Pesawaran (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo berkunjung ke Kabupaten Pesawaran, Lampung, Jumat (21/1), yang merupakan kunjungan balasan setelah sebelumnya Bupati Pesawaran, Dendi Ramadhona berkunjung ke Jawa Tengah.
Kedatangan Ganjar disambut antusias oleh ratusan masyarakat Pesawaran. Mereka rela menunggu sejak pagi di Museum Transmigrasi hanya untuk bertemu Ganjar.
Ganjar yang didampingi istri, Siti Atikoh tiba di Museum Transmigrasi sekira pukul 14.30 WIB. Disambut Bupati Pesawaran dan sejumlah tokoh adat Lampung, Ganjar dan istri kemudian dipakaikan baju adat khas Lampung dan diarak menuju museum oleh para pemain pencak silat Khakot.
Tarian Sigeh Pengunten yang menjadi tarian penyambutan tamu agung juga menyambut kedatangan Ganjar ke Lampung dalam acara itu.
"Wah ini keren sekali, tradisinya kuat, adatnya sangat bagus dan budayanya hebat. Kalau nggak hebat nggak mungkin bisa buat baju adat sekeren ini. Saya itu suka mengoleksi baju adat nusantara lho pak bupati. Saya juga sudah punya yang dari Lampung," kata Ganjar sambil berjalan menuju museum.
Selain mengoleksi museum, Ganjar juga menyapa sejumlah kelompok masyarakat lain yang ada di sana. Ada kesenian kuda kepang, komunitas sepeda onthel dan lain sebagainya. Ganjar nampak akrab, karena mayoritas mayarakat yang hadir di tempat itu adalah transmigran asal Jawa Tengah.
"Kulo saking Purworejo pak, Karanganyar hadir pak, Mbantul pak. Banyumas pak, ora ngapak ora kepenak," teriak warga dengan antusias disambut tawa Ganjar dan lainnya.
Ganjar mengatakan, kedatangannya ke Lampung merupakan kunjungan balasan. Waktu itu, Bupati Pesawaran datang ke Semarang dan menceritakan bagaimana masyarakat di daerahnya yang banyak masyarakat Jawa.
"Ternyata betul, bahkan sejarahnya transmigrasi itu katanya ada di Pesawaran. Saya datang ke sini karena undangan pak bupati, dan saya terkejut ternyata penyambutannya luar biasa," kata Ganjar.
Apalagi, di tempat itu ia bertemu dengan warga transmigran asal Jawa Tengah. Banyak di antara mereka bahkan satu kampung dengan rumah Ganjar di Kutoharjo.
"Ada yang dari Bagelan, itu daerah saya. Ternyata di sini ada juga Bagelan. Ada Kutoharjo, itu tempat tinggal saya, Gombong, Banyumas. Kebetulan istri saya juga Banyumas. Jadi rasanya saya sedang menengok keluarga kandung saya sendiri yang ada di Pesawaran. Makanya begitu ketemu langsung greng," jelasnya.
Ganjar berharap silaturahmi itu akan tetap terjalin baik. Tidak hanya itu, tapi ke depan ada kerja sama agar makin produktif.
"Ya pertaniannya, seni budaya, pemerintahan, perdagangan dan lainnya. Mari kita jaga hubungan baik yang sudah terjalin lama ini," pungkasnya.
Sementara itu, Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona mengucapkan terima kasih karena Ganjar membalas kunjungannya ke Pesawaran. Ia yang waktu itu datang ke Jateng dan menawarkan Ganjar menyempatkan waktu ke Pesawaran, tak menyangka akan benar-benar terwujud.
"Alhamdulillah beliau benar-benar datang ke Pesawaran. Saya memang katakan, banyak saudara bapak di Pesawaran, ternyata beliau mau menengok saudara-saudara yang dari Jawa di sini," katanya.
Dendi mengatakan, selama ini hubungan antara Jawa dan Lampung sangat harmonis. Bahkan sudah biasa dikenal di Lampung yakni Japung, Jawa Lampung.
