Jakarta (ANTARA) - China pada Jumat mengungkapkan daftar kedatangan pejabat asing untuk Olimpiade Musim Dingin pekan depan yang meliputi para pemimpin Rusia, Arab Saudi dan Mesir yang akan menghadiri event olahraga yang secara diplomatis dijauhi oleh beberapa negara Barat itu.
Beijing sangat ingin mendapat dukungan internasional untuk Olimpiade Musim Dingin yang paling dipolitisasi dalam sejarah baru-baru ini.
Beberapa negara Barat telah mengumumkan boikot diplomatik terkait catatan hak asasi manusia China, khususnya tindakan kerasnya terhadap Muslim Uyghur di wilayah barat Xinjiang yang oleh Amerika Serikat disebut sebagai "genosida".
Stasiun televisi negara CCTV merilis daftar terbaru tamu-tamu upacara pembukaan Jumat depan yang mencakup banyak tetangga China, sejumlah bangsawan dan pemimpin dari negara-negara otokratis.
Di antara lebih dari 20 tamu dalam daftar adalah Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.
Presiden Rusia Vladimir Putin tahun lalu adalah pemimpin asing pertama yang mengkonfirmasi kehadirannya dalam Olimpiade Beijing dan termasuk dalam daftar yang dirilis Jumat.
Para pejabat akan menghadiri upacara pembukaan 4 Februari, jamuan selamat datang dan "kegiatan bilateral yang relevan" dengan Presiden Xi Jinping, lapor CCTV seperti dikutip AFP.
Mereka akan datang meskipun ada boikot diplomatik yang dipimpin AS oleh negara-negara termasuk Inggris, Kanada, Australia dan Denmark terkait catatan hak-hak China.
Negara-negara lain seperti Jepang tidak mengirimkan pejabat dan telah menyuarakan keprihatinan tentang hak asasi manusia di China sambil menghindari mengumumkan secara resmi bahwa mereka adalah bagian dari boikot.
Beberapa negara Barat seperti Belanda menolak mengirimkan pejabat terkait pembatasan perjalanan pandemi yang ketat di China.
Kelompok hak asasi manusia telah lama menuduh Sisi, Pangeran Mohammed dan Putin melakukan pelanggaran hak di negara-negara mereka.
Daftar yang dirilis oleh CCTV juga mencakup para pemimpin dari negara tetangga Asia Tengah yang sebagian besar otoriter, serta Emir Qatar dan Putra Mahkota Abu Dhabi, Mohammed.
Bangsawan lainnya termasuk Putri Sirindhorn dari Thailand dan Pangeran Albert II dari Monako.
Para undangan Eropa yang dikonfirmasi termasuk Presiden Polandia Andrzej Duda dan Presiden Serbia Aleksandar Vucic.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres termasuk di antara para pemimpin institusi global yang akan datang ke Olimpiade.
Kedatangan para pejabat tinggi akan memulai kesibukan aktivitas diplomatik tatap muka untuk Xi yang tetap berada di China selama pandemi virus corona ketika negara itu mengejar strategi nol-Covid yang ketat.
Xi menerima ketua Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach di Beijing awal pekan ini yang merupakan pertemuan tatap muka pertamanya dengan pejabat asing yang berkunjung dalam dua tahun terakhir.
Para pengkritik keputusan IOC yang memberikan Olimpiade Musim Dingin ke Beijing telah lama menyinggung soal catatan hak asasi manusia di China.
Pengawasan terhadap negara tuan rumah biasanya meningkat menjelang Olimpiade mana pun, tetapi China di bawah Xi menjadi lebih otoriter dan berotot di panggung dunia.
Dibandingkan dengan saat Olimpiade Musim Panas 2008, hubungan China dengan kekuatan Barat dan banyak tetangganya kini jauh lebih rumit.
Kelompok hak asasi manusia percaya setidaknya satu juta orang Uyghur dan Muslim berbahasa Turki lainnya telah dipenjara di Xinjiang. China menyangkal genosida atau keberadaan kamp kerja paksa.
Dikatakan bahwa jaringan luas kamp yang telah dibangun di sana adalah "pusat pelatihan kejuruan" untuk mendukung pekerjaan dan memerangi ekstremisme agama.
Tindakan keras politik yang sedang berlangsung di Hong Kong juga telah meregangkan hubungan dengan banyak negara Barat.
Catatan terkait pengawasan teknologi China juga membebani persiapan Olimpiade, dengan beberapa negara dan peneliti keamanan siber memberi tahu para atlet dan lainnya yang hadir untuk menggunakan ponsel dan laptop sementara.
