Jakarta (ANTARA) - Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan berdasarkan peta risiko yang ada, kasus COVID-19 di DKI Jakarta sudah mulai menurun sementara di Jawa Timur sedang mengalami kenaikan.
"Jakarta sudah mulai menurun. Namun, pemudik yang balik nanti bila tidak dicegah bisa menimbulkan second wave (gelombang kedua)," kata Wiku dalam jumpa pers secara daring yang disiarkan akun Youtube BNPB Indonesia dipantau dari Jakarta, Selasa.
Wiku mengatakan perlu ada partisipasi penuh dari masyarakat untuk terus menurunkan tren kasus COVID-19 di DKI Jakarta dan mencegah peningkatan kasus di Jawa Timur.
Menurut Wiku, berdasarkan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terdapat tiga aspek utama untuk menetapkan apakah suatu daerah siap melakukan aktivitas sosial ekonomi di tengah pandemi COVID-19.
"Indikator kesehatan masyarakat dinilai berdasarkan tiga aspek utama, yaitu gambaran epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat, dan layanan kesehatan," tuturnya.
Wiku menjelaskan aspek epidemiologi suatu daerah disebut baik bila penurunan kasus selama dua minggu setelah puncak terakhir paling sedikit 50 persen, meliputi jumlah kasus positif, jumlah pasien dirawat, jumlah pasien dalam pengawasan, jumlah orang dalam pemantauan, dan jumlah kasus meninggal.
Penurunan gambaran epidemiologi tersebut harus diikuti dengan peningkatan surveilans kesehatan masyarakat, yaitu semakin banyak spesimen yang diperiksa oleh laboratorium.
"Jadi, harus ada semakin banyak yang diperiksa di laboratorium, tetapi yang hasilnya positif harus semakin menurun," katanya.
Sedangkan aspek pelayanan kesehatan meliputi jumlah tempat tidur dan alat pelindung diri yang tersedia dalam menangani pasien COVID-19.
"Aspek pelayanan kesehatan ini memang belum terkumpul baik. Perlu partisipasi dari pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan," katanya.*
"Jakarta sudah mulai menurun. Namun, pemudik yang balik nanti bila tidak dicegah bisa menimbulkan second wave (gelombang kedua)," kata Wiku dalam jumpa pers secara daring yang disiarkan akun Youtube BNPB Indonesia dipantau dari Jakarta, Selasa.
Wiku mengatakan perlu ada partisipasi penuh dari masyarakat untuk terus menurunkan tren kasus COVID-19 di DKI Jakarta dan mencegah peningkatan kasus di Jawa Timur.
Menurut Wiku, berdasarkan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terdapat tiga aspek utama untuk menetapkan apakah suatu daerah siap melakukan aktivitas sosial ekonomi di tengah pandemi COVID-19.
"Indikator kesehatan masyarakat dinilai berdasarkan tiga aspek utama, yaitu gambaran epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat, dan layanan kesehatan," tuturnya.
Wiku menjelaskan aspek epidemiologi suatu daerah disebut baik bila penurunan kasus selama dua minggu setelah puncak terakhir paling sedikit 50 persen, meliputi jumlah kasus positif, jumlah pasien dirawat, jumlah pasien dalam pengawasan, jumlah orang dalam pemantauan, dan jumlah kasus meninggal.
Penurunan gambaran epidemiologi tersebut harus diikuti dengan peningkatan surveilans kesehatan masyarakat, yaitu semakin banyak spesimen yang diperiksa oleh laboratorium.
"Jadi, harus ada semakin banyak yang diperiksa di laboratorium, tetapi yang hasilnya positif harus semakin menurun," katanya.
Sedangkan aspek pelayanan kesehatan meliputi jumlah tempat tidur dan alat pelindung diri yang tersedia dalam menangani pasien COVID-19.
"Aspek pelayanan kesehatan ini memang belum terkumpul baik. Perlu partisipasi dari pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan," katanya.*