Magelang (ANTARA) - Seniman Padepokan Tjipto Boedojo Tutup Ngisor di kawasan Gunung Merapi menyajikan pementasan tarian topeng di Studio Mendut Kabupaten Magelang, Jawa Tengah sebagai kesenian pengisi musim liburan Natal dan Tahun Baru di tempat itu, Jumat petang.
Sebanyak tiga pementasan tarian itu, berupa topeng "Klana" oleh Dyasmoro Setyo Nugroho, "Bambangan Cakil" oleh Wijang Priyambodo (Janaka) dan Pangestu Mijil Wijanarko (Cakil), serta "Karonsih" oleh Surawan dan Novarini.
Tari "Klana" tentang cerita rakyat menyangkut sosok Prabu Klana Sewandana yang jatuh cinta dengan Dewi Sekartaji, "Bambangan Cakil" tentang perang tanding antara Janaka dan Cakil, serta "Karonsih" tentang cerita Panji Asmarabangun memadu kasih dengan Dewi Sekartaji.
Baca juga: Warga Apresiasi Topeng Lampung raih Rekor Muri
Hadir untuk menyaksikan pementasan tiga tarian dengan durasi sekitar 45 menit dan iringan tabuhan gamelan, antara lain Direktur Dewan Pelindung Nanyang Academy of Fine Arts Singapura Chew Sin Hwa bersama dua tamu Studio Mendut yang berasal dari Amerika Serikat, masing-masing Meilun Ouyang dan Steven Pei.
Pementasan kesenian di panggung terbuka di atas Museum Lima Gunung di kompleks Studio Mendut itu, juga ditonton sejumlah pelajar setempat yang sedang memanfaatkan hari libur sekolah serta beberapa penonton lainnya.
Dua seniman muda Padepokan Tjipto Boedojo Tutup Ngisor mementaskan tarian "Bambangan Cakil" di panggung terbuka Studio Mendut Kabupaten Magelang, Jumat (27/12/2019). (ANTARA/Hari Atmoko)
Studio Mendut sekitar 100 meter timur Candi Mendut Kabupaten Magelang dikelola budayawan yang juga pemimpin tertinggi Komunitas Lima Gunung Sutanto Mendut, sedangkan musik gamelan sebagai pengiring tiga tarian tersebut, dipimpin Sitras Anjilin yang juga pengelola Padepokan Tjito Boedojo Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.
Chew mengagumi pementasan mereka dan menyampaikan keinginan untuk membawa para seniman padepokan itu untuk mementaskan keseniannya di Singapura.
Pada kesempatan itu, Sutanto Mendut menjelaskan tentang catatan perjalanan panjang padepokan seni budaya di kawasan barat daya puncak Gunung Merapi di wilayah Kabupaten Magelang itu yang berdiri pada 1937.
"Mereka menghidupi tradisi budaya, kesenian tradisional, dan kesenian rakyat, Mereka menjalani spiritualitas petani, termasuk untuk kepentingan melestarikan tradisi budaya dan keseniannya," ujar dia.
Para seniman padepokan itu memiliki empat kali kewajiban pementasan wayang orang setiap tahun, masing-masing bertepatan dengan Sura atau tahun baru dalam kalender Jawa, saat Idul Fitri, Maulud Nabi Muhammad SAW, dan peringatan HUT RI.
Para seniman padepokan juga aktif dalam mengembangkan kesenian di daerah setempat, antara lain menjadi pengajar ekstrakurikuler kesenian di beberapa sekolah, menjadi bagian penting kelompok besar seniman petani Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh), aktif dalam sejumlah peguyuban atau organisasi kesenian, serta pentas kesenian tradisional di berbagai daerah.
Sebanyak tiga pementasan tarian itu, berupa topeng "Klana" oleh Dyasmoro Setyo Nugroho, "Bambangan Cakil" oleh Wijang Priyambodo (Janaka) dan Pangestu Mijil Wijanarko (Cakil), serta "Karonsih" oleh Surawan dan Novarini.
Tari "Klana" tentang cerita rakyat menyangkut sosok Prabu Klana Sewandana yang jatuh cinta dengan Dewi Sekartaji, "Bambangan Cakil" tentang perang tanding antara Janaka dan Cakil, serta "Karonsih" tentang cerita Panji Asmarabangun memadu kasih dengan Dewi Sekartaji.
Baca juga: Warga Apresiasi Topeng Lampung raih Rekor Muri
Hadir untuk menyaksikan pementasan tiga tarian dengan durasi sekitar 45 menit dan iringan tabuhan gamelan, antara lain Direktur Dewan Pelindung Nanyang Academy of Fine Arts Singapura Chew Sin Hwa bersama dua tamu Studio Mendut yang berasal dari Amerika Serikat, masing-masing Meilun Ouyang dan Steven Pei.
Pementasan kesenian di panggung terbuka di atas Museum Lima Gunung di kompleks Studio Mendut itu, juga ditonton sejumlah pelajar setempat yang sedang memanfaatkan hari libur sekolah serta beberapa penonton lainnya.
Studio Mendut sekitar 100 meter timur Candi Mendut Kabupaten Magelang dikelola budayawan yang juga pemimpin tertinggi Komunitas Lima Gunung Sutanto Mendut, sedangkan musik gamelan sebagai pengiring tiga tarian tersebut, dipimpin Sitras Anjilin yang juga pengelola Padepokan Tjito Boedojo Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.
Chew mengagumi pementasan mereka dan menyampaikan keinginan untuk membawa para seniman padepokan itu untuk mementaskan keseniannya di Singapura.
Pada kesempatan itu, Sutanto Mendut menjelaskan tentang catatan perjalanan panjang padepokan seni budaya di kawasan barat daya puncak Gunung Merapi di wilayah Kabupaten Magelang itu yang berdiri pada 1937.
"Mereka menghidupi tradisi budaya, kesenian tradisional, dan kesenian rakyat, Mereka menjalani spiritualitas petani, termasuk untuk kepentingan melestarikan tradisi budaya dan keseniannya," ujar dia.
Para seniman padepokan itu memiliki empat kali kewajiban pementasan wayang orang setiap tahun, masing-masing bertepatan dengan Sura atau tahun baru dalam kalender Jawa, saat Idul Fitri, Maulud Nabi Muhammad SAW, dan peringatan HUT RI.
Para seniman padepokan juga aktif dalam mengembangkan kesenian di daerah setempat, antara lain menjadi pengajar ekstrakurikuler kesenian di beberapa sekolah, menjadi bagian penting kelompok besar seniman petani Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh), aktif dalam sejumlah peguyuban atau organisasi kesenian, serta pentas kesenian tradisional di berbagai daerah.