Beijing telah menepis kekhawatiran itu dan menuduh Amerika Serikat dan kekuatan Barat lainnya "mempolitisasi" Olimpiade ini.
Beijing sangat ingin mendapat dukungan internasional untuk Olimpiade Musim Dingin yang paling dipolitisasi dalam sejarah baru-baru ini.
Beberapa negara Barat telah mengumumkan boikot diplomatik terkait catatan hak asasi manusia China, khususnya tindakan kerasnya terhadap Muslim Uyghur di wilayah barat Xinjiang yang oleh Amerika Serikat disebut sebagai "genosida".
Stasiun televisi negara CCTV merilis daftar terbaru tamu-tamu upacara pembukaan Jumat depan yang mencakup banyak tetangga China, sejumlah bangsawan dan pemimpin dari negara-negara otokratis.
Di antara lebih dari 20 tamu dalam daftar adalah Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.
Presiden Rusia Vladimir Putin tahun lalu adalah pemimpin asing pertama yang mengkonfirmasi kehadirannya dalam Olimpiade Beijing dan termasuk dalam daftar yang dirilis Jumat.
Para pejabat akan menghadiri upacara pembukaan 4 Februari, jamuan selamat datang dan "kegiatan bilateral yang relevan" dengan Presiden Xi Jinping, lapor CCTV seperti dikutip AFP.
Mereka akan datang meskipun ada boikot diplomatik yang dipimpin AS oleh negara-negara termasuk Inggris, Kanada, Australia dan Denmark terkait catatan hak-hak China.
Negara-negara lain seperti Jepang tidak mengirimkan pejabat dan telah menyuarakan keprihatinan tentang hak asasi manusia di China sambil menghindari mengumumkan secara resmi bahwa mereka adalah bagian dari boikot.
Beberapa negara Barat seperti Belanda menolak mengirimkan pejabat terkait pembatasan perjalanan pandemi yang ketat di China.
Kelompok hak asasi manusia telah lama menuduh Sisi, Pangeran Mohammed dan Putin melakukan pelanggaran hak di negara-negara mereka.
Daftar yang dirilis oleh CCTV juga mencakup para pemimpin dari negara tetangga Asia Tengah yang sebagian besar otoriter, serta Emir Qatar dan Putra Mahkota Abu Dhabi, Mohammed.
Bangsawan lainnya termasuk Putri Sirindhorn dari Thailand dan Pangeran Albert II dari Monako.
Para undangan Eropa yang dikonfirmasi termasuk Presiden Polandia Andrzej Duda dan Presiden Serbia Aleksandar Vucic.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres termasuk di antara para pemimpin institusi global yang akan datang ke Olimpiade.
Kedatangan para pejabat tinggi akan memulai kesibukan aktivitas diplomatik tatap muka untuk Xi yang tetap berada di China selama pandemi virus corona ketika negara itu mengejar strategi nol-Covid yang ketat.
Xi menerima ketua Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach di Beijing awal pekan ini yang merupakan pertemuan tatap muka pertamanya dengan pejabat asing yang berkunjung dalam dua tahun terakhir.
Para pengkritik keputusan IOC yang memberikan Olimpiade Musim Dingin ke Beijing telah lama menyinggung soal catatan hak asasi manusia di China.
Pengawasan terhadap negara tuan rumah biasanya meningkat menjelang Olimpiade mana pun, tetapi China di bawah Xi menjadi lebih otoriter dan berotot di panggung dunia.
Dibandingkan dengan saat Olimpiade Musim Panas 2008, hubungan China dengan kekuatan Barat dan banyak tetangganya kini jauh lebih rumit.
Kelompok hak asasi manusia percaya setidaknya satu juta orang Uyghur dan Muslim berbahasa Turki lainnya telah dipenjara di Xinjiang. China menyangkal genosida atau keberadaan kamp kerja paksa.
Dikatakan bahwa jaringan luas kamp yang telah dibangun di sana adalah "pusat pelatihan kejuruan" untuk mendukung pekerjaan dan memerangi ekstremisme agama.
Tindakan keras politik yang sedang berlangsung di Hong Kong juga telah meregangkan hubungan dengan banyak negara Barat.
Catatan terkait pengawasan teknologi China juga membebani persiapan Olimpiade, dengan beberapa negara dan peneliti keamanan siber memberi tahu para atlet dan lainnya yang hadir untuk menggunakan ponsel dan laptop sementara.
Beijing telah menepis kekhawatiran itu dan menuduh Amerika Serikat dan kekuatan Barat lainnya "mempolitisasi" Olimpiade ini.