Jakarta (ANTARA) - dr. Sheila Agustini, Sp.S. dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia menyarankan Anda membawa orang terdekat untuk melakukan skrining atau pemeriksaan langsung apabila menemukan gejala awal Demensia Alzheimer.
Gejala awal kondisi ini antara lain lupa meletakan barang pribadi, mengalami perubahan emosi dan perilaku yang cukup signifikan hingga lupa arah jalan pulang ke tempat tinggalnya.
"Jika mendapati sejumlah gejala tersebut, sebaiknya dilakukan pemeriksaan skrining Demensia, yaitu MMSE (Mini Mental State Examination)," ujar dr. Sheila Agustini, Sp.S. dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia dalam siaran pers Sequis, dikutip Rabu.
Baca juga: Dokter saraf: Cegah dimensia berat lansia dengan perkuat deteksi sejak dini
MMSE merupakan pemeriksaan fungsi kognitif sebagai deteksi dini untuk mengetahui apakah sudah terjadi penurunan fungsi kognitif atau demensia.
"Bagi mereka yang sehat akan memberikan hasil normal sedangkan pada ODD (orang dengan demensia) akan terdeteksi penurunan skor," kata Sheila yang juga menjadi Champion Alzheimers Indonesia (ALZI).
Sheila mengatakan, keluarga memiliki peranan untuk mendeteksi dini Demensia Alzheimer. Menurut dia, perlu kepekaan untuk merasakan perubahan dalam penurunan daya ingat pada anggota keluarga.
Jika orang dengan demensia Alzheimer dalam keluarga maka anggota keluarga lain harus menjadi support system untuk menjaga kualitas hidup ODD misalnya dengan mengetahui lebih detail mengenai demensia Alzheimer sehingga dapat mendampingi ODD dengan tetap memperhatikan kondisi kesehatan fisik dan mental dirinya sendiri.
Baca juga: Dokter: Jangan abaikan gejala kepikunan
Baca juga: Pria Lebih Berisiko Pikun Dibanding Perempuan
Demensia umumnya terjadi pada lansia yang berusia di atas 65 tahun. Adanya faktor risiko lainnya seperti hipertensi, diabetes, riwayat cedera kepala, obesitas, hiperkolesterol dapat menjadi faktor pemicu lansia mengalami Demensia Alzheimer.
Pada ODD akan diberikan obat untuk penanganan farmakologi yang semata untuk memperlambat penurunan fungsi otak. Selain itu, ada juga tatalaksana non-farmakologi (psikologis dan sosial), yaitu serangkaian terapi guna memberikan dukungan sosial serta aktivitas bermakna agar ODD tetap dapat menstimulasi otak serta meningkatkan kualitas hidupnya.
Sheila mengingatkan, biaya perawatan ODD tidak sedikit dan tahapan pengobatannya cukup kompleks. Oleh karena itu, dia menyarankan orang-orang dapat melakukan tindakan preventif dengan menjalankan pola hidup sehat termasuk mengonsumsi diet nutrisi seimbang, menghindari rokok dan minuman beralkohol, beristirahat cukup, rutin berolahraga serta mengelola stres.
Demensia Alzheimer berpotensi terjadi lebih cepat jika gaya hidup tidak sehat dan tidak diperbaiki. Selain itu, sebaiknya melakukan cek kesehatan berkala agar bila terdapat penyebab faktor penyakit degeneratif, maka segera mendapatkan penanganna dini sebelum menjadi pencetus penyakit kronis.
Baca juga: Ilmuwan : Ada hubungan risiko dimensia dengan kemacetan
Baca juga: Awas, kesepian bisa picu pikun
Gejala awal kondisi ini antara lain lupa meletakan barang pribadi, mengalami perubahan emosi dan perilaku yang cukup signifikan hingga lupa arah jalan pulang ke tempat tinggalnya.
"Jika mendapati sejumlah gejala tersebut, sebaiknya dilakukan pemeriksaan skrining Demensia, yaitu MMSE (Mini Mental State Examination)," ujar dr. Sheila Agustini, Sp.S. dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia dalam siaran pers Sequis, dikutip Rabu.
Baca juga: Dokter saraf: Cegah dimensia berat lansia dengan perkuat deteksi sejak dini
MMSE merupakan pemeriksaan fungsi kognitif sebagai deteksi dini untuk mengetahui apakah sudah terjadi penurunan fungsi kognitif atau demensia.
"Bagi mereka yang sehat akan memberikan hasil normal sedangkan pada ODD (orang dengan demensia) akan terdeteksi penurunan skor," kata Sheila yang juga menjadi Champion Alzheimers Indonesia (ALZI).
Sheila mengatakan, keluarga memiliki peranan untuk mendeteksi dini Demensia Alzheimer. Menurut dia, perlu kepekaan untuk merasakan perubahan dalam penurunan daya ingat pada anggota keluarga.
Jika orang dengan demensia Alzheimer dalam keluarga maka anggota keluarga lain harus menjadi support system untuk menjaga kualitas hidup ODD misalnya dengan mengetahui lebih detail mengenai demensia Alzheimer sehingga dapat mendampingi ODD dengan tetap memperhatikan kondisi kesehatan fisik dan mental dirinya sendiri.
Baca juga: Dokter: Jangan abaikan gejala kepikunan
Baca juga: Pria Lebih Berisiko Pikun Dibanding Perempuan
Demensia umumnya terjadi pada lansia yang berusia di atas 65 tahun. Adanya faktor risiko lainnya seperti hipertensi, diabetes, riwayat cedera kepala, obesitas, hiperkolesterol dapat menjadi faktor pemicu lansia mengalami Demensia Alzheimer.
Pada ODD akan diberikan obat untuk penanganan farmakologi yang semata untuk memperlambat penurunan fungsi otak. Selain itu, ada juga tatalaksana non-farmakologi (psikologis dan sosial), yaitu serangkaian terapi guna memberikan dukungan sosial serta aktivitas bermakna agar ODD tetap dapat menstimulasi otak serta meningkatkan kualitas hidupnya.
Sheila mengingatkan, biaya perawatan ODD tidak sedikit dan tahapan pengobatannya cukup kompleks. Oleh karena itu, dia menyarankan orang-orang dapat melakukan tindakan preventif dengan menjalankan pola hidup sehat termasuk mengonsumsi diet nutrisi seimbang, menghindari rokok dan minuman beralkohol, beristirahat cukup, rutin berolahraga serta mengelola stres.
Demensia Alzheimer berpotensi terjadi lebih cepat jika gaya hidup tidak sehat dan tidak diperbaiki. Selain itu, sebaiknya melakukan cek kesehatan berkala agar bila terdapat penyebab faktor penyakit degeneratif, maka segera mendapatkan penanganna dini sebelum menjadi pencetus penyakit kronis.
Baca juga: Ilmuwan : Ada hubungan risiko dimensia dengan kemacetan
Baca juga: Awas, kesepian bisa picu pikun