Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan mengimbau agar masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus baru terkait pneumonia berat yang terjadi di China karena pemerintah telah melakukan langkah antisipasi.
Dalam siaran pers Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dikutip di Jakarta, Rabu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Anung Sugihantono mengimbau kepada masyarakat umum dan tenaga kesehatan untuk mencermati gejala-gejala yang ditimbulkan dari kasus baru pneumonia berat tersebut.
"Gejala umum dari pneumonia adalah demam, batuk, dan sukar bernafas. Jika merasakan gejala penyakit seperti ini agar segera berobat ke Puskesmas, rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan terdekat," kata dia.
Anung mengimbau masyarakat untuk menjaga tubuh agar tetap sehat dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat setiap hari dan berkelanjutan. Menerapkan pola hidup sehat dimulai dari makan makanan bergizi dengan menu seimbang dan konsumsi buah sayur yang cukup, melakukan aktivitas fisik minimal setengah jam setiap hari, istirahat yang cukup, dan segera berobat jika sakit.
Bagi masyarakat yang akan melakukan perjalanan ke China dan juga termasuk ke Hongkong, Wuhan, atau Beijing, agar memerhatikan perkembangan penyebaran penyakit ini di China atau berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan atau Kantor Kesehatan Pelabuhan setempat. Selama di China, agar menghindari berkunjung ke pasar ikan atau tempat penjualan hewan hidup.
Jika selama perjalanan di China merasa berinteraksi dengan orang dengan gejala demam, batuk, dan sukar bernafas atau jatuh sakit dengan gejala yang sama, agar segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Jika setelah kembali ke Indonesia menunjukkan gejala demam, batuk, dan sukar bernafas agar segera berobat dan perhatikan informasi yang disampaikan Dinas Kesehatan setempat dan Kementerian Kesehatan RI.
Anung juga mengingatkan pada para tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan agar mencermati perkembangan penyakit pneumonia berat yang belum diketahui penyebabnya di China dan di dunia agar dapat menyikapinya dengan tepat dan benar.
Para tenaga kesehatan harus mengetahui informasi dari Dinas Kesehatan setempat dan Kementerian Kesehatan RI tentang perkembangan penyakit ini.
Jika tenaga kesehatan menemukan pasien dengan gejala pneumonia berat yang belum diketahui penyebabnya diharapkan segera melakukan tata laksana sesuai prosedur operasional standar yang berlaku, mengisolasi pasien, memperhatikan prosedur kewaspadaan umum atau infection control, dan melaporkan kejadian secara berjenjang ke Dinas Kesehatan setempat untuk diteruskan ke Kementerian Kesehatan RI.
Sejak hari-hari terakhir Desember 2019 hingga hari ini dikabarkan bahwa ditemukan pasien-pasien pneumonia atau radang paru-paru berat yang belum diketahui penyebabnya di Kota Wuhan, China. Jumlah pasien yang awalnya hanya 27 orang kini telah meningkat menjadi 44 orang.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penyakit ini bukan disebabkan virus influenza dan bukan penyakit pernafasan biasa. Penelitian lebih lanjut juga tengah dilakukan mengenai kemungkinan kesamaan penyakit tersebut dengan penyakit Severe Acute Respiratory Infection (SARS) yang disebabkan Coronavirus dan pernah mewabah di dunia pada tahun 2003.
Semua pasien di Wuhan telah mendapatkan pelayanan kesehatan, diisolasi, dan dilakukan penelusuran atau investigasi untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit. Hasil investigasi sementara menyebutkan sebagian dari pasien-pasien tersebut bekerja di pasar ikan yang juga menjual berbagai jenis hewan lainnya termasuk burung.
Hingga saat ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa penyakit ini dapat menular dari manusia ke manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) masih melakukan pengamatan dengan cermat terkait kejadian di Wuhan ini.
Pneumonia pada umumnya merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru sehingga menyebabkan kantung udara di dalam paru meradang dan membengkak. Pneumonia adalah penyakit infeksi yang bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus sehingga sangat mudah ditularkan melalui udara.
