Bandarlampung (ANTARA) - Angka kasus positif COVID-19 di Provinsi Lampung terus bertambah secepat tarikan nafas tersengal milik pasien terkonfirmasi COVID-19 yang berada di selasar rumah sakit.
Merangkak naiknya angka kematian dan terkonfirmasi positif yang sebelumnya sempat menurun terjadi secepat langkah keluarga pasien COVID-19 yang kalut memindahkan anggota keluarganya menuju IGD rumah sakit rujukan COVID-19.
Lalu lalang sirine ambulans dengan membawa tenaga kesehatan yang memiliki raut muka lelah terperangkap dalam alat pelindung diri (APD) di tengah hari yang terik menjadi bukti adanya harapan dan tanggung jawab untuk terus membantu menyelamatkan asa tiap pasien.
Hingga kini kasus harian di Lampung tercatat mencapai 100 hingga 400 kasus positif. Serta ada puluhan kasus meninggal dunia setiap harinya, naik dibanding waktu biasanya.
Di tengah lonjakan kasus COVID-19 di Provinsi Lampung yang terjadi dalam dua bulan terakhir, gerak cepat untuk menjemput asa dan jiwa masyarakat haruslah dilakukan dengan segera.
Keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan yang kini berkisar 86 persen menipis setipis ketersediaan oksigen bagi pasien pun haruslah disegerakan teratasi sebelum waktu menggerus harapan pasien untuk sembuh dari paparan COVID-19.
"Harapannya semua dapat tertangani dengan baik, dan saudara saya segera pulih," ucap salah seorang keluarga pasien Rini dengan lirih dan penuh harapan.
Perbesar daya tampung
Menurutnya kebijakan yang selaras dengan kepatuhan masyarakat dalam beraktivitas menjadi salah satu kunci keluar dari keterpurukan.
"COVID-19 ini benar-benar ada jadi jangan disepelekan apa yang dianjurkan seperti penerapan protokol kesehatan, sebelum terpapar," katanya lagi.
Asrama Haji Lampung dengan kapasitas 250 tempat tidur yang digunakan sebagai tempat isolasi pasien selama pandemi COVID-19. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.
Upaya untuk menyelaraskan harapan para pasien untuk sembuh terus dilakukan oleh pemerintah setempat seperti dengan menambah tempat isolasi, tenaga kesehatan pun ditambah, dan menambah ketersediaan oksigen.
Dialihfungsikannya Asrama Haji yang sebelumnya pun pernah digunakan sebagai tempat penampungan pelaku perjalanan yang terkonfirmasi positif menjadi salah satu pilihan untuk mengantisipasi penuhnya ruang isolasi pasien.
Bahkan hingga dipinjamkannya kapal pesiar milik PT Pelni yakni KM Lawit yang berkapasitas total 900 orang bagi tempat isolasi mandiri pasien COVID-19 menjadi salah satu upaya untuk menyediakan ruangan perawatan bagi pasien bergejala ringan.
"Kita telah meminta izin untuk menggunakan Asrama Haji dengan kapasitas 250 tempat tidur untuk digunakan bagi perawatan pasien, dan kita tengah mempersiapkan beragam kebutuhan lain seperti obat dan peralatan medis," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Reihana.
Menurutnya, persiapan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan tinggi kasus COVID-19 pada bulan ini.
Tingkatkan kesadaran masyarakat
Ia mengatakan penambahan ruang perawatan dan isolasi juga akan dilakukan bersamaan dengan menambah jumlah tenaga kesehatan dan relawan kesehatan yang berasal dari mahasiswa kedokteran ataupun keperawatan tingkat akhir.
Tidak hanya itu upaya lain yang dilakukan untuk menyelamatkan masyarakat dilakukan dengan menambah pasokan tabung oksigen yang kini telah mulai sulit didapat dan menyebabkan sejumlah konflik antara tenaga kesehatan dan keluarga pasien.
Peningkatan kebutuhan oksigen sebulan belakangan yang mencapai 170 ton, dan dalam bulan ini diperkirakan mencapai 200 ton telah memaksa pemerintah setempat untuk segera mencari solusi atas masalah yang ada.
Gerak cepat juga telah dilakukan pula dengan turun tangannya pemerintah pusat melalui kedatangan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy yang menginstruksikan pengalihan kebutuhan oksigen industri bagi kebutuhan medis pasien COVID-19.
Lalu Pemerintah Provinsi Lampung pun diminta untuk konsisten memperketat pengawasan guna menekan penyebaran COVID-19 di Pulau Sumatera melalui pengetatan pemeriksaan persyaratan bagi pelaku perjalan antarpulau yang menggunakan transportasi darat, laut, maupun udara tanpa terkecuali.
Berkaca dari kejadian sebelumnya yakni pada penyekatan mobilitas masyarakat di masa libur Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah tercatat ada sekitar 1.351 orang pemudik yang dinyatakan positif COVID-19 sebelum sempat menyeberang ke Pulau Jawa.
Sehingga pembatasan mobilitas masyarakat antarpulau untuk mencegah fenomena penularan COVID-19 layaknya bola pingpong terus dilakukan.
Dalam menjaga konsistensi untuk mencegah persebaran COVID-19 antarpulau, telah banyak kendaraan yang diputar balikkan oleh petugas selama penerapan pengetatan mobilitas masyarakat antarpulau terutama di Pelabuhan Bakauheni akibat tidak lengkapnya sejumlah persyaratan penyeberangan selama masa COVID-19.
Di sisi lain berpacunya tenaga kesehatan yang makin kelelahan dan peran pemerintah dalam menyelamatkan masyarakat di tengah serangan COVID-19 dengan ragam varian yang semakin meluas hingga ke pelosok desa di Lampung, pun memerlukan bantuan dari masyarakat.
Selain melakukan percepatan penanganan pasien yang terpapar COVID-19, langkah antisipasi adanya persebaran COVID-19 yang makin meluas juga dilakukan dengan cara mengembalikan kesadaran masyarakat akan penerapan protokol kesehatan.
Menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, menggunakan masker dan mengurangi mobilitas menjadi kalimat yang selalu digaungkan hingga pelosok negeri untuk terus mengingatkan dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya saling menjaga di tengah pandemi yang makin merebak.
Di tengah pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara mikro dan PPKM darurat, masyarakat diajak untuk meningkatkan kesadarannya untuk kembali menerapkan protokol kesehatan untuk membantu menekan lonjakan kasus COVID-19.
Dengan adanya kesadaran dari masyarakat dan langkah cepat dari pemerintah dalam menangani lonjakan kasus COVID-19 dapat membantu menyelamatkan jiwa dan asa setiap warga yang ada di provinsi yang merupakan penopang antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Selain menyelamatkan jiwa dan asa warga, sinergi antara pemangku kepentingan dan masyarakat dapat pula memberi harapan positif bagi tenaga kesehatan untuk terus berjuang melawan pandemi yang berkepanjangan.*