Lampung Timur (ANTARA) - Gerombolan gajah liar Taman Nasional Way Kambas yang masuk areal perkebunan di Desa Tegal Yoso Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur pada Minggu petang (31/11/21) kemarin, sekarang ini sudah kembali ke dalam kawasan hutan Way Kambas.
"Malam itu kita giring dan sudah masuk ke dalam kawasan hutan," ujar Kepala Seksi II Way Bungur, Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Nazarudin dihubungi di Lampung Timur, Senin (1/11) sore.
Nazarudin menjelaskan, sebelum kejadian Sutikno diserang gajah hingga tewas, tim terdiri petugas Balai TNWK dibantu petugas mitra Balai TNWK, serta masyarakat sekitar sudah mendeteksi gerombolan gajah akan masuk dalam perkebunan
Tim berusaha memblokade dan menghalau rombongan gajah liar kembali ke dalam hutan, namun karena kondisi malam dan gelap, ada dua ekor gajah keluar rombongan dan tidak terpantau.
Dua ekor gajah liar inilah yang menyerang Sutikno.
"Dua ekor gajah ini pecahan dari rombongan gajah yang kita blokade, dua ekor gajah inilah yang menyerang Sutikno hingga tewas," jelasnya.
Tanggul Penghalang Gajah
Nazarudin menjelaskan, menghadapi konflik satwa gajah dengan manusia di Kecamatan Purbolinggo, Balai TNWK selama ini sudah menyusun dan mengaplikasikan beberapa program mitigasi konflik.
"Usaha Taman Nasional Way Kambas, pertama, pemberdayaan masyarakat desa penyangga, membentuk Elephant Respon Unit (ERU), ketiga, peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat desa penyangga," ungkapnya.
Program berikutnya yang bakal dilaksanakan, di tahun 2022, segera dibangun tanggul sepanjang delapan kilometer, sebagai pembatas antara perkebunan dan hutan Way Kambas, agar gajah tidak dapat merangsek ke dalam perkebunan warga Desa Tegal Yoso.
Program pembangunan tanggul tersebut merupakan usulan masyarakat desa penyangga Desa Tegal Yoso dan telah disetujui oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"Beberapa waktu lalu, sewaktu ada kunjungan Ketua Komisi IV DPR RI didampingi Wakil Menteri Kehutanan dan Dirjen KSDAE di Taman Nasional Way Kambas, disetujui dan disanggupi manajemen Balai TNWK akan dibangun tanggul sepanjang delapan kilometer," ungkapnya.
Sebelumnya diwartakan, Sutikno (55) warga Desa Tegal Yoso Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur tewas diserang puluhan gajah liar dari hutan Taman Nasional Way Kambas.
Peristiwa itu terjadi di kebun jagung pada Minggu (31/10) petang. Jenazah Sutikno ditemukan di kebun jagung miliknya pada pukul 20.00 WIB, kata Camat Purbolinggo Amir Hamsah dihubungi melalui teleponnya di Lampung Timur, Senin (1/11) pagi.
"Ada serombongan gajah sekitar 24 atau 30 ekor, mereka masuk areal perkebunan, warga kemudian mengahalau mereka, mungkin pak Sutikno ini terjebak, lalu diserang gajah-gajah," jelas Amir Hamsah menjelaskan riwayat kejadiannya.
Menurut Amir Hamsah, Sutikno mengalami banyak luka berat akibat serangan gerombolan gajah liar Way Kambas.
"Kaki kirinya patah dan tulangnya remuk, kaki kakan patah, kulit mengelupas, dada memar karena terinjak-injak, kepala memar, tulang pinggang patah," ungkapnya.
Jenazah Sutikno telah dikebumikan pada Senin pagi.
"Malam itu kita giring dan sudah masuk ke dalam kawasan hutan," ujar Kepala Seksi II Way Bungur, Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Nazarudin dihubungi di Lampung Timur, Senin (1/11) sore.
Nazarudin menjelaskan, sebelum kejadian Sutikno diserang gajah hingga tewas, tim terdiri petugas Balai TNWK dibantu petugas mitra Balai TNWK, serta masyarakat sekitar sudah mendeteksi gerombolan gajah akan masuk dalam perkebunan
Tim berusaha memblokade dan menghalau rombongan gajah liar kembali ke dalam hutan, namun karena kondisi malam dan gelap, ada dua ekor gajah keluar rombongan dan tidak terpantau.
Dua ekor gajah liar inilah yang menyerang Sutikno.
"Dua ekor gajah ini pecahan dari rombongan gajah yang kita blokade, dua ekor gajah inilah yang menyerang Sutikno hingga tewas," jelasnya.
Tanggul Penghalang Gajah
Nazarudin menjelaskan, menghadapi konflik satwa gajah dengan manusia di Kecamatan Purbolinggo, Balai TNWK selama ini sudah menyusun dan mengaplikasikan beberapa program mitigasi konflik.
"Usaha Taman Nasional Way Kambas, pertama, pemberdayaan masyarakat desa penyangga, membentuk Elephant Respon Unit (ERU), ketiga, peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat desa penyangga," ungkapnya.
Program berikutnya yang bakal dilaksanakan, di tahun 2022, segera dibangun tanggul sepanjang delapan kilometer, sebagai pembatas antara perkebunan dan hutan Way Kambas, agar gajah tidak dapat merangsek ke dalam perkebunan warga Desa Tegal Yoso.
Program pembangunan tanggul tersebut merupakan usulan masyarakat desa penyangga Desa Tegal Yoso dan telah disetujui oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"Beberapa waktu lalu, sewaktu ada kunjungan Ketua Komisi IV DPR RI didampingi Wakil Menteri Kehutanan dan Dirjen KSDAE di Taman Nasional Way Kambas, disetujui dan disanggupi manajemen Balai TNWK akan dibangun tanggul sepanjang delapan kilometer," ungkapnya.
Sebelumnya diwartakan, Sutikno (55) warga Desa Tegal Yoso Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur tewas diserang puluhan gajah liar dari hutan Taman Nasional Way Kambas.
Peristiwa itu terjadi di kebun jagung pada Minggu (31/10) petang. Jenazah Sutikno ditemukan di kebun jagung miliknya pada pukul 20.00 WIB, kata Camat Purbolinggo Amir Hamsah dihubungi melalui teleponnya di Lampung Timur, Senin (1/11) pagi.
"Ada serombongan gajah sekitar 24 atau 30 ekor, mereka masuk areal perkebunan, warga kemudian mengahalau mereka, mungkin pak Sutikno ini terjebak, lalu diserang gajah-gajah," jelas Amir Hamsah menjelaskan riwayat kejadiannya.
Menurut Amir Hamsah, Sutikno mengalami banyak luka berat akibat serangan gerombolan gajah liar Way Kambas.
"Kaki kirinya patah dan tulangnya remuk, kaki kakan patah, kulit mengelupas, dada memar karena terinjak-injak, kepala memar, tulang pinggang patah," ungkapnya.
Jenazah Sutikno telah dikebumikan pada Senin pagi.