Bandarlampung (ANTARA) - Sastrawan Lampung asal Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Elly Dharmawanti dengan Buku Puisi "Dang Miwang Niku, Anding" karyanya yang diterbitkan Penerbit Pustaka LaBRAK, terpilih menjadi satu dari enam pemenang Anugerah Sastra Rancage 2021.
Yayasan Kebudayaan Rancage merilis penganugerahan gelaran ke-33 ini secara virtual, Minggu, 31 Januari 2021, pukul 14.00-16.00 WIB.
Rilis dewan pengurus pada 22 Januari 2021 menyebutkan, gelaran virtual melalui zoom dan Youtube diputuskan demi mendukung penanganan pandemi COVID-19.
Seperti rencana, penganugerahan dihadiri Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage Erry Riyana Hardjapamekas, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, dan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, tiga pembicara. Hadir virtual, penerbit buku, penulis, dan pegiat sastra daerah dari seluruh wilayah di Indonesia.
Erry menggarisbawahi tiga hal kesinambungan, regenerasi penulis serta peningkatan kualitas bahasa dan sastra dari masing-masing daerah, sebagai perekam memori kolektif sekaligus catatan kaki gelaran bergengsi di tengah pandemi ini.
"Secara umum, perkembangan buku-buku sastra berbahasa daerah yang terbit tahun 2020 cukup menggembirakan. Pandemi COVID-19 di sepanjang 2020, rupanya tidak mengurangi semangat para penulis dan penerbit," ujarnya.
Memang, lanjutnya, dari tahun ke tahun selalu ada pasang-surut penerbitan buku di masing-masing daerah. Namun, kualitas karya sastra tidak diukur oleh jumlah buku yang terbit.
Hal yang lebih penting adalah kesinambungan, regenerasi penulis, serta peningkatan kualitas bahasa dan sastra dari masing-masing daerah.
"Kami berterima kasih kepada para penulis, penerbit, dan pegiat sastra daerah yang telah menunjukkan dedikasinya dalam mengembangkan salah satu warisan budaya," ujarnya.
Pada penerima Hadiah Sastra Rancage 2021 dari masing-masing daerah, yaitu enam orang, termasuk karya Elly Dharmawanti, terbit 2020. Kemudian, dari Sastra Sunda, diraih oleh Dadan Sutisna untuk judul novel Sasalad, penerbit Dunia Pustaka Jaya.
Lantas, kategori Sastra Jawa, diraih oleh Supali Kasim, untuk karya Sawiji Dina Sawiji Mangsa (Rumah Pustaka). Lalu, Sastra Bali diraih oleh Komang Berata, kumpulan cerpen Nyelekadang Meme (Pustaka Ekspresi).
Kategori Sastra Lampung, disabet oleh Elly Dharmawanti. Kumpulan puisi karya Lukman Hakim AG, Sagara Aeng Mata Ojang (Sulur Pustaka), meraih kategori Sastra Madura.
Hadiah Sastra Rancage adalah penghargaan khusus bagi individu yang dianggap telah berjasa bagi pengembangan bahasa dan sastra daerahnya, yang diampu Yayasan Kebudayaan Rancage, yang didirikan mendiang Ajip Rosidi, Erry Riyana Hardjapamekas, Edi S Ekajati, dan beberapa tokoh lainnya.
Mengutip Wikipedia, awalnya (1989-1993), hadiah cuma mencakup sastra Sunda, lalu juga bagi dunia sastra Jawa (sejak 1994), sastra Bali (1998), sastra Lampung (2008), sastra Batak (2015), sastra Banjar (2017), dan sastra Madura (2020).
Pada 1990, hadiah Sastra Rancage terbagi dua kategori, untuk karya yang terbit berupa buku dan untuk jasa bagi perorangan atau lembaga yang berjasa mengembangkan bahasa dan sastra daerahnya. Pemberian piala dan hadiah uang tunai mulai tahun 2004.
Sejak 1993, penghargaan dilengkapi dengan hadiah Samsudi, penghargaan khusus untuk penulis buku bacaan anak berbahasa Sunda.
Tahun 2021 ini, hadiah Samsudi disabet Risnawati, untuk cerita anak Sunda Pelesir ka Basisir (Dunia Pustaka Jaya, 2020).
