Jakarta (ANTARA) - Karantina wilayah yang diakibatkan pandemi COVID-19 menjadi medan pertarungan mental bagi mereka yang berprofesi sebagai pesepak bola dan harus menjaga kebugaran tubuhnya, kata bek Liverpool Dejan Lovren.
"Ini bukan hal yang mudah sebab kami sudah terkurung di rumah sendiri untuk 46 hari sampai sekarang," kata Lovren kepada harian olahraga Sportske Novisti sebagaimana dikutip Reuters, Sabtu.
"Aspek psikologis jadi tantangan tersulit. Saya berlatih sendirian sekeras mungkin, menendang bola ditemani putra saya di halaman, tetapi itu semua jauh berbeda manfaatnya dibandingkan berlatih dengan tim," ujarnya menambahkan.
Lovren mengakui kondisi saat ini membuatnya kesulitan untuk tetap bersemangat menjalani rutinitas sehari-hari.
"Saya berusaha memotivasi diri sebaik mungkin. Ketika bangun tidur saya meyakinkan diri agar 'berlatih hingga bersimbah keringat' dan setidaknya saya bisa menjaga bobot badan," katanya.
"Tapi saya juga kehilangan massa otot di kaki saya, sebab tidak ada yang bisa menggantikan sesi latihan tim 90 menit penuh. Anda tidak bisa melakukan latihan luar ruangan untuk kaki anda selama 90 menit," ujar Lovren melengkapi.
Pesepak bola berusia 30 tahun kelahiran Bosnia itu juga mengungkapkan harapan agar musim sepak bola bisa dilanjutkan tanpa memperburuk dampak yang sudah ditimbulkan pandemi terhadap kalender kompetisi.
"Saya harap Presiden UEFA Aleksander Ceferin beserta jajarannya dan FIFA bisa menemukan solusi agar kami tidak harus main 15 pertandingan dalam 30 hari," katanya.
"Ketika musim dilanjutkan kami juga butuh istirahat. Yang sedang kami jalani sekarang bukanlah istirahat, sebab kami perlu memulihkan mental yang sudah dipengaruhi pandemi dan karantinanya," pungkas Lovren.
Lovren dan rekan-rekannya di Liverpool memimpin klasemen Liga Premier Inggris dengan keunggulan 25 poin atas Manchester City di peringkat kedua dan di atas kertas hanya membutuhkan enam poin lagi untuk memastikan gelar juara.
Akan tetapi, pandemi COVID-19 membuat Liga Premier ditangguhkan sejak pertengahan Maret menyusul berbagai kompetisi olahraga yang juga terpengaruh di seluruh belahan dunia.
Para klub Liga Premier sudah mengutarakan komitmen untuk merampungkan musim di atas lapangan, tetapi belum ada keputusan pasti kapan pertandingan kembali cukup aman digelar.
"Ini bukan hal yang mudah sebab kami sudah terkurung di rumah sendiri untuk 46 hari sampai sekarang," kata Lovren kepada harian olahraga Sportske Novisti sebagaimana dikutip Reuters, Sabtu.
"Aspek psikologis jadi tantangan tersulit. Saya berlatih sendirian sekeras mungkin, menendang bola ditemani putra saya di halaman, tetapi itu semua jauh berbeda manfaatnya dibandingkan berlatih dengan tim," ujarnya menambahkan.
Lovren mengakui kondisi saat ini membuatnya kesulitan untuk tetap bersemangat menjalani rutinitas sehari-hari.
"Saya berusaha memotivasi diri sebaik mungkin. Ketika bangun tidur saya meyakinkan diri agar 'berlatih hingga bersimbah keringat' dan setidaknya saya bisa menjaga bobot badan," katanya.
"Tapi saya juga kehilangan massa otot di kaki saya, sebab tidak ada yang bisa menggantikan sesi latihan tim 90 menit penuh. Anda tidak bisa melakukan latihan luar ruangan untuk kaki anda selama 90 menit," ujar Lovren melengkapi.
Pesepak bola berusia 30 tahun kelahiran Bosnia itu juga mengungkapkan harapan agar musim sepak bola bisa dilanjutkan tanpa memperburuk dampak yang sudah ditimbulkan pandemi terhadap kalender kompetisi.
"Saya harap Presiden UEFA Aleksander Ceferin beserta jajarannya dan FIFA bisa menemukan solusi agar kami tidak harus main 15 pertandingan dalam 30 hari," katanya.
"Ketika musim dilanjutkan kami juga butuh istirahat. Yang sedang kami jalani sekarang bukanlah istirahat, sebab kami perlu memulihkan mental yang sudah dipengaruhi pandemi dan karantinanya," pungkas Lovren.
Lovren dan rekan-rekannya di Liverpool memimpin klasemen Liga Premier Inggris dengan keunggulan 25 poin atas Manchester City di peringkat kedua dan di atas kertas hanya membutuhkan enam poin lagi untuk memastikan gelar juara.
Akan tetapi, pandemi COVID-19 membuat Liga Premier ditangguhkan sejak pertengahan Maret menyusul berbagai kompetisi olahraga yang juga terpengaruh di seluruh belahan dunia.
Para klub Liga Premier sudah mengutarakan komitmen untuk merampungkan musim di atas lapangan, tetapi belum ada keputusan pasti kapan pertandingan kembali cukup aman digelar.