambah menjadi 17 hotel dan hotel karantina umum di kamar ditambah 41 hotel," katanya.
Pemerintah juga akan melakukan perbaikan lain untuk mendukung pariwisata di Bali, termasuk memperluas cakupan pemesanan melalui online travel agent, meningkatkan ketersediaan isolasi, melakukan mekanisme penjemputan di bandara dan kemudahan e-visa.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menawarkan dua pilihan sistem karantina di hotel bagi wisatawan mancanegara atau pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) yang berkunjung ke Pulau Dewata.
"PPLN dapat melakukan karantina di hotel karantina dengan sistem bubble dan non-bubble," kata Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati.
Menurut Wagub yang biasa disapa Cok Ace itu, hotel karantina dengan sistem bubble mengizinkan wisatawan mancanegara (wisman) untuk beraktivitas di luar kamar, tetapi masih dalam kawasan hotel karantina.
Industri pariwisata Bali, lanjut dia, juga menawarkan hotel sistem non-bubble yaitu wisatawan mancanegara menghabiskan waktu karantina hanya di kamar saja.
"Saat ini Bali memiliki 65 hotel karantina dan 27 di antaranya adalah hotel karantina dengan sistem bubble. Hal ini memberikan opsi atau pilihan kepada PPLN atau wisman," ujar Cok Ace.