Untuk Lampung, raihan Elly yang lahir Desember 1975 ini menjadi raihan ke-7 usai sastrawan/budayawan Zulkarnain Zubairi, lalu Udo Z Karzi (nama lain Zulkarnain Zubairi), untuk kumpulan sajak Mak Dawah Mak Dibingi (2008).
Kemudian, Asarpin Aslami untuk kumpulan cerpen Cerita-Cerita jak Bandar Negeri Semuong (2010), Fitri Yani untuk kumpulan sajak Suluh (2014), kedua kalinya Udo Z Karzi untuk roman biografis Negarabatin (2017), Muhammad Harya Ramdhoni untuk karyanya Semilau, Sang Rumpun Sajak (2018), dan Semacca Andanant, untuk karyanya Lapah Kidah Sangu Bismillah (2019).
"Alhamdulillah, nerima nihan (terima kasih)," ujar Elly, menjawab banjir ucapan selamat dari sejawat sastranya, antara lain Udo Z Karzi (sekaligus penerbit), mantan jurnalis Tempo dan MetroTV/mantan Komisioner KPU Bandarlampung kini penulis Fadilasari, Semacca Andanant, Juwendra Asdiansyah, Christian Saputro, Jauza Imani, dan Anshori Djausal.
"Welcome to Rancage club," sapa bekas rapper, penyiar radio, doktor ilmu politik, kini selain penulis juga politisi PSI Muhammad Harya Ramdhoni Julizarsyah.
Politisi NasDem/pegiat lingkungan asal Lampung Barat Ichwanto M Nuh. Juga dari dua ulun Lampung bermukim di Eropa, novelis Rielda A Oe Taneko (Inggris), dan penulis sejarah Lampung Frieda Amran (Leiden, Belanda). Bahkan termasuk yang telah membaca langsung karya Elly, Bupati Pesisir Barat terpilih Agus Istiqlal.
Baca juga: Sastrawan Lampung Semacca Andanant raih hadiah Sastra Rancage 2020
Baca juga: Sastrawan Lampung Fitri Yani Raih Rancage 2014
Baca juga: Udo Z Karzi Penyelamat Tradisi Berbahasa Lampung
Yayasan Kebudayaan Rancage merilis penganugerahan gelaran ke-33 ini secara virtual, Minggu, 31 Januari 2021, pukul 14.00-16.00 WIB.
Rilis dewan pengurus pada 22 Januari 2021 menyebutkan, gelaran virtual melalui zoom dan Youtube diputuskan demi mendukung penanganan pandemi COVID-19.
Seperti rencana, penganugerahan dihadiri Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage Erry Riyana Hardjapamekas, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, dan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, tiga pembicara. Hadir virtual, penerbit buku, penulis, dan pegiat sastra daerah dari seluruh wilayah di Indonesia.
Erry menggarisbawahi tiga hal kesinambungan, regenerasi penulis serta peningkatan kualitas bahasa dan sastra dari masing-masing daerah, sebagai perekam memori kolektif sekaligus catatan kaki gelaran bergengsi di tengah pandemi ini.
"Secara umum, perkembangan buku-buku sastra berbahasa daerah yang terbit tahun 2020 cukup menggembirakan. Pandemi COVID-19 di sepanjang 2020, rupanya tidak mengurangi semangat para penulis dan penerbit," ujarnya.
Memang, lanjutnya, dari tahun ke tahun selalu ada pasang-surut penerbitan buku di masing-masing daerah. Namun, kualitas karya sastra tidak diukur oleh jumlah buku yang terbit.
Hal yang lebih penting adalah kesinambungan, regenerasi penulis, serta peningkatan kualitas bahasa dan sastra dari masing-masing daerah.
"Kami berterima kasih kepada para penulis, penerbit, dan pegiat sastra daerah yang telah menunjukkan dedikasinya dalam mengembangkan salah satu warisan budaya," ujarnya.
Pada penerima Hadiah Sastra Rancage 2021 dari masing-masing daerah, yaitu enam orang, termasuk karya Elly Dharmawanti, terbit 2020. Kemudian, dari Sastra Sunda, diraih oleh Dadan Sutisna untuk judul novel Sasalad, penerbit Dunia Pustaka Jaya.
