Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Petugas Dinas Polisi Pamong Praja Kabupaten Sukabumi mengambil sampel air di sejumlah titik dari permukiman warga untuk dilakukan uji laboratorium sebagai upaya untuk mengungkap kasus kejadian luar biasa (KLB) keracunan massal di Kampung Babakansirna, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

"Kami bersama petugas dari berbagai instansi seperti Polsek dan Puskesmas Sagaranten mengambil sampel air di sekitar permukiman yang kerap digunakan warga untuk memenuhi berbagai kebutuhan rumah tangga baik mencuci, mandi, kakus maupun minum atau memasak," kata Kepala Seksi Kerjasama dan Humas Dinas Polisi Pamong Praja Kabupaten Sukabumi Okih Fajri di Sukabumi, Selasa.

Menurut Okih, pengambilan sampel air seperti dari sumur warga dan sumber mata air lainnya di Desa Cibaregbeg, Kecamatan Sagaranten untuk kepentingan pengungkapan kasus keracunan massal yang terjadi pada Senin (25/10) yang sebelumnya pada Minggu, (24/10) malam warga mengkonsumsi nasi kotak yang dibagikan panitia dalam acara keagamaan di daerah tersebut.

Pengambilan sampel air yang dipakai warga Kampung Babakansirna ini agar masyarakat tidak hanya berasumsi kasus KLB keracunan massal disebabkan oleh paket nasi kotak berisi nasi putih, olahan daging dan mie telor yang dibagikan oleh panitia kegiatan itu.

Sebab, hingga saat ini belum diketahui apa yang menjadi penyebab terjadinya dugaan keracunan massal yang mengakibatkan puluhan warga kampung tersebut mengalami gejala keracunan seperti mual, pusing, lemas hingga muntah-muntah dan terus menerus buang air besar (BAB).

Harus diakui, persepsi yang berkembang di masyarakat kejadian keracunan yang menimpa 42 warga Kampung Babakansirna ini akibat mengkonsumsi nasi kotak, karena gejala keracunan yang dialami korban beberapa jam setelah menyantap hidangan itu,

Maka dari itu, dengan uji lab terhadap sampel air dari permukiman yang dilakukan pihak dinas kesehatan masyarakat tidak cepat mengambil kesimpulan terkait penyebab KLB keracunan, karena petugas dari instansi terkait masih mengumpulkan berbagai bukti dan keterangan serta melakukan berbagai penelitian.

"Kami masih menunggu hasil uji laboratorium baik sampel makanan (nasi kotak) dan sampel air dari permukiman yang kerap digunakan warga untuk kebutuhan rumah tangga. Diharapkan dalam waktu dekat sudah ada hasilnya agar diketahui penyebab utama terjadinya keracunan massal ini," tambahnya.

Sementara, Kepala Puskemas Sagaranten Sudarna mengatakan mayoritas warga yang mengalami gejala keracunan, kondisi kesehatan sudah berangsur pulih dan pulang untuk melakukan pemulihan di rumahnya masing-masing. Namun demikian, masih ada beberapa warga yang masih menjalani rawat inap di rumah sakit maupun puskesmas. 

Uploader : Angga Pramana


Pewarta : Aditia Aulia Rohman
Editor :
Copyright © ANTARA 2024