Sukoharjo (ANTARA) - Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta memberikan pendampingan untuk desa wisata di Desa Pojok, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
"Di sini kami memberikan pendampingan kepada warga untuk mengembangkan desa wisata edukasi," kata Ketua Tim Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) UNS Ari Pitoyo di Solo, Rabu.
Dengan mengambil tema "Akselerasi Kampung Selo Beraksi", sejumlah aktivitas P2M di lokasi tersebut meliputi penerapan teknologi hidroponik, dekomposing, dan digitalisasi pemasaran produk kreatif unggulan daerah.
"Beberapa produk unggulan daerah ini di antaranya kerajinan tenun serta suvenir dari limbah kain dan plastik," katanya.
Ia mengatakan ada beberapa permasalahan yang diidentifikasi untuk pengembangan desa wisata, yang meliputi tata kelola ruang dan lingkungan yang lemah, kurang optimalnya unit-unit kegiatan yang telah dilakukan, promosi dan pemasaran desa wisata serta produk kreatif dan unit usaha sayur organik yang hingga saat ini kurang memadahi.
"Terkait dengan tata ruang seperti kebutuhan akan kemudahan informasi menuju lokasi kawasan, peremajaan maupun pengecatan ulang spot-spot di area wisata, penanganan problem lingkungan berupa limbah sampah dan ternak perlu diperhatikan," katanya.
Ia mengatakan masalah tersebut membutuhkan teknologi tepat guna sehingga dapat memberikan nilai tambah secara estetika maupun ekonomi dengan cara dikonversi menjadi pupuk atau produk turunannya.
Mengenai belum optimalnya unit-unit kegiatan, dikatakannya, salah satunya terlihat pada unit hidroponik.
"Kondisi suhu yang berlebih di rumah kaca ruang hidroponik memaksa mitra memasang paranet untuk peneduh. Upaya ini kurang efektif mengurangi suhu di dalam rumah kaca sehingga intensitas dan kualitas cahaya belum sesuai yang dibutuhkan tanaman," katanya.
Oleh karena itu, dikatakannya, perlu diberi aerasi untuk menurunkan suhu rumah kaca tanpa harus mengorbankan kualitas cahaya. Selain itu, unit-unit hidroponik membutuhkan beberapa instalasi baru untuk mengejar kapasitas produksi.
Sementara itu, dikatakannya, promosi dan pemasaran kawasan desa wisata di Desa Pojok ini digencarkan melalui terobosan-terobosan kreatif seperti pemanfaatan teknologi informasi.
"Kami coba menghadirkan solusi melalui pembuatan alat dekomposer limbah organik, hidroponik dengan ruang berpengatur suhu berteknologi sel surya dan sistem otomatis thermostat untuk mengatur suhu rumah kaca hidroponik yang sesuai kebutuhan tanaman. Di samping itu, tim membuat digitalisasi produk-produk unggulan daerah dalam bentuk aplikasi dan katalog daring," katanya.
"Di sini kami memberikan pendampingan kepada warga untuk mengembangkan desa wisata edukasi," kata Ketua Tim Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) UNS Ari Pitoyo di Solo, Rabu.
Dengan mengambil tema "Akselerasi Kampung Selo Beraksi", sejumlah aktivitas P2M di lokasi tersebut meliputi penerapan teknologi hidroponik, dekomposing, dan digitalisasi pemasaran produk kreatif unggulan daerah.
"Beberapa produk unggulan daerah ini di antaranya kerajinan tenun serta suvenir dari limbah kain dan plastik," katanya.
Ia mengatakan ada beberapa permasalahan yang diidentifikasi untuk pengembangan desa wisata, yang meliputi tata kelola ruang dan lingkungan yang lemah, kurang optimalnya unit-unit kegiatan yang telah dilakukan, promosi dan pemasaran desa wisata serta produk kreatif dan unit usaha sayur organik yang hingga saat ini kurang memadahi.
"Terkait dengan tata ruang seperti kebutuhan akan kemudahan informasi menuju lokasi kawasan, peremajaan maupun pengecatan ulang spot-spot di area wisata, penanganan problem lingkungan berupa limbah sampah dan ternak perlu diperhatikan," katanya.
Ia mengatakan masalah tersebut membutuhkan teknologi tepat guna sehingga dapat memberikan nilai tambah secara estetika maupun ekonomi dengan cara dikonversi menjadi pupuk atau produk turunannya.
Mengenai belum optimalnya unit-unit kegiatan, dikatakannya, salah satunya terlihat pada unit hidroponik.
"Kondisi suhu yang berlebih di rumah kaca ruang hidroponik memaksa mitra memasang paranet untuk peneduh. Upaya ini kurang efektif mengurangi suhu di dalam rumah kaca sehingga intensitas dan kualitas cahaya belum sesuai yang dibutuhkan tanaman," katanya.
Oleh karena itu, dikatakannya, perlu diberi aerasi untuk menurunkan suhu rumah kaca tanpa harus mengorbankan kualitas cahaya. Selain itu, unit-unit hidroponik membutuhkan beberapa instalasi baru untuk mengejar kapasitas produksi.
Sementara itu, dikatakannya, promosi dan pemasaran kawasan desa wisata di Desa Pojok ini digencarkan melalui terobosan-terobosan kreatif seperti pemanfaatan teknologi informasi.
"Kami coba menghadirkan solusi melalui pembuatan alat dekomposer limbah organik, hidroponik dengan ruang berpengatur suhu berteknologi sel surya dan sistem otomatis thermostat untuk mengatur suhu rumah kaca hidroponik yang sesuai kebutuhan tanaman. Di samping itu, tim membuat digitalisasi produk-produk unggulan daerah dalam bentuk aplikasi dan katalog daring," katanya.