Lantas, kategori Sastra Jawa, diraih oleh Supali Kasim, untuk karya Sawiji Dina Sawiji Mangsa (Rumah Pustaka). Lalu, Sastra Bali diraih oleh Komang Berata, kumpulan cerpen Nyelekadang Meme (Pustaka Ekspresi).
Kategori Sastra Lampung, disabet oleh Elly Dharmawanti. Kumpulan puisi karya Lukman Hakim AG, Sagara Aeng Mata Ojang (Sulur Pustaka), meraih kategori Sastra Madura.
Hadiah Sastra Rancage adalah penghargaan khusus bagi individu yang dianggap telah berjasa bagi pengembangan bahasa dan sastra daerahnya, yang diampu Yayasan Kebudayaan Rancage, yang didirikan mendiang Ajip Rosidi, Erry Riyana Hardjapamekas, Edi S Ekajati, dan beberapa tokoh lainnya.
Mengutip Wikipedia, awalnya (1989-1993), hadiah cuma mencakup sastra Sunda, lalu juga bagi dunia sastra Jawa (sejak 1994), sastra Bali (1998), sastra Lampung (2008), sastra Batak (2015), sastra Banjar (2017), dan sastra Madura (2020).
Pada 1990, hadiah Sastra Rancage terbagi dua kategori, untuk karya yang terbit berupa buku dan untuk jasa bagi perorangan atau lembaga yang berjasa mengembangkan bahasa dan sastra daerahnya. Pemberian piala dan hadiah uang tunai mulai tahun 2004.
Sejak 1993, penghargaan dilengkapi dengan hadiah Samsudi, penghargaan khusus untuk penulis buku bacaan anak berbahasa Sunda.
Tahun 2021 ini, hadiah Samsudi disabet Risnawati, untuk cerita anak Sunda Pelesir ka Basisir (Dunia Pustaka Jaya, 2020).
Untuk Lampung, raihan Elly yang lahir Desember 1975 ini menjadi raihan ke-7 usai sastrawan/budayawan Zulkarnain Zubairi, lalu Udo Z Karzi (nama lain Zulkarnain Zubairi), untuk kumpulan sajak Mak Dawah Mak Dibingi (2008).
Kemudian, Asarpin Aslami untuk kumpulan cerpen Cerita-Cerita jak Bandar Negeri Semuong (2010), Fitri Yani untuk kumpulan sajak Suluh (2014), kedua kalinya Udo Z Karzi untuk roman biografis Negarabatin (2017), Muhammad Harya Ramdhoni untuk karyanya Semilau, Sang Rumpun Sajak (2018), dan Semacca Andanant, untuk karyanya Lapah Kidah Sangu Bismillah (2019).
"Alhamdulillah, nerima nihan (terima kasih)," ujar Elly, menjawab banjir ucapan selamat dari sejawat sastranya, antara lain Udo Z Karzi (sekaligus penerbit), mantan jurnalis Tempo dan MetroTV/mantan Komisioner KPU Bandarlampung kini penulis Fadilasari, Semacca Andanant, Juwendra Asdiansyah, Christian Saputro, Jauza Imani, dan Anshori Djausal.
"Welcome to Rancage club," sapa bekas rapper, penyiar radio, doktor ilmu politik, kini selain penulis juga politisi PSI Muhammad Harya Ramdhoni Julizarsyah.
Politisi NasDem/pegiat lingkungan asal Lampung Barat Ichwanto M Nuh. Juga dari dua ulun Lampung bermukim di Eropa, novelis Rielda A Oe Taneko (Inggris), dan penulis sejarah Lampung Frieda Amran (Leiden, Belanda). Bahkan termasuk yang telah membaca langsung karya Elly, Bupati Pesisir Barat terpilih Agus Istiqlal.
Baca juga: Sastrawan Lampung Semacca Andanant raih hadiah Sastra Rancage 2020
Baca juga: Sastrawan Lampung Fitri Yani Raih Rancage 2014
Baca juga: Udo Z Karzi Penyelamat Tradisi Berbahasa Lampung