"Banyak orang Lampung bisa ngomong Jawa halus, banyak orang Jawa bisa ngomong Lampung. Kita semua merasa satu. Jadi Jawa adalah Lampung, dan Lampung adalah Jawa," pungkasnya.
Kedatangan Ganjar disambut antusias oleh ratusan masyarakat Pesawaran. Mereka rela menunggu sejak pagi di Museum Transmigrasi hanya untuk bertemu Ganjar.
Ganjar yang didampingi istri, Siti Atikoh tiba di Museum Transmigrasi sekira pukul 14.30 WIB. Disambut Bupati Pesawaran dan sejumlah tokoh adat Lampung, Ganjar dan istri kemudian dipakaikan baju adat khas Lampung dan diarak menuju museum oleh para pemain pencak silat Khakot.
Tarian Sigeh Pengunten yang menjadi tarian penyambutan tamu agung juga menyambut kedatangan Ganjar ke Lampung dalam acara itu.
"Wah ini keren sekali, tradisinya kuat, adatnya sangat bagus dan budayanya hebat. Kalau nggak hebat nggak mungkin bisa buat baju adat sekeren ini. Saya itu suka mengoleksi baju adat nusantara lho pak bupati. Saya juga sudah punya yang dari Lampung," kata Ganjar sambil berjalan menuju museum.
Selain mengoleksi museum, Ganjar juga menyapa sejumlah kelompok masyarakat lain yang ada di sana. Ada kesenian kuda kepang, komunitas sepeda onthel dan lain sebagainya. Ganjar nampak akrab, karena mayoritas mayarakat yang hadir di tempat itu adalah transmigran asal Jawa Tengah.
"Kulo saking Purworejo pak, Karanganyar hadir pak, Mbantul pak. Banyumas pak, ora ngapak ora kepenak," teriak warga dengan antusias disambut tawa Ganjar dan lainnya.
Ganjar mengatakan, kedatangannya ke Lampung merupakan kunjungan balasan. Waktu itu, Bupati Pesawaran datang ke Semarang dan menceritakan bagaimana masyarakat di daerahnya yang banyak masyarakat Jawa.
"Ternyata betul, bahkan sejarahnya transmigrasi itu katanya ada di Pesawaran. Saya datang ke sini karena undangan pak bupati, dan saya terkejut ternyata penyambutannya luar biasa," kata Ganjar.
Apalagi, di tempat itu ia bertemu dengan warga transmigran asal Jawa Tengah. Banyak di antara mereka bahkan satu kampung dengan rumah Ganjar di Kutoharjo.
"Ada yang dari Bagelan, itu daerah saya. Ternyata di sini ada juga Bagelan. Ada Kutoharjo, itu tempat tinggal saya, Gombong, Banyumas. Kebetulan istri saya juga Banyumas. Jadi rasanya saya sedang menengok keluarga kandung saya sendiri yang ada di Pesawaran. Makanya begitu ketemu langsung greng," jelasnya.
Ganjar berharap silaturahmi itu akan tetap terjalin baik. Tidak hanya itu, tapi ke depan ada kerja sama agar makin produktif.
"Ya pertaniannya, seni budaya, pemerintahan, perdagangan dan lainnya. Mari kita jaga hubungan baik yang sudah terjalin lama ini," pungkasnya.
Sementara itu, Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona mengucapkan terima kasih karena Ganjar membalas kunjungannya ke Pesawaran. Ia yang waktu itu datang ke Jateng dan menawarkan Ganjar menyempatkan waktu ke Pesawaran, tak menyangka akan benar-benar terwujud.
"Alhamdulillah beliau benar-benar datang ke Pesawaran. Saya memang katakan, banyak saudara bapak di Pesawaran, ternyata beliau mau menengok saudara-saudara yang dari Jawa di sini," katanya.
Dendi mengatakan, selama ini hubungan antara Jawa dan Lampung sangat harmonis. Bahkan sudah biasa dikenal di Lampung yakni Japung, Jawa Lampung.
"Banyak orang Lampung bisa ngomong Jawa halus, banyak orang Jawa bisa ngomong Lampung. Kita semua merasa satu. Jadi Jawa adalah Lampung, dan Lampung adalah Jawa," pungkasnya.