Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa mempersiapkan sistem rujukan fasilitas kesehatan dalam penanganan virus corona baru COVID-19 menjadi sangat penting dalam upaya mengendalikan virus.
Tedros dalam keterangannya pada media seperti dikutip dalam laman resmi WHO di Jakarta, Jumat, menjelaskan setiap negara perlu mempersiapkan sistem rujukan terutama di mana fasilitas layanan kesehatan mulai kewalahan dalam menangani pasien COVID-19.
Dia menjelaskan bahwa tidak seluruh negara di dunia melaporkan sistem rujukan klinis untuk penanganan COVID-19. "Hanya setengah dari negara yang melaporkan kepada WHO memiliki sistem rujukan klinis untuk COVID-19," kata dia.
WHO sampai saat ini masih memantau kemajuan tiap negara dalam membuat Strategi Kesiapsiagaan dan Rencana Tindakan dalam melawan COVID-19.
Tedros menjelaskan lebih dari 70 persen negara telah memiliki strategi kesiapsiagaan dan rencana tindakan nasional untuk COVID-19, kemudian 89 persen memiliki kapasitas pengujian laboratorium, 70 persen lebih memiliki pengawasan berbasis kejadian untuk COVID-19, dan 68 persen memiliki mekanisme koordinasi multisektoral.
Namun sayangnya, kata Tedros, hanya separuh negara yang memiliki program pencegahan dan pengendalian infeksi nasional dengan standar kesehatan, air, dan sanitasi yang baik di semua fasilitas layanan kesehatan.
Di Indonesia, pemerintah telah menyiapkan skenario penambahan fasilitas kesehatan untuk merawat pasien COVID-19 mulai dari alih fungsi RS Pusat Pertamina menjadi RS khusus untuk COVID-19, menyiapkan Wisma Atlet dan juga hotel-hotel miliki BUMN sebagai tempat perawatan pasien, serta menjaring relawan dari masyarakat yang akan dilatih agar bisa membantu memberikan bantuan kesehatan dasar.
Presiden Joko Widodo juga telah menginstruksikan para menteri dan kepala lembaga terkait untuk segera mendatangkan perangkat tes cepat untuk pemeriksaan massal di masyarakat, mengedepankan keamanan para tenaga medis dengan memastikan alat pelindung diri tersedia, dan meminta kepada masyarakat untuk mematuhi mengenai aturan pembatasan interaksi sosial guna menekan penyebaran virus.
Tedros dalam keterangannya pada media seperti dikutip dalam laman resmi WHO di Jakarta, Jumat, menjelaskan setiap negara perlu mempersiapkan sistem rujukan terutama di mana fasilitas layanan kesehatan mulai kewalahan dalam menangani pasien COVID-19.
Dia menjelaskan bahwa tidak seluruh negara di dunia melaporkan sistem rujukan klinis untuk penanganan COVID-19. "Hanya setengah dari negara yang melaporkan kepada WHO memiliki sistem rujukan klinis untuk COVID-19," kata dia.
WHO sampai saat ini masih memantau kemajuan tiap negara dalam membuat Strategi Kesiapsiagaan dan Rencana Tindakan dalam melawan COVID-19.
Tedros menjelaskan lebih dari 70 persen negara telah memiliki strategi kesiapsiagaan dan rencana tindakan nasional untuk COVID-19, kemudian 89 persen memiliki kapasitas pengujian laboratorium, 70 persen lebih memiliki pengawasan berbasis kejadian untuk COVID-19, dan 68 persen memiliki mekanisme koordinasi multisektoral.
Namun sayangnya, kata Tedros, hanya separuh negara yang memiliki program pencegahan dan pengendalian infeksi nasional dengan standar kesehatan, air, dan sanitasi yang baik di semua fasilitas layanan kesehatan.
Di Indonesia, pemerintah telah menyiapkan skenario penambahan fasilitas kesehatan untuk merawat pasien COVID-19 mulai dari alih fungsi RS Pusat Pertamina menjadi RS khusus untuk COVID-19, menyiapkan Wisma Atlet dan juga hotel-hotel miliki BUMN sebagai tempat perawatan pasien, serta menjaring relawan dari masyarakat yang akan dilatih agar bisa membantu memberikan bantuan kesehatan dasar.
Presiden Joko Widodo juga telah menginstruksikan para menteri dan kepala lembaga terkait untuk segera mendatangkan perangkat tes cepat untuk pemeriksaan massal di masyarakat, mengedepankan keamanan para tenaga medis dengan memastikan alat pelindung diri tersedia, dan meminta kepada masyarakat untuk mematuhi mengenai aturan pembatasan interaksi sosial guna menekan penyebaran virus.