Dalam siaran pers Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dikutip di Jakarta, Rabu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Anung Sugihantono mengimbau kepada masyarakat umum dan tenaga kesehatan untuk mencermati gejala-gejala yang ditimbulkan dari kasus baru pneumonia berat tersebut.
"Gejala umum dari pneumonia adalah demam, batuk, dan sukar bernafas. Jika merasakan gejala penyakit seperti ini agar segera berobat ke Puskesmas, rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan terdekat," kata dia.
Anung mengimbau masyarakat untuk menjaga tubuh agar tetap sehat dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat setiap hari dan berkelanjutan. Menerapkan pola hidup sehat dimulai dari makan makanan bergizi dengan menu seimbang dan konsumsi buah sayur yang cukup, melakukan aktivitas fisik minimal setengah jam setiap hari, istirahat yang cukup, dan segera berobat jika sakit.
Bagi masyarakat yang akan melakukan perjalanan ke China dan juga termasuk ke Hongkong, Wuhan, atau Beijing, agar memerhatikan perkembangan penyebaran penyakit ini di China atau berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan atau Kantor Kesehatan Pelabuhan setempat. Selama di China, agar menghindari berkunjung ke pasar ikan atau tempat penjualan hewan hidup.
Jika selama perjalanan di China merasa berinteraksi dengan orang dengan gejala demam, batuk, dan sukar bernafas atau jatuh sakit dengan gejala yang sama, agar segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Jika setelah kembali ke Indonesia menunjukkan gejala demam, batuk, dan sukar bernafas agar segera berobat dan perhatikan informasi yang disampaikan Dinas Kesehatan setempat dan Kementerian Kesehatan RI.
Anung juga mengingatkan pada para tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan agar mencermati perkembangan penyakit pneumonia berat yang belum diketahui penyebabnya di China dan di dunia agar dapat menyikapinya dengan tepat dan benar.
Para tenaga kesehatan harus mengetahui informasi dari Dinas Kesehatan setempat dan Kementerian Kesehatan RI tentang perkembangan penyakit ini.
Jika tenaga kesehatan menemukan pasien dengan gejala pneumonia berat yang belum diketahui penyebabnya diharapkan segera melakukan tata laksana sesuai prosedur operasional standar yang berlaku, mengisolasi pasien, memperhatikan prosedur kewaspadaan umum atau infection control, dan melaporkan kejadian secara berjenjang ke Dinas Kesehatan setempat untuk diteruskan ke Kementerian Kesehatan RI.
Sejak hari-hari terakhir Desember 2019 hingga hari ini dikabarkan bahwa ditemukan pasien-pasien pneumonia atau radang paru-paru berat yang belum diketahui penyebabnya di Kota Wuhan, China. Jumlah pasien yang awalnya hanya 27 orang kini telah meningkat menjadi 44 orang.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penyakit ini bukan disebabkan virus influenza dan bukan penyakit pernafasan biasa. Penelitian lebih lanjut juga tengah dilakukan mengenai kemungkinan kesamaan penyakit tersebut dengan penyakit Severe Acute Respiratory Infection (SARS) yang disebabkan Coronavirus dan pernah mewabah di dunia pada tahun 2003.
Semua pasien di Wuhan telah mendapatkan pelayanan kesehatan, diisolasi, dan dilakukan penelusuran atau investigasi untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit. Hasil investigasi sementara menyebutkan sebagian dari pasien-pasien tersebut bekerja di pasar ikan yang juga menjual berbagai jenis hewan lainnya termasuk burung.
Hingga saat ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa penyakit ini dapat menular dari manusia ke manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) masih melakukan pengamatan dengan cermat terkait kejadian di Wuhan ini.
Pneumonia pada umumnya merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru sehingga menyebabkan kantung udara di dalam paru meradang dan membengkak. Pneumonia adalah penyakit infeksi yang bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus sehingga sangat mudah ditularkan melalui udara.