Depok (ANTARA) - Empat mahasiswa Universitas Indonesia (UI), yaitu Alif Hikmah Fikri, Joshua Alviando, Ardanto Finkan Septa, dan Yoga Dwi Adityaputra, mendesain mesin cetak printbox untuk menghasilkan dokumen yang aman dari pencurian data dan praktis.
Direktur Direktorat Inovasi dan Science Techno Park Universitas Indonesia (DISTP UI), Ahmad Gamal dalam keterangan tertulis di Depok, Rabu memberikan apresiasi atas pencapaian ini.“Printbox adalah solusi sederhana yang tepat sasaran. Seperti halnya kaum milenial yang menerima ride sharing alih-alih memiliki kendaraan pribadi, printbox menghilangkan kebutuhan investasi printer yang utilisasinya rendah,” kata Gamal.
Printbox juga menghilangkan kebutuhan yang berurusan dengan customer service saat mencetak dokumen. Selain menghemat biaya operasional perusahaan, customer milenial yang melek teknologi lebih suka proses transaksi yang sederhana dan mandiri.
“Ini sebagian kecil dari alasan DISTP UI menginkubasi Inventing.id sebagai pemilik produk Printbox,” kata Gamal.
Di Kampus Depok, Printbox tercatat sepuluh mesin, sedangkan di Fakultas Kedokteran UI, Salemba, ada satu mesin. Sejak MVP (minimum viable product) diluncurkan pada Maret 2020, saat ini tercatat ada sekitar 30 transaksi/hari di setiap Printbox.
Alif berharap lewat kemitraan dengan kampus lain akan mendorong produksi Printbox, sehingga dapat diakses masyarakat umum di ruang publik.
Sesuai dengan misinya, Inventing.id berkolaborasi dan meneliti kebutuhan perusahaan dengan cara yang paling efektif dan efisien. Oleh karena itu, selain Printbox, starup ini juga menciptakan Employee Face Recognition dan Water Level Monitoring sebagai produk unggulan mereka.
Demi memberikan manfaat yang lebih luas, Inventing.id juga menyediakan program magang bagi mahasiswa yang ingin mendalami dunia startup dan belajar pengembangan produk.
Mereka mengadopsi cara kerja vending machine dalam menciptakan Printbox, yaitu alat cetak dokumen yang dapat diakses secara mandiri. Ketika keamanan data merupakan isu penting yang diperbincangkan publik, alat seperti Printbox menjadi suatu kebutuhan.
Bocornya data, baik karena pencurian maupun keteledoran pemilik data, merupakan penyebab munculnya tindak kriminalitas. Ini bisa terjadi, misalnya, karena pemilik data mencetak data pribadi, seperti KTP, kartu keluarga, dan buku tabungan di konter fotokopi.
Alif Hikmah dan tiga rekannya terinspirasi dari hal itu dalam mewujudkan mesin Printbox.
CEO Inventing.id. Alif mengatakan cara kerja mesin ini sangat mudah. Buka website Inventing.id, kemudian pilih upload document. Setelah itu, akan muncul pilihan cetak warna atau hitam putih serta jumlah salinan dan halaman yang akan dicetak.
Setelah memilih dokumen, pengguna diarahkan melakukan pembayaran menggunakan digital payment. Pengguna akan mendapatkan QR code untuk di-scan di Printbox terdekat. Proses mengunggah dokumen ini tidak lama, kurang lebih hanya satu menit.
Printbox menawarkan harga yang bersahabat untuk ukuran rata-rata mahasiswa, karena tarif cetak hanya Rp500–Rp1.000 per lembar. Alat ini juga menjawab kekhawatiran mahasiswa terkait keamanan data.
Menurut Alif, dokumen yang terunggah di server akan terkunci, sehingga tidak ada yang dapat mengakses. Setelah tercetak, dokumen akan otomatis terhapus, sehingga dokumen tersebut tetap aman. Ini dilakukan sebagai upaya untuk melindungi data pengguna agar tidak terjadi kebocoran dan pencurian data.
Printbox merupakan salah satu produk dari Inventing.id—startup yang bergerak di bidang pengembangan produk perkantoran berteknologi tinggi di Indonesia.
Startup ini merupakan program binaan DISTP UI dan didukung oleh Mendikbudristek di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).