Bangkalan (ANTARA) - Karantina Pertanian Bangkalan, Jawa Timur mengajak para petani di Pulau Madura, untuk mengembangan budidaya tanaman porang, karena jenis tanaman ini memiliki nilai ekonomi tinggi dan selama ini banyak diekspor ke luar negeri

Menurut Kepala Karantina Pertanian Bangkalan Agus Mugiyanto di Bangkalan, Rabu, tanaman porang ini banyak dibutuhkan di luar negeri terutama Jepang, karena menjadi bahan baku beras shirataki yang dikenal dengan beras diet.

"Berdasarkan hasil penelitian, jenis tanaman ini mengandung mengandung karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan serat pangan," kata Agus.

Selain itu, porang juga digunakan sebagai bahan campuran atau tambahan pada berbagai produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, dan bahan pengental pada produk sirup dan sari buah.

Manfaat lainnya, juga sebagai bahan pengisi dan pengikat tablet, bahan pelapis, penguat tenunan dalam industri tekstil, media pertumbuhan mikrobia, dan bahan pembuatan kertas yang tipis, lemas, dan tahan air.

"Makanya, jenis tanaman ini sangat dibutuhkan di luar negeri," katanya.

Oleh karenanya, sambung Agus, pihaknya mengajak para petani untuk bisa mengembangkan tanaman yang bernilai ekonomi tinggi tersebut.

Agus mengaku telah menyosialisasikan hal itu kepada sebagian petani dengan cara bekerja sama dengan pemkab di Pulau Madura.

"Kemarin, kami menggelar sosialisasi di Kabupaten Sampang terkait budidaya porang ini," katanya.

Dalam sosialisasi tersebut, Karantina Pertanian Bangkalan menghadirkan narasumber Donny Mahendra dari Porang Mulya Indonesia yang menjelaskan tentang budidaya porang dari pemilihan bibit hingga pemanenan.

Agus mengaku, pihaknya sangat berkepentingan agar para petani di Pulau Madura bisa mengembangkan budidaya porang tersebut, sebagai bentuk pelaksanaan dari Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 395 Tahun 2021 tentang Gugus Tugas Percepatan Pengembangan Ekspor.

Secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemkab Sampang Suyono mengaku, pihaknya siap memberikan pendampingan kepada petani, terkait budidaya tanaman porang tersebut.

"Kami juga mulai berkoordinasi dengan para kelompok tani yang ada di Sampang, akan kemungkinan membudidayakan porang tersebut dalam jumlah banyak, mengingat dari sisi ekonomi memang memiliki nilai ekonomi tinggi," katanya.

Apalagi, sambung Suyono, kini sudah ada perusahaan yang mau bekerja sama menjadi mitra dalam pengembangan budidaya porang tersebut.

Sementara itu, berdasarkan rilis Badan Karantina Pertanian pusat, ekspor porang pada tahun 2018 tercatat sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor yang mencapai Rp11,31 miliar ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain sebagainya.

Umbi porang kini masih banyak yang berasal dari hutan dan belum banyak dibudidayakan. Ada beberapa sentra pengolahan tepung porang saat ini, seperti di daerah Pasuruan, Madiun, Wonogiri, Bandung serta Maros.

Di Pulau Madura, para petani belum banyak yang mengetahui potensi ekspor dari jenis tanaman ini, sehingga pemerintah perlu melakukan sosialisasi lebih intens kepada para petani melalui masing-masing pemkab di Pulau Garam tersebut.

Uploader : Angga Pramana


Pewarta : Abd Aziz
Editor :
Copyright © ANTARA 2024